132
Rencana pembangunan daerah tertinggal telah diatur dalam Undang- undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan peraturan pelaksanannya. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005-2025, RPJMN 2005-2009 dan
RPJMN 2010-2014, percepatan pembangunan daerah tertinggal telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas nasional, seiring dengan upaya
pembangunan daerah perbatasan, pulau-pulau terpencil dan terluar, serta daerah pascakonfl ik.
Pemihakan kebijakan terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal telah ditegaskan juga dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
RPJPN 2005-2025. Undang-undang tersebut memuat secara khusus perlunya perhatian khusus pada wilayah dan daerah yang tertinggal dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang merata dan berkeadilan. Sebagai penjabaran tahunan dari RPJMN 2010-2014, setiap tahunnya Rencana
Kerja Pemerintah RKP telah menetapkan prioritas pembangunan nasional pada daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonfl ik.
Adapun focusing dan pemberian prioritas kepada pembangunan daerah tertinggal dapat dilakukan melalui koordinasi oleh Bappenas bersama-
sama Kementerian PDT dan Kementerian terkait lainnya serta pemerintah daerah melalui perumusan kebijakan dan kegiatan yang akan menjadi
masukan bagi penyusunan RKP setiap tahun.
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan di daerah tertinggal dapat dijelaskan berikut ini.
1. Pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam pengembangan perekonomian daerah tertinggal masih belum optimal.
Permasalahan yang dihadapi terkait dengan pengelolaan sumber daya alam antara lain disebabkan oleh: 1 rendahnya kemampuan
permodalan, penguasaan teknologi, informasi pasar dan investasi dalam pengembangan produk unggulan daerah, dan 2 rendahnya
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 133
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lokal;
2. Kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat daerah tertinggal masih rendah.
Kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah antara lain tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan
dan keterampilan angkatan kerja, rendahnya derajat kesehatan masyarakat, dan tingginya tingkat kemiskinan;
3. Koordinasi antarpelaku pembangunan di daerah tertinggal masih lemah, karena belum dimanfaatkannya kerjasama antardaerah
tertinggal pada aspek perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan;
4. Tindakan afi rmatif kepada daerah tertinggal belum optimal,
khususnya pada aspek kebijakan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, koordinasi, dan pengendalian pembangunan;
5. Aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat
pertumbuhan wilayah masih rendah, khususnya terhadap sentra-
sentra produksi dan pemasaran karena belum didukung oleh sarana dan prasarana angkutan barang dan penumpang yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah tertinggal;
6. Sarana dan prasarana pendukung ekonomi lainnya masih terbatas, yang meliputi energi listrik, telekomunikasi, irigasi dan air
bersih. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, mulai tahun 2012,
Pemerintah Pusat telah memberikan perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan daerah tertinggal dan untuk tahun 2013 dibentuk desk khusus
untuk Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal PPDT pada forum pra- Musrenbangnas 2012, sebagai bentuk afi rmatif dari proses perencanaan
tahunan dalam penyusunan RKP 2013 terhadap daerah tertinggal.
134
Melalui forum Rakorbangpus dan pra-Musrenbangnas serta Musrenbangnas 2012 dalam rangka penyusunan RKP 2013 tersebut,
seluruh KL dan Pemerintah Provinsi akan lebih memberikan perhatiannya kepada daerah tertinggal mulai tahun 2013. Pemerintah mempunyai
komitmen untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal yang dituangkan dalam RKP setiap tahunnya. Pengalokasian anggaran untuk
mempercepat pembangunan daerah tertinggal antara lain melalui alokasi DAK, dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, maupun dana yang
dialokasikan untuk melaksanakan fungsi dan kegiatan Kementerian dan Lembaga yang terkait di Daerah Tertinggal.
Pengalokasian DAK kepada daerah tertinggal dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Dari pendekatan kewilayahan yang berbasis
prioritas pembangunan daerah tertinggal, pengalokasian DAK untuk mengintegrasikan dan mensinergikan antara beberapa kebijakan,
program, dan kegiatan yang bermuara pada kemakmuran rakyat di daerah tertinggal. Perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan
dan operasionalisasi kebijakan merupakan mata rantai untuk menjamin adanya sinergi antara kebijakan pemberdayaan masyarakat, infrastruktur
perdesaan, dan pengembangan ekonomi lokal. Pengalokasian DAK berdasarkan pendekatan fokus lokasi yang
berbasis variabel ketertinggalan dimaksudkan agar pengalokasian DAK tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penyebab ketertinggalan
dari kabupaten. Selanjutnya, dengan pendekatan sinergitas kegiatan antar sektor dimaksudkan agar pengalokasian DAK lebih optimal dalam
percepatan pembangunan daerah tertinggal maka kegiatan yang dibiayai dengan DAK tersebut harus bersinergi dengan kegiatan sektor lain, dan
kegiatan pemerintahan daerah. Pengalokasian DAK untuk daerah tertinggal juga sejalan dengan arah
kebijakan DAK atau kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk menentukan ketertinggalan daerah
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 135
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
berhubungan erat dengan kriteria yang dibangun untuk mengalokasikan DAK. Demikian juga dengan program-program yang terkait dengan
pembangunan daerah tertinggal memiliki hubungan dengan bidang- bidang DAK. Tingkat perekonomian masyarakat di daerah tertinggal
yang relatif kurang maju tentu sangat terkait dengan kondisi sarana dan prasarana yang digunakan dalam kriteria teknis selama ini. Demikian
juga dengan kemampuan keuangan daerah di daerah-daerah tertinggal juga sejalan dengan kriteria umum berupa kemampuan keuangan daerah
yang digunakan selama ini dalam penetapan DAK.
Tabel 4.4 Hubungan Kriteria Daerah Tertinggal
dengan Kriteria Alokasi DAK
No Kriteria
Hubungan dengan DAK 1
Perekonomian Masyarakat Digunakan dalam Kriteria Khusus dan Kriteria
Teknis 2
SDMTingkat Pendidikan Digunakan dalam arah kebijakan DAK secara
umum, Kriteria Teknis yang terkait dengan kesehatan dan pendidikan
3 Infrastruktur
Digunakan dalam penetapan besaran seluruh bidang DAK
4 Kemampuan Keuangan Celah
Fiskal Digunakan dalam menentukan daerah
penerima dan besaran alokasi DAK
5 Aksesibilitas
• Kondisi karakteristik daerah menjadi salah
satu pertimbangan •
Tercermin dalam pemakaian IKK untuk penentuan besaran alokasi DAK
6 Karakteristik Daerah
Memprioritaskan Daerah Tertinggal, Pesisir Kepulauan, Bencana, Perbatasan
Demikian juga dengan keberpihakan pengalokasian anggaran DAK untuk mendukung program pembangunan daerah tertinggal telah sejalan dengan
kebijakan pengalokasian DAK. Program PDT untuk pengembangan ekonomi lokal yang antara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
lokal dapat dicapai dengan pengalokasian anggaran DAK yang lebih besar untuk bidang infrastruktur.
136
Tabel 4.5 Dukungan DAK Terhadap Program PDT
No Program PDT
Bidang DAK 1
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL a.l.mendorong pertumbuhan ekonomi lokal
Infrastruktur Jalan, Irigasi, Perikanan, Pertanian, Perdagangan, Energi
Perdesaan, Transportasi Perdesaan, Sarpras Daerah Tertinggal
2 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT a.l.
meningkatkan efi siensi dan efektivitas
penyediaan layanan umum Infrastruktur Jalan, Irigasi, Air Bersih,
Pendidikan, dan Kesehatan
3 PENGEMBANGAN PRASARANA DAN
SARANA a.l. pengembangan sarana prasarana sosial dasar terutama bidang
pendidikan kesehatan Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur
Jalan, Irigasi, Air Minum, Prasarana Pemerintahan
4 PENCEGAHAN DAN REHABILITASI
BENCANA Lingkungan Hidup, Kehutanan,
Pertanian, dan hampir seluruh bidang DAK yang terkait dengan infrastruktur
5 PENGEMBANGAN DAERAH PERBATASAN
a.l meningkatkan kapasitas daerah perbatasan sebagai koridor peningkatan
ekspor dan perolehan devisa Infrastruktur Jalan, Irigasi, Kehutanan,
Perdagangan
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, keberpihakan pembangunan untuk daerah tertinggal lebih diarahkan agar daerah-daerah
tertinggal dapat lebih memacu ketertinggalannya sehingga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan di daerah-daerah
yang tidak tertinggal. Secara rinci tujuan DAK untuk Daerah Tertinggal adalah sebagai berikut:
a. Mempercepat pengentasan daerah tertinggal dengan menambah alokasi DAK untuk bidang-bidang yang mempunyai daya ungkit yang
besar terhadap pembangunan daerah tertinggal; b. Memberikan kerangka anggaran percepatan pembangunan daerah
tertinggal; c. Memberikan stimulan untuk pembangunan daerah tertinggal yang
sesuai dengan kewenangan daerah dan sesuai prioritas nasional; d. Mengurangi
mismatch kegiatan yang dibiayai DAK dengan kebutuhan strategis daerah tertinggal.
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 137
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
e. Mengurangi kesenjangan fi skal antara daerah tertinggal dengan daerah non tertinggal;
f. Meningkatkan kapasitas fi skal daerah tertinggal untuk memberi pelayanan publik dan pelayanan infrastruktur dasar sesuai dengan
standar minimalnya; g. Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk
melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal yang merupakan salah satu mainstream pembangunan nasional;
Keberpihakan DAK kepada daerah tertinggal juga dapat dilihat dari berbagai kebijakan sebagai berikut:
1. Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014, Buku I: Prioritas Nasional masuk sebagai prioritas 10 Daerah Tertinggal,
Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konfl ik 2. Pidato Presiden pada Penyampaian Keterangan Pemerintah
Atas RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2013 Beserta Nota Keuangannya Di Depan Rapat Paripurna DPR RI. “Di bidang DAK,
dalam rangka mempercepat pembangunan di daerah tertinggal, kita berikan prioritas dan perhatian khusus kepada daerah-daerah
tertinggal dalam pengalokasian anggaran DAK. Dengan kebijakan itu, maka distribusi alokasi DAK ke daerah tertinggal meningkat dari
sebelumnya Rp10,5 triliun dalam APBN-P 2012, menjadi Rp13,06 triliun dalam RAPBN tahun 2013.
3. Trilateral Meeting DAK 2013 telah disampaikan himbauan agar DAK seluruh bidang mencantumkan prioritas lokasi kepada daerah
tertinggal sebagai bentuk keberpihakan terhadap daerah tertinggal. 4. Pasal 40 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 mengatur agar
daerah tertinggal diprioritaskan untuk mendapatkan DAK karena menjadi bagian dari “Kriteria Khusus” dalam perhitungan alokasi DAK.
138
Selain DAK, bentuk keberpihakan APBN terhadap Daerah Tertinggal dilakukan melalui Belanja KementerianLembaga KL berupa :
a. Bansos melalui program pembangunan daerah tertinggal dalam program PNPM Mandiri.
b. Program Percepatan
Pembangunan Daerah
dalam Kementerian
PDT antara lain untuk: 1 bantuan stimulan pengembangan infrastruktur ekonomi;
2 bantuan stimulan pengembangan infrastruktur transportasi; 3 bantuan stimulan pengembangan infrastruktur energi.
4.5. Penganggaran dan Pengalokasian DAK Daerah Tertinggal
Penganggaran dan pengalokasian DAK kepada daerah tertinggal dilakukan sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013. Dalam
rangka mendukung tema Rencana Kerja Pemerintah tahun 2013 untuk memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan dan perluasan
kesejahteraan rakyat ditetapkan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya. Prioritas nasional tersebut mencakup 1Reformasi Birokrasi
dan Tata Kelola; 2 Pendidikan; 3 Kesehatan; 4 Penanggulangan Kemiskinan; 5 Ketahanan Pangan; 6 Infrastruktur; 7 Iklim Investasi
dan Iklim Usaha; 8 Energi; 9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana; 10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konfl ik; 11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Adapun tiga prioritas
lainnya, yaitu: 1 Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 2 Bidang Perekonomian; 3 Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Prioritas alokasi anggaran untuk daerah tertinggal dilakukan sebagai bentuk upaya pemutusan keterisolasian pembangunan kecamatan-
kecamatan terdepan termasuk kawasan pulau kecil terdepan, serta untuk mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal. Alokasi
anggaran diwujudkan dalam bentuk peningkatan alokasi DAK terhadap
Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2013 139
AFFIRMATIVE POLICY DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
daerah tertinggal dan perbatasan serta pelaksanaan DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal, Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan
dan DAK bidang lainnya secara sinergis dan terintegrasi dengan kegiatan terkait lainnya. Aokasi anggaran tersebut diperlukan untuk membantu
pencapaian sasaran-sasaran pokok pembangunan daerah tertinggal pada tahun 2013 berupa peningkatan kinerja pembangunan daerah
tertinggal yang tercermin dari: 1. Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal
sebesar 6,9 persen pada tahun 2013; 2. Berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal
hingga mencapai rata-rata sebesar 15,4 persen pada tahun 2013; 3. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di daerah tertinggal
yang diindikasikan oleh rata-rata Indeks Pembangunan Manusia IPM pada tahun 2013 menjadi 71,2.
Untuk mencapai sasaran tersebut arah kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2013 dilakukan melalui: 1pengembangan ekonomi
lokal di daerah tertinggal untuk mengoptimalkan potensi unggulan melalui pendekatan klaster; dan 2peningkatan sarana prasarana infrastruktur,
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau di daerah tertinggal.
Alokasi APBN 2013 untuk DAK sebesar Rp31.697,1 miliar, sebesar Rp3.880,0 miliar atau sebesar 12,2 persen diprioritaskan untuk daerah
tertinggal. Alokasi DAK sebesar Rp27.817,1 miliar yang dialokasikan untuk 19 bidang DAK juga terbuka bagi daerah tertinggal sepanjang
memenuhi kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis. Dari jumlah
DAK yang sebesar Rp27.817,1 miliar, sebanyak Rp11.046,4 atau sebesar 39,71 dialokasikan kepada daerah tertinggal. Bila diperhitungkan
dengan alokasi DAK dalam rangka affi rmative policy sebesar Rp1.880,0 Miliar, maka jumlah DAK yang dialokasikan kepada daerah tertinggal