Dana Insentif Daerah dan P2D2 Dana Insentif Daerah

56 Diatur dalam Pasal 62 PMK Nomor 06PMK.072012 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah, DID dialokasikan ke daerah tertentu dengan mempertimbangkan kriteria tertentu, yaitu kriteria utama dan kriteria kinerja. Yang dimaksud dengan kriteria utama yaitu: a. Ketepatan waktu penyampaian peraturan daerah mengenai APBD; dan b. Opini laporan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria kinerja meliputi kriteria kinerja keuangan, kriteria kinerja pendidikan, dan kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan. Hasil perhitungan kinerja berdasarkan kriteria-kriteria tersebut menghasilkan nilai kinerja daerah yang digunakan sebagai dasar penentuan bobot daerah. Yang mana alokasi DID suatu daerah dihitung dengan mengalikan bobot daerah dengan Rencana Dana Pengeluaran DID nasional. Penyaluran Dana Insentif Daerah DID dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah secara sekaligus, dan dilakukan setelah Daerah p e n e r i m a menyampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, berupa: a. Peraturan Daerah mengenai APBD Tahun anggaran bersangkutan; b. Surat Pernyataan dari Daerah akan mencantumkan DID dalam APBD atau APBD Perubahan tahun anggaran bersangkutan dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari Dana Insentif Daerah tahun anggaran bersangkutan dan c. Rencana Penggunaan DID. Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2 Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2 adalah Dana yang bersumber dari APBN dan dialokasikan sebagai insentif kepada daerah percontohan P2D2 berdasarkan hasil Verifi kasi Keluaran sesuai dengan Perjanjian Pinjaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 57 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Bank Dunia tentang Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi. Daerah percontohan P2D2 terdiri dari 75 daerah di 5 provinsi percontohan, yaitu Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Sulawesi Barat. Verifi kasi Keluaran adalah proses verifi kasi atas keluaran pelaksanaan Dana Alokasi Khusus DAK Bidang Infrastruktur di Daerah Percontohan P2D2 dengan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan serta dalam kurun waktu yang tepat berdasarkan hasil Verifi kasi Keluaran yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP sesuai dengan ketentuan Perjanjian Verifi kasi antara BPKP dan Bank Dunia. DAK bidang infrastruktur yang di verifi kasi adalah bidang infrastruktur jalan, bidang infrastruktur irigasi dan bidang infrastruktur air minum. Pagu P2D2 ditetapkan dalam UU APBN. Besaran yang dialokasikan kepada masing-masing daerah penerima P2D2 sebesar maksimal 10 sepuluh persen dari nilai Verifi kasi Keluaran yang dibagi secara proporsional. Penyaluran Dana P2D2 kepada daerah penerima dilakukan sekaligus setelah keluarnya PMK mengenai alokasi dana P2D2. 58 Web Based Reporting System Dana Alokasi Khusus WBRS-DAK Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan Dana Alokasi Khusus DAK baik dari sisi keuangan maupun teknis, DJPK telah membangun suatu aplikasi pelaporan DAK berbasis web yang diberi nama Web-Based Reporting System Dana Alokasi Khusus WBRS-DAK pada tahun anggaran 2011 melalui Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2. Dengan adanya aplikasi ini maka seluruh informasi proyek di daerah yang dibiayai dari DAK dapat disajikan secara cepat, lengkap dan akurat. Dari aplikasi ini dapat diperoleh informasi mengenai lokasi proyek titik koordinat latitude dan longitude, gambar foto riil proyek, kemajuan fi sik, dan penggunaan penyerapan dana. Aplikasi tersebut telah diterapkan di 5 provinsi berikut kabupatenkota di dalamnya sebagai pilot project yaitu: Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara mulai tahun anggaran 2012. Saat ini Aplikasi WBRS-DAK hanya diterapkan pada DAK Bidang infrastruktur jalan, irigasi, dan air minum. Diharapkan pada masa mendatang aplikasi ini bisa diterapkan di provinsikabupatenkota seluruh Indonesia dan mencakup seluruh bidang DAK. Key succes factors implementasi Aplikasi WBRS-DAK adalah keterlibatan aktif para petugas di Pemda dalam memasukkan data ke dalam aplikasi. Ada 4 kelompok besar petugas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan implementasi Aplikasi WBRS- DAK di Pemda yaitu: Administrator, Operator DPPKA, Operator SKPD, dan Pemantau. Administrator bertanggung jawab mengelola username dan password seluruh user di Pemda yang bersangkutan. Operator DPPKA bertanggung jawab memasukkan data seluruh SP2D untuk semua bidang DAK. Operator SKPD bertanggung jawab memasukkan seluruh data perencanaan, pemaketan, dan pelaksanaan proyek yang dibiayai dari DAK saat ini hanya terbatas pada DAK Bidang Infrastruktur saja. Sedangkan kelompok Pemantau adalah pengguna informasi yang disajikan oleh Aplikasi WBRS-DAK. Yang termasuk dalam kelompok Pemantau antara lain adalah Bappeda, GubernurBupatiWalikota dan Wakil GubernurWakil BupatiWakil Walikota. Namun berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap implementasi Aplikasi WBRS-DAK yang dilakukan pada akhir bulan September hingga pertengahan Desember 2012, ditemukan fakta bahwa petugas Pemda belum optimal terlibat aktif dalam implementasi Aplikasi WBRS-DAK. Ada 2 faktor utama penyebab belum optimalnya keterlibatan petugas Pemda dalam implementasi Aplikasi WBRS-DAK yaitu: a. Transfer knowledge kepada para petugas Pemda belum maksimal karena waktu pelaksanaan Bimtek Penggunaan Aplikasi WBRS-DAK yang sangat terbatas; dan b. Kendala teknis berupa kesulitan mengakses Aplikasi WBRS-DAK karena rendahnya kualitas infrastruktur jaringan internet di beberapa daerah terutama wilayah Indonesia Timur. Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 59 AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

2.3.4. Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan dana keistimewaan DIY merupakan tindak lanjut dari Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuai dengan undang-undang tersebut, dana keistimewaan DIY dialokasikan dalam rangka mendanai penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY. Kewenangan dalam urusan keistimewaan DIY tersebut meliputi tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Mekanisme penganggaran dana keistimewaan DIY dilakukan melalui pengajuan rencana kebutuhan dana keistimewaan DIY kepada kementerianlembaga pemerintah non-kementerian terkait, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian PPN Bappenas. Pengajuan dana keistimewaan DIY tersebut harus mengacu kepada RPJMD, RKPD, dan Perdais. Dana keistimewaan DIY hanya diperuntukkan bagi dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY. Aplikasi WBRS-DAK yang sudah ada saat ini adalah aplikasi berbasis web, dimana untuk mengaksesnya pengguna harus mempunyai koneksi internet. Kondisi ini mengakibatkan beberapa daerah yang infrastruktur jaringan internetnya kurang baik mengalami kesulitan untuk mengakses Aplikasi WBRS-DAK. Oleh karena itu pada tahun anggaran 2013, DJPK akan membangun Aplikasi WBRS-DAK Versi Offl ine agar Pemda bisa tetap aktif mengisikan data ke dalam Aplikasi WBRS-DAK meskipun koneksi internet di daerah yang bersangkutan sangat terbatas. ImplementasiAplikasiWBRS-DAK Versi Offl ine diutamakan di daerah provinsi kabupatenkota Kalimantan Tengah, Provinsi Sulawasi Barat dan Maluku Utara. Oleh karena itu dalam rangka transfer knowledge kepada para petugas Pemda terkait Aplikasi WBRS-DAK Versi Offl ine, DJPK akan melakukan Bimtek untuk aplikasi ini hanya di 3 daerah tersebut. Pemda di luar 3 daerah dimaksud apabila menghendaki Bimtek untuk Aplikasi WBRS-DAK Vers Offl ine dapat menyampaikan surat permintaan resmi kepada DJPK. Selain itu DJPK selalu siap setiap saat untuk memberikan Bimtek Penggunaan Aplikasi WBRS-DAK Versi Online apabila ada permintaan dari Pemda. 60 Pengalokasian dan penyaluran dana keistimewaan DIY dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah. Menteri Keuangan menetapkan alokasi dana keistimewaan kepada Pemerintah Provinsi DIY berdasarkan undang-undang APBN. Menteri Keuangan menetapkan alokasi dana keistimewaan kepada Pemerintah Daerah DIY sebagai dasar penganggaran dalam APBD. Penyaluran dana keistimewaan dilakukan melalui pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD dan dilakukan secara bertahap berdasarkan kinerja. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dana keistimewaan, Pemerintah Provinsi DIY wajib menyampaikan laporan akhir realisasi penggunaan Dana Keistimewaan