Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teoritis

c. Bagaimana penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten? Berdasarkan judul penelitian dan permasalahan diatas penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian baru dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai objektivitas dan kejujuran.

F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis dalam penelitian karya ilmiah hukum mempunyai 4 empat ciri, yaitu a teori-teori hukum, b asas-asas hukum, c doktrin hukum dan d ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. 21 Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena batasan dan sifat hakikat suatu teori adalah “…seperangkat konstruk konsep, batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan menjalankan dan memprediksi gejala-gejala itu”. Rumusan diatas, mengandung 3 hal, pertama, teori merupakan seperangkat proposisi yang terdiri atas variabel-variabel yang terdefenisikan dan saling berhubungan. Kedua, teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena- fenomena yang dideskripsikan oleh variabel-variabel itu. Akhirnya, suatu teori 21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 79. Universitas Sumatera Utara menjelaskan fenomena. Penjelasan itu diajukan dengan cara menunjuk secara rinci variabel-variabel tertentu yang berkaitan dengan variabel-variabel tertentu lainnya. 22 Penelitian ini menggunakan teori Tanggung Jawab Profesional Professional Liability. Dalam Black Law Dictionary, Profession is A vocation or occupation requiring special, usually advanced, education, knowledge, and skill; e.g. law or medical profession. Professional is One engaged in one of learned professions or in an occupation requiring a high level of training and proficiency. 23 Profesi adalah pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, biasanya pada tingkat lanjut, misalnya profesi hukum atau kedokteran. Ciri utama dari seorang profesi adalah mempunyai pendidikan khusus, keterampilan khusus, dan dalam tingkat lanjut, contohnya akuntan publik. Sedangkan profesional adalah seseorang yang terlibat suatu pekerjaan yang perlu belajar terlebih dahulu untuk dapat mengerjakannya, atau suatu pekerjaan ynag mensyaratkan pelatihan dan keahlian pada tingkat yang tinggi. Dengan demikian professional dalam professional liability berarti orang yang memberi jasa tertentu dan tanggung jawab dari pemberi jasapengemban profesi atau jasa yang diberikannya. 24 Secara teoritik, di dalam Undang-undang perlindungan konsumen diatur beberapa macam tanggung jawab liability, salah satunya Professional Liability. 22 Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 42-43. 23 Black Law Dictionary. 24 Hukum Pertanggungjawaban Profesi Professional Liability, sebagaimana dimuat di dalam http:www.docstoc.comdocs3844817HUKUM-PERTANGGUNGJAWABAN-PROFESI- PROFFESIONAL-LIABILITY-DAN , diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Professional Liability menyatakan bahwa dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, tetapi prestasi pemberi jasa tersebut tidak terukur sehingga merupakan perjanjian ikhtiar inspanningverbintenis, maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability pertanggungjawaban profesional, yang menggunakan tanggung jawab perdata secara langsung strict liability dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. Sebaliknya, dalam hal terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, dan prestasi pemberi jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian hasil resultants verbintennis, maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability, yang menggunakan tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian contractual liability dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. 25 Menurut Komar Kantaatmaja sebagaimana dikutip oleh Shidarta menyatakan tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum legal liability dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Tanggung jawab profesional ini timbul karena mereka para penyedia jasa profesional tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat dari 25 Harjono, Perlindungan Hukum Konsumen yang Menderita Kerugian dalam Transaksi Properti Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen Studi pada Pengembangan Perumahan PT. Fajar Bangun Raharja Surakarta, Yustisia Edisi Nomor 68 Mei-Agustus 2006, hlm. 5, sebagaimana dimuat dalam http:eprints.uns.ac.id8081perlindungan_hukum_terhadap_konsumen_yang_menderita_kerugian.pd f , diakses tanggal 15 Agustus 2013. Universitas Sumatera Utara kelalaian penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. 26 Tanggung jawab profesional Professional Liability merupakan pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan dan menuntut keahlian, menggunakan tehnik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Ciri-ciri dari profesi, yaitu: 27 1. Standar untuk kerja 2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab. 3. Organisasi profesi 4. Etika dan kode etik profesi 5. Sistem imbalan 6. Pengakuan masyarakat Berdasarkan pengertian diatas, Tanggung jawab professional Professional Liability adalah tanggung jawab hukum legal liability dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Jenis jasa yang ditawarkan bisa pada 2 hal, yaitu: 28 26 Yoan Budiyanto, 2012, Jurnal Perlindungan Hukum bagi Perusahaan Lembaga Pembiayaan Selaku Kreditor terhadap Musnah atau Dialihkannya Objek Jaminan Fidusia, Malang: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hlm. 20, sebagaimana dimuat dalam http:hukum.ub.ac.idwp-contentuploads201307yohanjadi.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2013. 27 Tanggung Jawab Profesional, http:rendi-gumelar.blogspot.com201110normal-0-false- false-false-en-us-x-none.html , diakses tanggal 28 Maret 2012. 28 Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam http:kuliahade.wordpress.comcategoryhukum-perlindungan-konsumen , diakses tanggal 28 Maret 2012. Universitas Sumatera Utara 1. Menjanjikan menghasilkan sesuatu resultaat verbintenis, yaitu Jasa yang menjanjikan untuk menghasilkan sesuatu, misalnya tanggung jawab dokter gigi atas hasil pekerjaannya menambal gigi pasien. 2. Mengupayakan sesuatu inspanningsverbintenis, yaitu Jasa yang memperjanjikan untuk mengupayakan sesuatu, misalnya tanggung jawab profesional seorang pengacara untuk mengupayakan agar kepentingan kliennya dapat dilindungi seoptimal mungkin. 29 Tanggung jawab profesional Professional Liability terdiri dari 2 dua macam, yaitu: 30 1. Tanggung jawab profesional Professional Liability berdasarkan kode etik organisasi profesi yang bersangkutan intern. Contohnya akuntan yang melanggar kode etik akuntan publik akan dicabut dari organisasi profesi akuntan publik. 2. Tanggung jawab profesional Professional Liability berdasarkan hukum ekstern merupakan tanggung jawab profesional berdasarkan hukum legal liability, diartikan sebagai tanggung jawab hukum pemberi jasapengemban profesi atas jasa yang diberikannya kepada kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga. Profesi akuntan publik diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan publik. Dalam kode etik profesi akuntan publik ini diatur 29 Product Liability, Professional Liability, sebagaimana dimuat di dalam http:tipsmotivasihidup.blogspot.com201302product-liability-professional-liability.html , diakses tanggal 14 Mei 2013. 30 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http:eka- mulyani.blogspot.com201301kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html , diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri akuntan publik, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga diikuti oleh akuntan publik, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi. 31 Adapun fungsi dari kode etik profesi akuntan publik adalah: 32 1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. 2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan 3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa akuntan harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung jawab responsibility, berintegritas integrity, bertindak secara objektif objectivity dan menjaga indenpendensinya terhadap kepentingan berbagai pihak independence, dan hati-hati dalam menjalankan profesi due care. Setiap akuntan publik harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Seorang akuntan publik yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Etika akuntan yang dalam Standar Profesi Akuntan Publik SPAP tahun 2011 yang disusun oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI disebut sebagai norma akuntan menjadi patokan resmi para akuntan publik Indonesia dalam berpraktek. 31 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http:eka- mulyani.blogspot.com201301kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html , diakses tanggal 28 Maret 2013. 32 Kode Etik Profesi dan Kewajiban Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http:kozekosasih.blogspot.compkode-etik-profesi-dan-kewajiban-hukum.html , diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Norma-norma dalam SPAP tersebut yang menjadi acuan dalam penentuan tiga standar utama dalam pekerjaan akuntan publik, antara lain: 1. Akuntan publik harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. 2. Akuntan publik wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam pengauditan. Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan publik yang harus dilindungi serta sifat independensi dan kejujuran seorang akuntan publik dalam berprofesi. Namun sulit untuk menentukan fungsi dan etika pengauditan yang secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya. IAPI mempunyai tugas dan kewajiban terhadap anggotanya yang terlibat dalam proses pemeriksaan akuntan auditing agar tetap menjunjung tinggi profesionalisme mereka. Tuntutan profesionalisme bagi akuntan publik antara lain: 1. Mengembangkan ilmu dan seni akuntansi 2. Menjaga kepercayaan publik kepada profesi 3. Mengadakan dan menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan profesi Sebagai organisasi profesional di samping harus mampu membina anggotanya, IAPI harus mampu mengawasi dan menindak anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan publik. Kewajiban lain yang harus dipikul IAPI agar dapat menjadi salah satu “pillars of integrity” adalah menjadi salah satu agen Universitas Sumatera Utara yang mempromosikan good governance. Promosi ini dilakukan pada dasarnya untuk “menyuarakan” adanya keterbukaan dan akuntabilitas dalam berbagai aktivitas masyarakat. Peran lain yang dapat IAPI ambil untuk mendukung gerakan anti korupsi yang merupakan salah satu elemen gerakan untuk menciptakan good governance adalah dengan memberikan dukungan teknis kepada lembaga atau gerakan anti korupsi. 33 Adapun yang menjadi prinsip etika profesi akuntan publik Indonesia, adalah sebagai berikut: 34 1. Tanggung jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2. Kepentingan publik Akuntan sebagai anggota IAPI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. 3. Integritas 33 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http:eka- mulyani.blogspot.com201301kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html , diakses tanggal 28 Maret 2013. 34 Prinsip Etika Profesi Akuntan Publik Indonesia, sebagaimana dimuat dalam http:adhebadriah.blogspot.com201210normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html , diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan benchmark bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. 4. Obyektifitas Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAPI harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. 6. Kerahasiaan Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat-sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa Universitas Sumatera Utara profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir 7. Perilaku profesional Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. 8. Standar teknis Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan prinsip keterbukaan disclosure. Menurut Bacelius Ruru keterbukaan disclosure adalah kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan, baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya. Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan, namun demikian, untuk yang namanya tindakan membeli efek, maka sektor hukum mensyaratkan untuk keterbukaan disclosure lebih dari yang berlaku untuk membeli barang biasa. Cukup banyak pemikiran telah tercurahkan dan cukup banyak aturan main yang telah digulirkan hanya untuk menjamin agar unsur transparansi tersebut benar-benar muncul ke permukaan. Pentingnya eksistensi dan kedudukan unsur keterbukaan disclosure dalam pasar modal sehingga kalau belum bisa menjamin unsur keterbukaan ini, maka hukum pasar modal tersebut dianggap masih belum apa-apa. Universitas Sumatera Utara Keterbukaan disclosure informasi di pasar modal diperlukan karena informasi itu harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. 35 Menurut Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 angka 25: 36 “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.” Fungsi dari prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah sebagai berikut: 37 a. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian judgement terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal. 35 Adrian Sutedi,, Op. cit., hlm. 5. 36 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 37 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Pascasarjana, 2006, hlm. 7. Universitas Sumatera Utara b. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat, hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya, hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat, dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Manajemen perusahaan harus menjaga pasar untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan, jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya. c. Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud 38 Pencapaian tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor ini dapat terpenuhi, sepanjang informasi yang disampaikan kepada investor mengandung 38 Ibid., hlm. 8-9. Universitas Sumatera Utara kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta materiel. Penyampaian informasi yang demikian kepada investor berguna untuk menghindarkan investor dari bentuk penipuan atau manipulasi. 39 Max Weber pernah mengatakan bahwa konsistensi dalam penerapan hukum mutlak bagi proses industrialisasi suatu bangsa. Hukum yang berkenaan dengan industri pasar modal yang berlaku sekarang harus dikaji kembali, mengingat konsistensi dan penerapan hukum pasar modal di Indonesia masih menghambat penciptaan pasar modal yang efisien, sebab pasar modal telah lama dipandang sebagai barometer dalam hakikat bisnis. Isu utama yang harus dicermati dalam pasar modal adalah prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri, sebab keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. 40 Pentingnya prinsip keterbukaan dalam pasar modal didasarkan kepada beberapa teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya. 39 Ibid., hlm. 61. 40 Adrian Sutedi., Op. cit., hlm. 100. Universitas Sumatera Utara Teori pertama yang berkaitan dengan informasi yang mempengaruhi harga saham adalah hipotesis pasar modal yang efisien efficient capital market hypothesis. Pada mulanya efficient capital market hypothesis ECMH muncul dalam literatur ekonomi dan kemudian menjadi alat bagi ahli hukum serta menjadi bahan untuk membuat pendapat hukum. Karena tidak adanya suatu penjelasan yang sama mengenai pasar yang efisien, hal itu menjadi suatu persoalan serius bagi para hakim, ahli hukum dan pembuat peraturan, yang akan memakai pendekatan ECMH sebagai dasar kebijakan dalam pengaturan. Pendekatan ECMH sama dengan teori pasar efisien, yaitu menentukan “securities prices reflect a significiant amount of information from many different source in the securities market” atau “prices at any time ‘fully reflect’ all available information”. “Informasi yang dapat dipercaya direfleksikan ke harga saham secara cepat dan mempengaruhi suatu kesempatan yang tidak bisa dieksploitasi secara sistematis. Suatu harga saham harus didasarkan pada pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan. Artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan yang menyesatkan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal tidak efisien. Maka dalam hal ini keterbukaan artinya, suatu informasi tidak mengandung misrepresentation atau omission. 41 41 Bismar Nasution., Op. cit., hlm. 12-13. Universitas Sumatera Utara Melalui pendekatan ECMH melahirkan fraud on the market theory yang berkenaan dengan tanggung jawab tergugat. Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam Basic Inc v. Levinsion, 485 U.S. 224 1988 menetapkan: The fraud on the market theory is based on the hypothesis that, in an open end developed securities market, the price of a company’s stock is determined by the available material information regarding the company and its business… Misleading statement will therefore defraud purchasers of stock even if the purchasers do not directly rely on the misstatement… Inti suatu gugatan dalam penipuan pasar modal berdasarkan fraud on the market theory adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar yang secara cepat dapat merubah harga saham. Untuk merubah suatu harga saham, informasi yang salah tersebut harus dapat mempengaruhi orang-orang yang mempunyai kapasitas yang dapat mempengaruhi harga saham yang diperdagangkan. Orang-orang yang mempunyai kapasitas seperti itu menjadi ukuran dalam penentuan adanya penipuan. Sebab dalam pasar saham yang modern harga saham bukan ditentukan oleh investor profesional. Dengan perkataan lain, suatu informasi yang salah tidak dapat merubah harga saham, apabila informasi itu tidak dipercaya oleh investor potensil yang profesional. Berdasarkan teori ini adalah melawan hukum bagi setiap orang, baik langsung maupun tidak langsung, barang siapa yang membuat pernyataan yang menyesatkan atau tidak menyatakan suatu fakta materiel. 42 Oleh karena itu, penekanan prinsip keterbukaan dalam kaitannya dengan efficient capital market hypothesis dan fraud on the market theory, perlu didekati 42 Ibid., hlm. 13-14. Universitas Sumatera Utara dengan teori mengenai standar penentuan fakta materiel materialitas. Misalnya dalam SEC v Texas Gulf Sulphur, 401 F. 2d, 833, 2d. Cir. 1968, mengenai apakah suatu fakta bersifat material, yaitu apabila dengan fakta tersebut investor memutuskan untuk membeli, menjual atau menahan saham yang ada dimilikinya. Tes lainnya, apakah fakta tersebut menimbulkan akibat terhadap harga saham secara substansial. 43

2. Kerangka Konseptual