Kepadatan Bangunan Tata Letak Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian Jenis Fungsi Rumah Susun Luasan Satuan Rumah Susun Kelengkapan Rumah Susun Transportasi Vertikal

48 Menurut Yudosodo 1991:347–348 dalam membangun rusunawa perlu memperhatikan aspek–aspek seperti : aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek tanah perkotaan, aspek investasi, aspek keterjangkauan. Aspek ekonomi berkaitan dengan lokasi yang dekat dengan tempat kerja atau aktivitas sehari–hari sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga. Sedangkan aspek keterjangkauan berkaitan dengan penetapan tarif sewa yang mampu dibayar oleh masyarakat penghuni rumah susun sederhana. Rusunami dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, atau hak pengelolaan PP No.401996 tentang HGU, HGB dan HP atas Tanah Negara. Rusunawa dibangun di atas tanah instansi pemerintahpemerintah daerah baik yang sudah berstatus hak pakai maupun yang belum berstatus hak pakai. Rusunawa dapat juga dibangun langsung di atas hak pengelolaan seperti pada instansi pemerintahpemda, BUMN, BUMD, PT.Persero, Badan Otorita, Badan Hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk PMNAKBPN No.91999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan HPL. Standar perencanaan teknis pembangunan rusun sesuai Jakstra Rusun, 2007 adalah sebagai berikut :

a. Kepadatan Bangunan

Kepadatan intensitas bangunan diatur dengan perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan KDB dan Koefisien Lantai Bangunan KLB. Koefisien dasar bangunan KDB adalah perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas lahanpersil yang tidak melebihi dari 0.4. Sedangkan Koefisien lantai bangunan KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah yang tidak kurang dari 1,5, dan koefisien bagian bersama KB adalah perbandingan bagian bersama dengan dengan luas bangunan, tidak kurang dari 0,2.

b. Tata Letak

Tata letak rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian. 49

c. Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

d. Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan dimungkinkan dalam satu Rusunkawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

e. Luasan Satuan Rumah Susun

Luas sarusun minimum 21 m 2 , dengan fungsi utama sebagai ruang tidurruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur.

f. Kelengkapan Rumah Susun

Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

g. Transportasi Vertikal

Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal. Sedang rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal. Perencanaan teknis ditunjang oleh penerapan teknologi bahan bangunan dan konstruksi dari potensi SDA lokal, yang memenuhi standar pelayanan minimal keamanan konstruksi, kesehatan, dan kenyamanan supaya harga sewa jual rusun tidak terlalu mahal. Beban biaya sosial yang terjadi pada saat persiapan, pelaksanaan pembangunan, serta biaya operasi dan pemeliharaan rusun dapat dikurangi. Perencanaan teknis juga menyangkut penyiapan perijinan, skema pembiayaan, rencana kelompok sasaran, rencana tarifsewa dan harga jual, dan rencana subsidi. Subsidi untuk rusunami oleh MBR diatur dalam Permenpera No.7PermenM2007, dengan batasan penghasilan Rp.1.200.000,- sd Rp.4.500.000,- per bulan. Sedangkan untuk MBR yang berpenghasilan per bulan di bawah Rp.1.200.000,- dilayani dengan penyediaan rusunawa. 50 2.4.3 Penyelenggaraan Rumah Susun Sederhana Sewa Penyelenggaraan rumah susun sederhana meliputi pemilihan lokasi berdasarkan kriteria dan persyaratan, penyediaan dan pematangan lahan, perencanaan teknis, sosialisasi terhadap rencana, implementasikonstruksi, manajemen operasionalpengelolaan, pemantauan dan evaluasi. Sumber : Laporan Perencanaan Umum Pembangungan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan, 2007. GAMBAR 2.2 PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Pengelolaan dan manajemen operasional merupakan tahapan setelah masa konstruksi. Pengelolaan dilanjutkan dengan tahapan pemantauan dan evaluasi untuk menghasilkan hal–hal yang bisa dijadikan umpan balik bagi tahapan awal penyelenggaraan tumah susun sederhana. Dengan demikian keberhasilan penyelenggaraan rumah susun sederhana dapat didekati dari keberhasilan manajemen operasionalisasipengelolaan. Skema pengelolaan yang baik dapat memberi manfaat pada penghuni rusunawa sekaligus keuntungan bagi penyelenggara sehingga dana bergulir untuk membangun rusunawa baru Bappenas, 2003:464–465. Pemilihan Lokasi Penyediaan Lahan Matang Perencanaan Teknis Sosialisasi Rencana Implementasi Konstruksi Manajemen Operasional Pengelolaan Pemantauan dan Evaluasi “Masa Pra-KonstruksiPra-rencana dan Rencana” “Masa Konstruksi” “Masa Pasca- Konstruksi” “Umpan Balik” 51 2.5 Pengelolaan Rumah Susun Sederhana 2.5.1 Konsep Sistem Pengelolaan