167
3. Manajemen Penghunian
Penghunian berdasarkan peraturan mencakup : ketepatan kelompok sasaran, proses penghunian, keberadaan surat perjanjian sewa dan
perpanjangannya, serta kepatuhan dalam menjalankan hak, kewajiban, dan larangan penghunian. Manajemen penghunian dimaksudkan untuk mengatur
penghuni agar memenuhi segala sesuatu yang ditetapkan selama menempati Rusun Pekunden.
Sumber : Hasil Analisis, 2009.
GAMBAR 4.5 MANAJEMEN PENGHUNIAN RUSUN PEKUNDEN
Manajemen penghunian disertai pengawasan untuk mengurangi ketidak- sesuaian penghunian. Pengawasan menjadi instrumen dari pengendalian.
Manajemen penghunian di atas diperuntukkan bagi penghuni dengan hak sewa. Sehingga yang menempati rusun secara tidak benar harus menyesuaikan dengan
pengaturan penghunian ini. Manajemen penghunian disertai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi oleh badan pengelola bersama–sama UPTD. Pendekatan
UPTD dan PPRS
Kelompok Sasaran
Inventarisasi Penghuni
Cara Penghunian
Perjanjian sewa Persyaratan
Penghunian
Sewa
Non Sewa
Retribusi Sewa
Evaluasi Kemampuan
Tidak
Mampu ”Perbaharui”
Negosiasi Ulang
Pertimbangan Hak Huni
Pengawasan tata tertib
penghunian Penertiban
tunggakan
Tinjau Tarif Sewa
Sanksi thd Pelanggaran
Ketidaksesuaian Monitoring dan
Evaluasi Proses Penghunian
168 yang digunakan kepada penghuni yang menempati rusun dengan persepsi hak
huni adalah milik adalah dengan pendekatan persuasif dan dialogis antara penghuni–UPTD–Dinas terkait pemerintah daerah lain dalam membahas duduk
persoalan serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. 4. Kelembagaan Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah pemerintah daerah, badan pengelola, dan penghuni. Pengelolaan Rusun Pekunden tidak bisa efektif dijalankan oleh Badan
Pengelola UPTD sebab terjadi perbedaan persepsi kepemilikan hak huni apakah milik atau sewa. Implikasinya pada biaya perawatan. Hak sewa berarti seluruh
biaya perawatan bangunan dan PSU menjadi beban badan pengelola. Bahkan pengawasan terhadap hunian juga menjadi kewenangan badan pengelola. Hak
milik ada kelonggaran bagi penghuni dalam mengubah unit sarusun asalkan disetujui badan pengelola yang dibentuk penghuni sendiri, atau tidak merugikan
penghuni lain, dan memperhatikan kekuatan struktur bangunan. Pengawasan dan pengendalian sebaiknya diintensifkan lagi oleh UPTD.
Koordinasi dan kerja sama dengan PPRS perlu dilakukan terutama dalam pencatatan dan administrasi penghunian. Pengelolaan usaha ekonomi di lantai
dasar dirancang ulang agar ada manfaat dan keuntungan yang jelas bagi penghuni. Hal ini untuk menghindari efek penghunian yang mengarah kepada kekumuhan.
PPRS lebih berperanan dalam memantau pemeliharaan yang dilakukan untuk menjaga keandalan bangunan serta lingkungan rusun.
5. Rencana Kegiatan yang Dilakukan Kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan dalam jangka pendek dan
menengah adalah : 1. Perbaikan cara penghunian dengan menertibkan penghunian yang tidak
sesuai ketentuan dan peraturan, yaitu : menempati dengan melakukan pembelian rusun atau menyewakan rusun.
2. Proses seleksi dalam menempati rumah susun ditinjau kembali. Perlunya ketegasan dari UPTDpemerintah daerah mengenai status rumah susun
Pekunden. Sebab hal ini memiliki andil cukup besar dalam mempengaruhi penghunian.
169 3. Pemberlakuan batasan waktu penghunian. Meskipun pada peraturan
daerah sudah ada pemberlakuan batasan waktu tetapi pelaksanaannya tidak berjalan dengan benar.
4. Penerbitan perjanjian sewa dan pembaharuan perjanjian. 5. Penggalakkan kembali petugas pemungut retribusi sewa secara rutin tiap
bulan untuk menekan tunggakan sewa. 6. Penataan kawasan permukiman sekitar rusun supaya tidak menjadi
permukiman kumuh padat dan tidak tertata. 7. Pengelolaan lantai dasar untuk usaha ekonomi ditata ulang untuk
memberikan manfaat dan keuntungan bagi penghuni. 8. Keasrian lingkungan rusun perlu dijaga dengan penertiban PKL dan
penjual warung makan di lingkungan rusun. 9. Perbaikan atau perawatan kondisi fisik bangunan dan pengalokasian
anggaran yang memadai untuk perawatan bangunan dan PSU. Sedangkan rencana pelaksanaan jangka panjangnya adalah :
1. Peningkatan kondisi lingkungan permukiman sekitar rusun dan menjaganya agar syarat sebagai kawasan permukiman sehat dan layak
huni terpenuhi. 2. Peningkatan fungsi pengawasan dan pengendalian dari pemerintah daerah
atau badan pengelola dalam penghunian supaya alih huni secara liar tidak terjadi lagi. Alih huni yang tidak terkendali di Rusun Pekunden
dikhawatirkan telah menimbulkan efek marjinalisasi dan jentrifikasi sebab lokasi rusun berada pada tempat yang strategis pusat kota.
4.3.2 Manajemen Pengendalian Rusun Bandarharjo 1. Faktor Berpengaruh
Faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan Rusun Bandarharjo adalah Pemanfaatan Fisik dan Kelembagaan. Keduanya bersama–sama menjadi skala
prioritas dalam pengelolaan Rusun Bandarharjo. Bila ditinjau secara fisik maka bangunan Rusun Bandarharjo mengalami degradasi hunian yang sangat
signifikan. Kondisi bangunan rusun baik dinding, lantai, struktur banyak yang telah rusak, pecah, dan retak. Beberapa kolom penyangga juga terlihat turun dan
retak. Bangunan blok lama malah terlihat semakin amblas. Kondisi saluran
170 drainase lingkungan rusun mampat dan meluberi jalan dan lingkungan.
Lingkungan rusun dikitari oleh permukiman kumuh dan rumah amblas. Akses jalan sering tergenang air rob dan rusak parah. Pengelolaan rusun tidak dilakukan
dengan baik sehingga banyak pengalihan ruang kosong di lantai dasar rusun dijadikan rumah bagi yang tidak berhak. Tidak ada pengelola yang mengurusi
Rusun Bandarharjo. Peranan pemerintah daerah dalam melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan pada pengelolaan rusunawa baik untuk penghuni
maupun badan pengelola sangat kurang. Sehingga dua faktor ini, yaitu pemanfaatan fisik dan kelembagaan, diprioritaskan penanganannya. Sedangkan
faktor lingkungan menjadi prioritas berikutnya. 2. Arahan Pemanfaatan Fisik dan Kelembagaan
Arahan untuk pengendalian penghunian di Rusun Bandarharjo adalah perbaikan kondisi bangunan dan hunian supaya memenuhi standard kelayakan
melalui peningkatan bantuan intensif pemerintah daerah. Secara menyeluruh peranan pemerintah daerah hendaknya ditingkatkan dalam hal pembinaan,
pendampingan maupun pengawasan serta pengendalian, sebab Rusun Bndarharjo merupakan aset negara yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Penyuluhan dan pemberdayaan sosial ekonomi kepada penghuni perlu dilakukan kembali. Penyadaran kepada warga sekitar rumah susun untuk tidak
melakukan pengubahan lantai dasar rusun atau dinding luar rusun sebagai hunian perlu diintensifkan. Dari kondisi fisik dapat dinyatakan bahwa Rusun Bandarharjo
sudah mengalami kekumuhan vertikal. Keberadaan pengelola dibutuhkan untuk mengurusi aktivitas penghuni
rusun dan pemeliharaan bangunan rusun. Bentuknya bisa berupa paguyuban atau bentuk pengelola lain.
3. Manajemen Pemanfaatan Fisik dan Kelembagaan