124
pengelolaan air limbah, sanitasi, irigasi, dan eksplorasi geothermal. Sejalan dengan arah kebijakan hibah ke daerah, maka dalam APBN 2013
hibah ke daerah direncanakan sebesar Rp3,6 triliun. Alokasi anggaran hibah ke daerah tersebut terdiri atas: 1 Hibah MRT sebesar Rp3,1
triliun, 2 Hibah WISMP-2 sebesar Rp166,9 miliar, 3 Hibah Air Minum sebesar Rp234,1 miliar, 4 Hibah Air Limbah sebesar Rp9,4 miliar, 5
Hibah Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province sebesar Rp61,2 miliar, dan 6 Program Hibah Australia Indonesia untuk
Pembangunan Sanitasi sebesar Rp93,6 miliar. Kegiatan MRT bersumber dari pinjaman JICA yang diteruskan kepada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam bentuk hibah dan pinjaman. MRT bertujuan untuk membangun sarana transportasi publik untuk mengatasi
kemacetan di Jakarta. Hibah MRT menggunakan mekanisme Pembayaran Langsung. WISMP-2 merupakan kegiatan yang bersumber dari pinjaman
Bank Dunia untuk mendukung pengembangan irigasi partisipatif. WISMP-2 diterushibahkan kepada 100 kabupatenkota dan 14 provinsi dengan
menggunakan mekanisme penggantian dana pembiayaan pendahuluan. Hibah Seulawah Agam Geothermal bersumber dari hibah KfW dengan
menggunakan mekanisme pembayaran langsung. Selain itu, bercermin dari kesuksesan pencapaian output kegiatan hibah di periode sebelumnya,
Pemerintah Australia melalui AusAID berkomitmen untuk melanjutkan program hibahnya di bidang sanitasi dan air minum. Hibah Air Minum
diarahkan untuk mendukung pencapaian target Millenium Development Goals MDGs dalam peningkatan akses air bersih bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Hibah ini mensyaratkan adanya penyertaan modal kepada PDAM dan menggunakan mekanisme penggantian dana.
Hibah Air Limbah diarahkan untuk pembangunan sambungan rumah untuk air limbah dengan menggunakan mekanisme penggantian dana.
Terakhir, dalam mendukung pembangunan sanitasi, dilaksanakan juga kegiatan hibah Australia Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi dengan
menggunakan mekanisme pembiayaan pendahuluan oleh daerah.
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 125
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Bab IV A
ffi rmative Policy dalam Percepatan Pembangunan Daerah untuk Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat
4.1. Latar belakang
Kesenjangan antar wilayah di beberapa daerah di Indonesia masih sangat besar. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya disparitas kualitas sumber
daya manusia antar wilayah, perbedaan kemampuan perekonomian antar daerah, serta belum meratanya ketersediaan infrastruktur antar wilayah.
Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, setiap tahunnya dialokasikan DAK untuk membantu daerah-daerah yang masih memiliki kualitas
pelayanan publik yang masih rendah. Namun demikian, pengalokasian dana tersebut belum mampu mengakselerasi pembangunan di beberapa
daerah. Untuk itu dalam tahun 2013, Pemerintah mengambil kebijakan pengalokasian DAK yang lebih berpihak kepada daerah-daerah yang
pencapaian pembangunannya masih tertinggal affi rmative policy. Komitmen Pemerintah Pusat untuk membangun daerah tertinggal
diwujudkan dengan mengalokasikan DAK yang meningkat relatif cukup besar dibandingkan daerah lainnya. Pengalokasian dana DAK
dimaksudkan agar pemerintah pusat dapat mengarahkan belanja daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal. Dengan kata lain,
pengalokasian DAK juga untuk mensinkronkan kebijakan fi skal daerah dengan kebijakan fi skal nasional. Hal ini dilakukan mengingat sebagian
besar fungsi alokasi berupa penyediaan barang publik telah diserahkan
kepada pemerintah daerah. Pengalokasian dana tersebut diharapkan dapat mempercepat pembangunan daerah tertinggal yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun demikian
126
alokasi dana selain DAK juga cukup banyak dialokasikan Pusat baik melalui anggaran Kementerian dan Lembaga maupun melalui anggaran
tugas pembantuan. Dalam APBN 2012 jumlah dana yang dialokasikan kepada daerah tertinggal cukup besar. Dari keseluruhan dana transfer ke
daerah sebesar 110,8 triliun 77 untuk daerah tertinggal, sedangkan dana vertikal dan tugas pembantuan masing-masing sebesar 30,9 triliun
21 dan 3,3 triliun 2.
Gambar 4.1 Alokasi APBN Untuk Daerah Tertinggal
APBN 2012
4.2. Kriteria Ketertinggalan
Berdasarkan RPJM 2010-2014 yang ditetapkan dengan Perpres No. 5 Tahun 2010, pengertian daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang
masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Daerah tertinggal ditetapkan
berdasarkan 6 kriteria, yaitu: 1. Perekonomian masyarakat, dengan variabel :
a. persentase keluarga miskin dan b. pengeluaran konsumsi per kapita.
Transfer ke Daerah; 110,8 T; 77
Dana Ver Ɵ kal;
30,9 T; 21 Tugas Pembantuan;
3,3 T; 2