Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 67 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT harus ditetapkan di dalam Musrenbangnas KementerianLembaga. Dalam perumusan arah kebijakan pendanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan tersebut, Kementerian Keuangan juga mempunyai peran. Secara lebih spesifi k, peran tersebut merupakan salah satu tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Hal ini diatur dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan No.156PMK.072008 yang mengamanatkan Menteri Keuangan untuk menyampaikan Rekomendasi Menteri Keuangan yang akan dijadikan dasar pertimbangan bagi kementerianlembaga dalam rangka perencanaan lokasi dan anggaran kegiatan dekonsentrasi danatau tugas pembantuan selambat-lambatnya bulan Maret sebelum penyusunan renja KL. Berdasarkan amanat peraturan perundangan tersebut, setiap tahun anggaran ditetapkan Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan di Daerah Dalam Rangka Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Secara umum arahan kebijakan dalam rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Daerah yang direkomendasikan untuk diprioritaskan mendapat alokasi dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan adalah: a. Daerah Prioritas 1 yaitu kelompok daerah yang mempunyai KFD dan IPM di bawah rata-rata nasional. Kelompok daerah ini dapat dikatakan termasuk “daerah yang tertinggal”, sehingga dipandang perlu adanya intervensi Pemerintah Pusat sesuai kewenangannya untuk membantu menstimulasi pembangunan di daerah tersebut melalui penyelenggaraan program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan; b. Daerah Prioritas 2 yaitu kelompok daerah yang mempunyai KFD di bawah rata-rata nasional namun IPM di atas rata-rata nasional. Kelompok daerah ini dapat dikatakan termasuk “daerah yang berkinerja baik”, sehingga kelompok daerah ini perlu didorong terus untuk mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan 68 masyarakatnya melalui dukungan penyelenggaraan program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan; 2. Kementerianlembaga wajib memperhatikan bahwa program kegiatan yang didanai melalui mekanisme dekonsentrasi dan tugas pembantuan adalah programkegiatan pemerintah dan bukanlah merupakan programkegiatan yang sudah menjadi kewenangan daerah; 3. KementerianLembaga menerapkan kebijakan reward and punishment dalam perencanaan lokasi dan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan dengan mempertimbangkan aspek kinerja daerah, dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan dan pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan; 4. KementerianLembaga wajib melakukan koordinasi dengan gubernur sebelum penyusunan Renja KL dalam rangka sinergi kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota. 2.6. Pengelolaan Keuangan Daerah 2.6.1 Pengelolaan APBD Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diamanatkan agar keuangan daerah dikelola secara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efi sien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Sebagai implementasinya, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada prestasi kerja, dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan outcome yang diharapkan dari kegiatan dan program. Dengan demikian, pendekatan kinerja sekaligus akan mencerminkan efi siensi dan efektivitas pelayanan publik. Efi sien Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 69 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT akan diwujudkan dalam kesesuaian antara input termasuk pendanaan dengan output yang paling optimal yang bisa dihasilkan. Sedangkan efektifi tas akan diwujudkan dengan kesesuaian antara output dengan ekspektasi masyarakat terhadap pemenuhan kualitas dan kuantitas layanan publik yang dihasilkan. Wujud dan implementasi dari kebijakan dan sekaligus operasionalisasi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah adalah dengan melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. APBD tidak hanya akan berperan sebagai dokumen anggaran dan pelaksanaannya, namun sekaligus merupakan alat politik dan kebijakan publik dalam upaya mewujudkan pelayanan publik yang optimal serta upaya dalam mendorong pembangunan ekonomi suatu daerah. Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dengan baik, saat ini Daerah sudah diberikan pedoman yang diatur dalam peraturan perundangan secara komprehensif, mulai dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Sebagai peraturan pelaksanaan telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dua kali dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Bahkan, Kemendagri selalu menetapkan peraturan yang mengatur pedoman penyusunan APBD setiap tahun anggaran. Pada tahun anggaran 2013 ini telah ditetapkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013.