Arah Kebijakan Revisi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 85
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dengan telah ditetapkannya RUU HKPD
dalam Program Prolegnas Prioritas Tahun 2013, diharapkan pembahasan RUU antara Pemerintah dan DPR dapat dilakukan secara paralel dengan
pembahasan RUU Pemerintah Daerah serta dapat diselesaikan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota DPR periode 2009 – 2014. Secara
umum, pokok-pokok perubahan dalam RUU HKPD mencakup: a. Penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengaturan Dana Perimbangan seperti: • Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, BPHTB dan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan yang selama ini menjadi komponen DBH Pajak
dialihkan menjadi Pajak Daerah; • Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, mengatur
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dalam RUU Perubahan ini; • Undang-undang APBN menetapkan berbagai jenis dana alokasi
ke daerah selain DBH, DAU, DAK, seperti Dana BOS, Tunjangan Guru, Dana Insentif Daerah;
b. Pemekaran Daerah
• Untuk mengendalikan pemekaran daerah, Dana perimbangan dialokasikan paling cepat 1 satu tahun sejak Undang-undang
pembentukannya ditetapkan, setelah melalui daerah persiapan; • Pemekaran daerah lebih mempertimbangkan kriteria keuangan
berupa rasio pajak dan retribusi serta DBH terhadap PDRB, dan kesiapan sistem administrasi keuangan.
c. Pengendalian belanja daerah • Memprioritaskan sasaran alokasi DAK, hibah dan pinjaman untuk
belanja daerah yang bersifat pelayanan dasar dan sektor unggulan daerah;
86
• Alokasi DAU tidak lagi memperhitungkan secara langsung belanja PNSD dengan tujuan meningkatkan pemerataan antar daerah
dan tidak memberikan insentif kepada daerah pemekaran dan penambahan PNSD;
• Penetapan porsi belanja PNSD maksimal 50 dari total belanja sehingga mendorong daerah untuk meningkatkan belanja modal
untuk pelayanan kepada masyarakat; • Pengenaan sanksi terhadap lambannya penyerapan DAK, dari
penundaan sampai dengan pembatalan sisa alokasi; d. Pengelolaan keuangan daerah
• Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah mengacu pada sistem dan prosedur keuangan Pemerintah Pusat;
• Penguatan peran gubernur dalam melakukan fungsi alokasi DBH pemerataan kepada KabupatenKota;
• Penyampaian laporan keuangan secara elektronik yang periodik dan continue dari Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat;
• Larangan daerahpusat mendanai kegiatan yang bukan urusannya dan dikenakan sanksi atas pelanggaran tersebut;
• Pengendalian SiLPA yang tinggi melalui penundaan transfer dana perimbangan atau memberikan transfer dalam bentuk Surat Utang
Negara. e. Reformulasi sumber pendanaan daerah
• DBH dialokasikan
by origin dan disalurkan per triwulan berdasarkan prognosa realisasi dan disesuaikan dengan realisasi pada tahun
anggaran berikutnya; • Meningkatkan prediktabilitas kepastian sumber pendanaan
transfer Pemerintah Pusat melalui penetapan bobot DAU yang digunakan selama periode 3 tahun MTEF;
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 87
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
• Dana penyesuaian menjadi komponen dari DAK yang lebih diarahkan untuk membantu mendorong pemenuhan pelayanan
dasar; • Peningkatan fl eksibilitas penggunaan pinjaman daerah untuk
membiayai penyediaan pelayanan penerimaan dengan tetap menjaga jumlah pinjaman yang aman dan terkendali.
f. Pemberdayaan BUMD
• Penegasan BUMD bukan sumber pendanaan bagi daerah; • Pengalokasian dana APBD kepada BUMD diprioritaskan untuk
BUMD yang menyediakan barang danatau jasa bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak ;
• Pemberian subsidi hanya kepada BUMD yang tarif pelayanannya dibawah rata-rata biaya produksi.
g. Surveilence Kinerja Keuangan Daerah • Pemerintah dapat memberikan insentif terhadap daerah yang
berkinerja baik; • Pemerintah memberikan insentif non fi skal untuk perbaikan kinerja
bagi daerah yang kinerjanya rendah; • Pemerintah dapat mengusulkan penghapusan daerah yang kinerja
keuangannya buruk.
88