UPTD Rumah Sewa IDENTIFIKASI PENGELOLAAN RUSUN PEKUNDEN DAN

137

3.3.11 UPTD Rumah Sewa

UPTD Rumah Sewa dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 75 tahun 2008. UPTD memiliki kewenangan untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional DTKP Kota Semarang di bidang Pengelolaan Rumah Sewa. Rumah sewa termasuk di dalamya adalah rumah susun sederhana sewa. Organisasi UPTD yang baru terbentuk pada tahun 2008 relatif jauh jaraknya dengan penghunian rumah susun Pekunden dan Bandarharjo yang mulai dihuni pada awal tahun 1990-an. Tetapi sebelum terbentuknya UPTD, urusan pengembangan perumahan berada pada bidang perumahan dan permukiman di DTKP. Sebelum Peraturan Walikota Semarang No. 33 Tahun 2008 lahir, DTKP merupakan kepanjangan dari Dinas Tata Kota dan Permukiman tetapi dengan Peraturan Walikota tersebut maka DTKP berubah menjadi Dinas Tata Kota dan Perumahan. DTKP mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata kota dan perumahan. Pengelolaan rusunawa Pekunden dan Bandarharjo termasuk dalam kewenangan UPTD Rumah Sewa. Menurut informasi UPTD pengelolaan rusun Pekunden dan Bandarharjo Semarang berdasarkan Permenpera No.142007 dan SE No.03SEDM04 Dirjen Perumahan dan Permukiman Depkimpraswil, yang dilanjutkan dengan dikeluarkannya Perda No.72009 tentang pengelolaan rusunawa di Kota Semarang. Sesuai fungsi dan tugasnya seperti diatur dalam Peraturan Walikota Semarang Nomor 75 tahun 2008, UPTD badan pengelola membantu Kepala Daerah dan pemilik aset dalam melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pengelolaan rusunawa. Permasalahan dalam pengelolaan di rusun Pekunden dan Bandarharjo menurut UPTD secara lokasional berbeda. Tetapi secara prinsip terdapat persamaan, yaitu dalam pemanfaatan fisik bangunan dan penghunian. Hal ini antara lain : - Penerapan dan pelaksanaan peraturan yang ada tidak konsisten dan tidak tegas. - Komunikasi antara pegelola dan penghuni rusun tidak berjalan dengan baik pengelola yang dimaksud adalah pemerintah kotaUPTD. 138 - Kurangnya kesadaran para penghuni dalam mentaati peraturan penghunian. - Tingkat ekonomi penghuni rusunawa masih rendah, sehingga mengalami kesulitan dalam pembayaran sewa bulanan hingga terjadi tunggakan. - Lama penghunian yang terlalu panjang mengakibatkan penghuni rusun tidak berpikir kreatif dan inovatif untuk membuat rumah sendiri. - Proses seleksi calon penghuni kurang baik. Salah satu akibat permasalahan pengelolaan tersebut adalah tidak ada dampak perubahan sosial ekonomi penghuni selama bertempat tinggal di rusun. Hal ini terlihat dari betahnya penghuni bertempat tinggal dalam jangka waktu yang lama dan sewa bulanan tak terbayarkan. Upaya untuk melakukan pemberdayaan sosialkesejahteraan penghuni sebagai bentuk pendampingan dan pembinaan di kedua rusun dulu pernah ada seperti kegiatan sosialisasi penghunian dan program–program bantuan non fisik lainnya. Tetapi pada saat ini hal itu tidak berjalantidak dilakukan lagi. Untuk program penanganan fisik bangunan ataupun prasarana dan sarana rusun dianggarkan melalui APBD. Agar permasalahan dalam pengelolaan rusunawa tidak menimbulkan kesulitan lagi maka menurut UPTD proses seleksi harus lebih ketat dan selektif terutama pada kemampuan ekonomi penghuni dan ketegasan pelaksanaan regulasi dengan sanksinya. 139

BAB IV ANALISIS FAKTOR PENGARUH PENGELOLAAN

RUSUN PEKUNDEN DAN BANDARHARJO 4.1 Analisis Faktor Pengaruh Pengelolaan Tahapan analisis faktor pengaruh pengelolaan meliputi uji reliabilitas, uji validitasCFA, analisis faktor, analisis regresi, dan uji multikolinieritas. Dari hasil uji inilah akan dapat diperoleh jawaban dari hipotesis penelitian. 4.1.1 Uji Reliabilitas Kuesioner yang disusun adalah berdasarkan temuan masalah yang berasal dari fenomena di lapangan dan tatanan konseptual regulasi Permenpera No.142007 dan Perda No.72009. Tujuan reliabilitas adalah kestabilan jawaban yang dapat menjelaskan tentang konstruk variabel penelitian. Hasil uji reliabilitas di rusun Pekunden dan Bandarharjo adalah sebagai berikut A. Rusun Pekunden Uji reliabilitas dilakukan pada masing–masing konstruk variabel penelitian untuk dinyatakan sahstabil, sehingga dapat dipercaya untuk menjelaskan variabel penelitian. Misalnya variabel penelitian Pemanfaatan Fisik dapat dijelaskan oleh data–data yang berasal dari jawaban penghuni tentang penggunaan benda dan bagian bersama, konstruksi bangunan dan kelayakan hunian, kondisi PSU, serta intensitas perawatannya. Hasil uji reliabilitas terhadap penghuni di Rusun Pekunden menyatakan bahwa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan adalah reliabelsah digunakan dalam penelitian ini. Jawaban terhadap pertanyaan dapat dijadikan indikator untuk menjelaskan konstruk suatu variabel penelitian. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel IV.1 berikut.