CHT Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan

Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 27 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Imbangan pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antar Direktorat Jenderal Pajak dan pemerintah daerah didasarkan pada besar atau kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Besarnya imbangan pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pusat dengan Daerah No Sektor Pusat Daerah 1 Perdesaan 10 90 2 Perkotaan 20 80 3 Perkebunan 60 40 4 Perhutanan 65 35 5 Pertambangan 70 30 Sementara untuk imbangan antara pemerintah provinsi dengan kabupaten kota diatur oleh masing-masing gubernur yang ditetapkan dalam peraturan gubernur. BP PBB merupakan bagian dari Dana Perimbangan, dengan demikian BP PBB dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan yang menjadi urusan daerah berdasarkan peraturan perundang- undangan. 28 PPh Pasal 21 dan Pasal 2529 tidak sepenuhnya dibagihasilkan kepada daerah kabupatenkota penghasil. Sebesar 3,6 dari penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 2529 dari daerah kabupatenkota yang bersangkutan dibagi rata kepada seluruh kabupatenkota yang ada di provinsi yang bersangkutan. PPh Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja bendahara di Pemerintahan dimana karyawan yang bersangkutan bekerja, tidak dikenakan berdasarkan domisili. Demikian juga dengan karyawan swasta PPh Pasal 21 dikenakan dan diadministrasikan di wilayah daerah tempat kerja. Perhitungan DBH PBB migas dan panas bumi Perhitungan alokasi DBH PBB migas dan panas bumi ditatausahakan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. PBB migas onshore dan panas bumi ditatausahakan berdasarkan letak dan kedudukan objek pajak dan dibagi by origin; 2. PBB migas offshore dan PBB migas tubuh bumi ditatausahakan per kabupaten kota dengan menggunakan formula dan dibagi sesuai persentase DBH PBB. dimana perhitungan PBB migas offshore dan PBB migas tubuh bumi per kabupaten kota dari PBB migas yang ditanggung Pemerintah ditetapkan – 10 menggunakan formula – 90 dibagi secara proporsional sesuai realisasi PBB migas tahun anggaran sebelumnya. Formula yang digunakan untuk menghitung PBB migas yang ditanggung pemerintah: PBB migas yang dibayar langsung oleh KKKS ke bank persepsi menggunakan formula: ’‡” ƒ„Ȁ‘–ƒ ൌ ƒ•‹‘Ž‹ˆ–‹‰‹‰ƒ•𠋉ƒ• ݋݂݂ݏ݄݋ݎ݁†ƒ ‹‰ƒ• –—„—Š„—‹ ’‡” ƒ„Ȁ‘–ƒ ൌ ቐ ሺʹͲؚ”ƒ•‹‘ ሻ ൅ ሺͳͲؚ”ƒ•‹‘ሻ ൅ሺͷؚ”ƒ•‹‘ሻ ൅ ሺ͸ͷؚ ”ƒ•‹‘Ž‹ˆ–‹‰‹‰ƒ•ሻ ቑ 𠋉ƒ• ݋݂݂ݏ݄݋ݎ݁†ƒ ‹‰ƒ• –—„—Š„—‹ Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 29 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Sementara itu, pembagian DBH CHT kepada kabupatenkota sebesar 1,4 dapat dijabarkan sebesar 0,8 dibagikan kepada kabupaten kota penghasil dan 0,6 dibagikan kepada kabupatenkota lainnya. Pembagian lebih lanjut kepada kabupatenkota dilakukan oleh gubernur. Perencanaan dan Penganggaran Berdasarkan PMK Nomor 165PMK.072012 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah, indikasi kebutuhan dana dan rencana dana pengeluaran untuk bagi hasil disusun oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan berdasarkan perkiraan penerimaan PBB, PPh dan CHT setelah berkoordinasi dengan Ditjen Pajak, Ditjen BC, dan BKF. Indikasi kebutuhan dana DBH Pajak dan CHT digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi kebutuhan dana pengeluaran Bendahara Umum Negara, sedangkan rencana dana pengeluaran DBH Pajak dan CHT digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan Undang-Undang mengenai APBN. Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 2529 WPOPDN Pajak penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan atas gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri. Pajak Penghailan Pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan. Pelaporan penerimaan PPh Pasal 21 dilakukan berdasarkan tempat kerja PPh Pasal 25 terkait dengan Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri yang menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau memperoleh penghasilan teratur lainnya yang bersifat tidak fi nal yang diangsur setiap bulannya. Sedangkan PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai akibat PPh Terutang dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah disetor sendiri. Pencatatan penerimaan PPh Pasal2529 berdasarkan asas domisili wajib pajak. 30 Penetapan Alokasi Perhitungan alokasi DBH Pajak dan CHT dilakukan setelah ditetapkannya pagu penerimaan pajak dan CHT tersebut dalam APBN. Berdasarkan PMK No. 165PMK.072012, perhitungan alokasi dilakukan berdasarkan data rencana penerimaan PBB dan PPh Pasal 21 dan Pasal 2529 untuk alokasi sementara DBH Pajak dan data rencana penerimaan CHT untuk alokasi sementara DBH CHT. Alokasi sementara tersebut merupakan dasar untuk penyaluran sampai dengan triwulan III. Mengingat penyaluran DBH dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan maka pada akhir tahun ditetapkan alokasi defi nitif berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PBB, PPh Pasal 21 dan Pasal 2529, dan CHT. Alokasi defi nitif tersebut merupakan dasar untuk penyaluran pada triwulan terakhir. Penyesuaian terhadap alokasi defi nitif tersebut dilakukan setelah realisasi penerimaan PBB, PPh Pasal 21 dan Pasal 2529, dan CHT ditetapkan dan telah diaudit oleh BPK. Alokasi sementara DBH PBB terdiri dari DBH PBB bagi rata, insentif pemungutan PBB mulai tahun 2013, DBH PBB bagian daerah, dan biaya pemungutan PBB. Sementara itu, alokasi defi nitif PBB terdiri dari DBH PBB bagi rata, insentif PBB, bagian daerah sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dan biaya pemungutan sektor Migas dan Panas Bumi tersebut. Alokasi defi nitif bagian daerah dari sektor lainnya tidak ditetapkan karena telah disalurkan secara langsung di masing-masing daerah. Alokasi sementara PPh Pasal 21 dan Pasal 2529 ditetapkan paling lambat 2 dua bulan sebelum tahun anggaran berjalan berdasarkan pagu rencana penerimaan yang telah ditetapkan dalam APBN. Sedangkan alokasi defi nitif ditetapkan paling lambat bulan Oktober tahun anggaran berjalan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 2529 tahun yang bersangkutan. Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 31 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Penetapan alokasi oleh DJPK dalam Peraturan Menteri Keuangan dilakukan setelah data rencana dan prognosa penerimaan disampaikan oleh Ditjen Pajak. Dalam hal rencana penerimaan yang disampaikan Ditjen Pajak sangat berbeda dengan data realisasi tahun sebelumnya, alokasi sementara DBH dapat disesuaikan dengan realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Apabila data prognosa penerimaan tidak disampaikan oleh Ditjen Pajak, maka penyaluran DBH untuk triwulan menggunakan alokasi sementara. Alokasi DBH CHT sementara ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan CHT yang ditetapkan dalam APBN dan alokasi defi nitif ditetapkan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan CHT yang disampaikan oleh Ditjen Bea Cukai. Alokasi DBH CHT provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan berdasarkan ketetapan pembagian DBH CHT per kabupatenkota oleh gubernur. Tabel 2.6 Penyaluran DBH Pajak dan CHT I Dana Bagi Hasil Pajak A DBH PBB a. DBH PBB Bagian Pusat 10 Tahap I : 25; Tahap II : 50; dari alo- kasi sementara Tahap III : selisih alokasi defi nitif dengan yang telah disalurkan b. DBH PBB Bagian Daerah 81 Setiap minggu yaitu sebesar 81 64,8 untuk KabupatenKota; 16,2 untuk Provinsi dari realisasi penerimaan se- cara mingguan c. DBH Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah 9 Setiap minggu, yaitu sebesar persen- tase yang ditetapkan untuk Provinsi dan Kabupatenkota sesuai dengan realisasi penerimaan secara mingguan d. DBH PBB Biaya Pemun- gutan DBH PBB Sektor Pertambangan Migas Panas Bumi Setiap triwulan sebesar 25 Maret, Juni, September, Desember; dari aloka- si sementara;Triwulan IV : selisih alokasi defi nitif dengan yang telah disalurkan B DBH PPh 32 a. DBH PPh Pasal 21 Triwulan I : 20; Triwulan II : 20; Triwulan III : 20; dari alokasi semen- tara; Triwulan IV : selisih alokasi defi nitif dengan yang telah disalurkan b. DBH PPh Pasal 2529 Triwulan I : 20; Triwulan II : 20; Triwulan III : 20; dari alokasi semen- tara; Triwulan IV : selisih alokasi defi nitif dengan yang telah disalurkan II DBH Cukai Hasil Tembakau Triwulan I : 20; Triwulan II Triwulan III: 30 ; dari alokasi sementara; Triwu- lan IV : selisih alokasi defi nitif dengan yang telah disalurkan Penyaluran DBH PBB dan Biaya Pemungutan PBB sektor pertambangan migas dan panas bumi yang dilaksanakan setiap triwulan sebesar 25 dilakukan oleh pemerintah pusat melalui pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah. Demikian juga dengan penyaluran PBB bagi rata, insentif, DBH PPh Pasal 21 dan Pasal 2529, dan DBH CHT dilaksanakan dari Pusat melalui pemindahbukuan. Khusus untuk PBB sektor Perdesaan, Perkotaan, Perkebunan, dan Perhutanan, termasuk biaya pungut yang merupakan bagian daerah disalurkan setiap minggu di masing-masing daerah. Penyaluran DBH CHT triwulan IV dilakukan setelah diterimanya laporan konsolidasi realisasi penggunaan DBH CHT semester I tahun anggaran berjalan. Apabila laporan yang dipersyaratkan belum disampaikan maka penyaluran triwulan IV akan ditunda sampai dengan diterimanya laporan realisasi penggunaan DBH CHT sampai dengan akhir tahun berjalan. DBH SDA Dana Bagi hasil Sumber Daya Alam DBH SDA merupakan dana yang bersumber dari penerimaan negara bukan pajak PNBP dari sumber daya alam SDA. Jenis dan besaran persentase bagian daerah dari PNBP SDA tersebut ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. DBH SDA bersumber dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi. DBH SDA diberikan Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 33 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT kepada daerah kabupatenkota penghasil dan daerah kabupatenkota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Provinsi Papua dan Aceh selain mendapatkan bagi hasil yang sama seperti provinsi lainnya, juga mendapatkan tambahan bagi hasil minyak dan gas bumi masing-masing sebesar 55 dan 40. Berikut tabel mengenai jenis dan porsi masing- masing jenis DBH SDA. Tabel 2.7 Jenis dan Porsi Bagi Hasil DBH SDA Jenis Pusat Provinsi Kab.Kota KabKota dalam satu Provinsi bagi rata Tamba- han Khusus Papua, Papua Barat dan Aceh Kehutanan - IIUPH 20 16 64 - - PSDH 20 16 32 32 - Dana Reboisasi 60 - 40 Pertambangan Umum - Landrent 20 16 64 - Royalti 20 16 32 32 - Perikanan 20 - 80 Minyak Bumi 55 - Wilayah KabKota 84,5 3,1 6,2 6.2 - Wilayah Provinsi 5,17 10,33 Gas Bumi 40 - Wilayah KabKota 69,5 6,1 12,2 12.2 - Wilayah Provinsi 10,17 20,33 Panas Bumi 20 16 32 32 Tarif dan dasar perhitungan PNBP yang dibagihasilkan kepada daerah sangat bervariasi dan diatur dalam peraturan pemerintah. Khusus penerimaan Negara dari pertambangan migas, bagian daerah dihitung setelah memperhitungkan pajak dan pungutan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan. Selanjutnya, jenis dan tarif PNBP yang dibagihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 34 Tabel 2.8 Jenis dan Tarif PNBP yang Dibagihasilkan Jenis Dasar Hukum Dasar Perhitungan Pungutan Tarif Keterangan

1. Kehutanan

- IIUPH PP 92 Tahun 1999 Luas areal Hutan Rpha • Besarnya tarif tergantung dari 1 kategori wilayah dan 2 status HPH baru perpanjanganHPHTI. • IHPH dikenakan satu kali untuk jangka waktu ber- lakunya HPH atau sekitar 20 tahun - PSDH • PP 61999 • KepMen Kehutanan dan Perkebunan Nomor 859 Kpts-II1999 Volume kayu Rpm 3 • Besarnya tarif tergantung dari 1 kategori wilayah dan 2 kelompok jenis kayubukan kayu. • PSDH dikenakan terha- dap pemegang HPH, pe- megang Hak Pemungutan Hasil Hutan HPHH dan pemegang Izin Peman- faatan Kayu IPK. - Dana Reboisasi PP 921999 Volume kayubahan baku serpih USDm 3 • DR dihitung dengan men- jumlahkan penerimaan kayu bulat danatau bahan baku serpih yang berasal dari HPH sesuai dengan SAKB atau DKB dengan mengalikan tariff DR yang berlaku

2. Pertambangan Umum:

- Landrent PP 92012 Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan ha USD - Royalti PP 92012 Jumlah Produksi yang terjual Persentase Harga Jual USD

3. Perikanan

• PP 192006 • KEPMEN KP No.22 MEN2004 Tonase Kapal RpGT

4. Minyak Bumi UU 212001

PNBP dihitung dari hasil usaha minyak bumi dengan porsi pembagian pusat 84,5 , Daerah 15,5 Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 35 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

5. Gas Bumi UU 212001

PNBP dihitung dari hasil us- aha gas bumi dengan porsi pembagian Pusat 69,5, Daerah 30,5

6. Panas Bumi UU 272003

Jumlah listrik yang terjual kwh Rp - Setoran bagian Pemerintah Penerimaan bersih usaha Net Operating IncomeNOI 34 Dikenakan atas kontrak pen- gusahaan panas bumi yang ditandatangani sebelum ditetapkan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. - Iuran Tetap Dikenakan atas kontrak pen- gusahaan panas bumi yang ditandatangani setelah ber- lakunya UU No. 27 Tahun 2003. - Iuran Produksi Perencanaan, Penganggaran dan Penetapan Alokasi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun Indikasi Kebutuhan Dana DBH SDA serta Rencana Dana Pengeluaran DBH SDA setelah berkoordinasi dengan Kementerian Teknis yang mengelola SDA tersebut terlebih dahulu. Masing-masing indikasi kebutuhan dana dan rencana dana pengeluaran disampaikan kepada Direktorat Jenderal Anggaran minggu pertama bulan Maret dan bulan Juni tahun anggaran sebelumnya untuk digunakan sebagai dasar penyusunan Indikasi Kebutuhan Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara dan sebagai dasar penyusunan Rancangan Undang-undang mengenai APBN. Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam Undang-undang APBN, Menteri Teknis menerbitkan surat penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil PNBP SDA tahun anggaran bersangkutan dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat 60 enam puluh hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan. Berdasarkan surat penetapan daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil PNBP SDA, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan perhitungan perkiraan alokasi DBH SDA untuk provinsi, kabupaten, dan kota dan dapat dilakukan rasionalisasi dengan mempertimbangkan realisasi PNBP SDA per daerah paling kurang 3 tiga tahun terakhir. Sebagaimana tercantum dalam PMK Nomor 165