Rumah Susun Sederhana .1 Tujuan Pembangunan Rmah Susun Sederhana
46 tarif sewa adalah tidak lebih besar 13 pendapatan MBR. Sehingga kemampuan
MBR didekati dengan rasio 30 atau 13 dari pendapatan yang dibelanjakan untuk perumahan.
2.4 Rumah Susun Sederhana 2.4.1 Tujuan Pembangunan Rmah Susun Sederhana
Pembangunan rumah susun sederhana bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan rumah susun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan menengah bawah di kawasan perkotaan Jakstra, 2007. 2.4.2 Prinsip Pengaturan Rumah Susun Sederhana
Pengaturan rumah susun tertuang dalam UU No.161985 dan PP No.41988. Rumah susun untuk optimasi penggunaan tanah perkotaan. Konsep
tata ruang diarahkan vertikal terutama untuk permukiman berkepadatan tinggi dan peremajaan kawasan kumuh. Regulasi ini juga mengatur tentang pengelolaan dan
lokasi rumah susun. Lokasi rumah susun harus sesuai peruntukkan tata ruang dan keserasian lingkungan. Inter-koneksi jaringan lokal dengan jaringan kota
dimungkinkan serta mudah dicapai angkutan dan terjangkau pelayanan air bersih dan listrik. Sedangkan dari Jakstra Rusun 2007 dinyatakan bahwa lokasi rusuna
berada atau disyaratkan pada kawasan pusat kegiatan kota dan kawasan–kawasan khusus yang memerlukan rumah susun seperti kawasan industri, kawasan
pendidikan dan kawasan campuran. Selain itu bagi kota yang memiliki penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa dan kepadatan penduduk di atas 200 jiwaha sudah
seharusnya mengarahkan pembangunan perumahan ke arah hunian vertikal. Pembangunan apartemen rakyatrusuna adalah yang layak, murah dan terjangkau,
selain harus berada di lokasi yang strategis dan memiliki aksesibilitas yang bernilai ekonomi tinggi Keppres No.222006. Kebutuhan pengadaan rumah
susun berdasarkan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel II.1. Kota metropolitan, kota besar, dan bagi kota sedang yang memiliki
permasalahan khusus sudah harus mempertimbangkan pengembangan hunian vertikal Dirjen Cipta Karya, DPU:2007. Lokasi pembangunan rusunawa
ditetapkan sendiri oleh masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan
47 kebijakan lokal yang berdasar pada kriteria dan peraturan nasionalregional yang
berlaku.
TABEL II.1 KEBUTUHAN RUMAH SUSUN
BERDASARKAN KEPADATAN PENDUDUK
Klasifikasi Kawasan
Kepadatan Rendah
Kepadatan Sedang Kepadatan
Tinggi Sangat
Padat
Kepadatan penduduk
150 jiwaha 151 – 200 jiwaha
201 – 400 jiwaha
400 jiwaha
Kebutuhan Rusun
Sebagai alternatif untuk kawasan
tertentu Disarankan untuk pusat-
pusat kegiatan kota dan kawasan tertentu
Disyaratkan Disyaratkan
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007.
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan lokasi antara lain : Penanganan kawasan permukiman kumuh, yang diawali dengan pemetaan
kawasan kumuh dan kajian kelayakan untuk menetapkan tingkatan kekumuhan sehingga memerlukan upaya peremajaan yang berdampak pada
kebutuhan akan hunian vertikal sewa sebagai salah satu solusi. Tinjauan terhadap RTRW untuk menentukan kelayakan lokasi dari fungsi
lahan dan tata guna tanah. Tinjauan sosial dan ekonomi yang dapat meyakinkan bahwa komunitas yang
akan dipindahkan dan nantinya bakal menghuni rusunawa di lokasi yang baru tidak kehilangan kehidupan dan penghidupannya yang paling mendasar.
Lahan atau tapak dimana gedung negara berupa rusunawa tersebut akan dibangun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Memenuhi syarat administratif, yang diartikan bahwa lahan tersebut adalah milik pemerintah daerah yang sah dan tidak menyalahi peraturan lokal,
regional, maupun nasional. Memenuhi persyaratan fisik, yang dimaksudkan bahwa lahan tersebut tidak
rawan bahaya dan atau bencana permanen dan periodik yang tidak bisa diatasi. Memenuhi persyaratan ekologi, yang berarti dibangunnya suatu hunian
bertingkat jamak tersebut tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan perlu perlakuan amdal
48 Menurut Yudosodo 1991:347–348 dalam membangun rusunawa perlu
memperhatikan aspek–aspek seperti : aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek tanah perkotaan, aspek investasi, aspek keterjangkauan. Aspek ekonomi berkaitan
dengan lokasi yang dekat dengan tempat kerja atau aktivitas sehari–hari sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga. Sedangkan aspek keterjangkauan
berkaitan dengan penetapan tarif sewa yang mampu dibayar oleh masyarakat penghuni rumah susun sederhana.
Rusunami dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, atau hak pengelolaan PP No.401996 tentang HGU,
HGB dan HP atas Tanah Negara. Rusunawa dibangun di atas tanah instansi pemerintahpemerintah daerah baik yang sudah berstatus hak pakai maupun yang
belum berstatus hak pakai. Rusunawa dapat juga dibangun langsung di atas hak pengelolaan seperti pada instansi pemerintahpemda, BUMN, BUMD, PT.Persero,
Badan Otorita, Badan Hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk PMNAKBPN No.91999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
dan HPL. Standar perencanaan teknis pembangunan rusun sesuai Jakstra Rusun,
2007 adalah sebagai berikut :