yang menggunakan laporan keuangan karena bermanfaat untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi.
316
3. Kasus Laporan Keuangan EmitenPerusahaan Publik yang Overstated
Skandal besar perusahaan terkemuka di Amerika yaitu Enron dan Worldcom, sepanjang tahun 2002 bermula dari kecurangan berupa rekayasa laporan keuangan
yang overstated, menyesatkan dan membingungkan. Muaranya adalah pada angka rugi-laba yang disajikan yang telah direkayasa, lalu secara otomatis mempengaruhi
harga saham, selanjutnya kemerosotan kepercayaan masyarakat dan berakhir pada kebangkrutan perusahaan.
Fenomena adanya kecurangan akuntansi juga terjadi di Bursa Efek Indonesia, yaitu kasus PT. Kimia Farma Tbk, PT. Indofarma Tbk, dan PT. Lippo
mengindikasikan adanya praktek manajemen laba yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba PT. Kimia Farma pada tahun 2002 mengindikasikan adanya
praktek manajemen laba dengan menaikkan laba overstated hingga Rp. 31,7 Milyar. Praktik manajemen laba tersebut diduga terkait dengan keinginan manajemen lama
untuk dipilih kembali oleh pemerintah guna mengelola perusahaan farmasi tersebut, PT. Indofarma Tbk pada tahun 2004 melakukan praktek manajemen laba dengan
menyajikan overstated laba bersih senilai Rp. 28,870 milyar, sebagai dampak dari
316
Muhammad Khafid, Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba, sebagaimana dimuat dalam Jurnal Dinamika
Akuntansi, Vol. 4, No. 2, September 2012, pp, 139-148, hlm. 140, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.
Universitas Sumatera Utara
penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, target yang ingin dicapai adalah menaikkan laba.
317
4. Analisis Hukum atas Laporan Keuangan yang Overstated
Kasus salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, PT. Kimia Farma, Tbk, yang telah terbukti melakukan overstated laporan keuangan sebagai berikut:
318
a. Kasus ini bermula dari ditemukannya hal-hal sebagai berikut:
1 Dalam rangka restrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. PT KAEF, Sdr.
Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir
pada 31 Mei 2002, menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk
tahun yang berakhir per 31 Desember 2001.
2 Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan overstated dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, diperoleh bukti sebagai berikut :
1 terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT KAEF, adapun
dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang
merupakan 2,3 dari penjualan dan 24,7 dari laba bersih PT Kimia Farma Tbk.
2 Kesalahan tersebut terdapat pada unit-unit sebagai berikut:
Unit Industri Bahan Baku − Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 miliar.
Unit Logistik Sentral − Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar Unit Pedagang Besar Farmasi PBF
− Kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1 miliar.
317
Skripsi tentang Pengaruh Beban Pajak Tanggungan dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba sebagaimana dimuat dalam
http:repository.upi.eduoperatoruploads_pea_0707501_chapter1.pdf diakses tanggal 24 Juni 2013
pukul 11.00 WIB.
318
Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal Tanggal 27 Desember 2002.
Universitas Sumatera Utara
− Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. 3
Bahwa kesalahan penyajian tersebut, dilakukan oleh Direksi periode 1998– Juni 2002 dengan cara:
− Membuat 2 dua daftar harga persedian master prices yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Pebruari 2002 dan 3 Pebruari
2002, dimana keduanya merupakan master prices yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT KAEF. Master
prices per 3 Pebruari 2002 merupakan master prices yang telah disesuaikan nilainya penggelembungan dan dijadikan dasar sebagai
penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT KAEF per 31 Desember 2001.
− Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh Akuntan. 4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tindakan yang dilakukan oleh PT KAEF terbukti melanggar:
319
− Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.
5 Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa Akuntan yang
melakukan audit Laporan Keuangan per 31 Desember 2001 PT KAEF: − Telah melakukan prosedur audit termasuk prosedur audit sampling yang
telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT KAEF
dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Namun demikian proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT KAEF.
c. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-
undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45
tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma Persero Tbk. Dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu
sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah;
d. Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
maka: 1
Direksi Lama PT Kimia Farma Persero Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah
untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001;
2 Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma Persero Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
319
Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal Tanggal 27 Desember 2002.
Universitas Sumatera Utara
100.000.000,- seratus juta rupiah untuk disetor ke Kas Negara, karena atas resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Persero Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
SPAP, dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.
320
Laporan keuangan PT. Kimia Farma, Tbk terbukti telah terjadi mark up pada tahun 2001 dan adanya penggelembungan keuntungan overstated dalam laporan
keuangan pada semester I tahun 2001, sehingga memaksa BUMN farmasi itu untuk menyajikan kembali restated laporan keuangan tersebut. Penggelembungan laba
bersih terjadi dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma, Tbk sebesar Rp. 32,7 miliar. Seharusnya laba bersih hanya Rp. 99,594 miliar, namun tercatat Rp. 132 miliar.
Kantor akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa HTM yang menemukan hal itu juga merupakan auditor PT. Kimia Farma, Tbk.
Kasus ini juga memenuhi unsur pidana dalam KUHP Pasal 378 jo Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal yaitu pemberian keterangan yang tidak benar yang
termasuk tindak pidana kejahatan dengan ancaman hukuman penjara maksimum sepuluh tahun dan denda maksimum Rp. 15.000.000.000,00. Bapepam dalam kasus
ini juga menjatuhkan sanksi administratif berupa denda kepada PT. Kimia Farma, Tbk sebesar Rp. 500 juta dan sebesar Rp. 1 miliar kepada Direksi lama PT. Kimia
Farma, Tbk periode 1998 hingga juni 2002. Bapepam juga mewajibkan kepada partner Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakota dan Mustofa yang melakukan audit
terhadap PT. Kimia Farma, Tbk untuk membayar denda sejumlah Rp. 100 juta.
321
320
Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal Tanggal 27 Desember 2002.
321
Chrysologus R.N. Sinulingga, Kejahatan Korporasi oleh PT. Terbuka di Pasar Modal: Suatu Tinjauan Hukum tentang Penerapan Sansi Pidana, sebagaimana dimuat dalam Law Review
Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol III, No.2, Nop 2003, hlm. 24-25.
Universitas Sumatera Utara
Kementerian BUMN meminta bantuan KAP HTM untuk menyajikan kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma, Tbk tahun buku 2001 karena diduga adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut yang mana sebelumnya tersaji sebesar Rp. 132 miliar, sedangkan setelah disajikan kembali oleh KAP HTM ternyata laba yang
sesungguhnya adalah sebesar Rp.99 miliar. Kantor akuntan publik dalam kasus ini juga ikut bertanggung jawab karena
tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma, Tbk meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik dan tidak pula ditemukan unsur kesengajaan. KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan
persyaratan profesional di dalam Standar tersebut dimana sebagai seorang profesional dan independen akuntan tersebut seharusnya mengetahui laporan-laporan yang
diauditnya itu telah terjadi penggelembungan laba. Akuntan publik seharusnya bertindak independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan
melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan .
322
C. Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated
di Pasar Modal 1. Tanggung Jawab Profesional
Setelah berkembangnya pasar modal di Indonesia, maka eksistensi para profesional khususnya profesi pendukung pasar modal semakin diakui, dan bahkan
semakin dituntut untuk memainkan peranannya dalam upaya terus mengembangkannya sebagaimana harapan pemerintah dan masyarakat, pada saat
322
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang bersamaan keadaan ini menimbulkan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap tanggung jawab sosial dan integritas profesi dalam ekonomi yang semakin
berkembang, termasuk di dalamnya berdampak pada meningkatnya risiko audit yang potensial dialaminya.
323
Laporan keuangan disajikan dan diproses di bawah control manajemen. Proses penyusunan laporan keuangan ini memiliki prinsip dan sistem yang sudah ada yang
dipelajari dalam ilmu akuntansi. Prinsip yang menjadi dasar pencatatan transaksi sampai pada pengungkapan penyusunan laporan keuangan di Indonesia diatur dalam
Standar Akuntansi Keuangan Prinsip Akuntansi Indonesia. Akuntan bukan saja harus tunduk pada Standar Akuntansi Keuangan dan
Standar Profesional Akuntan Publik, tetapi juga harus tunduk pada kode etik akuntan yang merupakan aturan perilaku ideal yang harus dimiliki, diterapkan, dan dijalankan
oleh seorang akuntan dalam melaksanakan profesinya. Kode etik ini menjamin agar akuntan sebagai pihak yang dipercayai masyarakat, jangan sampai menghilangkan
kepercayaan itu hanya untuk kepentingan sendiri dengan cara pemberian informasi yang tidak benar bagi masyarakat melalui laporan akuntannya.
Tugas akuntan di Indonesia yang utama secara formal adalah melakukan pemeriksaan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan. Akuntan dalam
pemeriksaan tidak bertujuan untuk mencari kesalahan Fraud dan Irregularities
323
Sofyan Syafri Harahap 1, Op. Cit., hlm. 107.
Universitas Sumatera Utara
ataupun tindakan-tindakan melawan hukum lainnya illegal acts terkecuali jika tujuan auditnya memang demikian.
324
Kecurangan didefenisikan sebagai penyimpangan yang disengaja yang mengakibatkan distorsi dalam laporan keuangan, seperti halnya tindakan kecurangan
oleh manajemen dan penyalahgunaan harta perusahaan. Penyelewengan dalam laporan keuangan mungkin terjadi karena manajemen dengan sengaja tidak
menyajikan atau tidak menyatakan akibat dari kejadian atau transaksi secara benar, memanipulasi, memalsukan atau mengubah catatan atau dokumen; menghilangkan
informasi yang penting dari catatan atau dokumen, mencatat transaksi yang palsu; sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah; dan menggunakan harta untuk
kepentingan diri pribadi manajemen, pegawai atau pihak ketiga. Manajemen dapat memerintahkan bawahannya untuk mencatat atau
menyembunyikan transaksi dengan cara tertentu, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan. Akuntan publik harus sadar akan pentingnya integritas
manajemen terhadap efektivitas berjalannya prosedur pengendalian akuntansi dan harus mempertimbangkan apakah terdapat keadaan yang mungkin mempengaruhi
manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan.
325
Tanggung jawab manajemen adalah merencanakan merancang, menerapkan dan mengawasi sistem pengawasan intern dengan baik sehingga membantu
dihasilkannya laporan keuangan yang tepat dan bebas dari kemungkinan kesalahan
324
Ibid.
325
Amin Widjaja Tunggal, Op. Cit., hlm. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
dan kecurangan
326
, misalnya penyajian laporan keuangan, berkenaan dengan salah saji, misstatements baik overstatements maupun understatements. Salah saji aset atau
pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya overstatement.
327
Transaksi-transaksi yang tercermin dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan ada di bawah
pengetahuan dan pengawasan pimpinan perusahaan, oleh karena itu kewajaran kebenaran dan ketelitian laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan.
328
Pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik tidak terlepas dari keterbatasan yang melekat pada proses pemeriksaan, biaya
pemeriksaan, seperti halnya pada biaya pengendalian lainnya harus sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Akibatnya, konsepsi pengujian secara selektif atas data yang
diperiksa yang menyangkut keputusan mengenai jumlah transaksi yang akan diperiksa dan bidang-bidang yang akan diuji, telah diterima secara umum sebagai
dasar yang benar dan cukup bagi akuntan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan konsepsi pengujian secara
selektif atas data yang diperiksa mengandung risiko, bahkan penyelewengan yang material, tidak dapat ditemukan.
329
Risiko bahwa kekeliruan atau penyelewengan yang material tidak dapat ditentukan mengingat dengan adanya kemungkinan manajemen menyimpang dari
326
S. Munawir, Op. Cit., hlm. 5.
327
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Loc. Cit.
328
S. Munawir, Loc. Cit.
329
Amin Widjaja Tunggal, Op. Cit., hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
sistem pengendalian intern atas dasar wewenang yang dimilikinya, adanya persekongkolan collusion, pemalsuan dokumen forgery, atau transaksi-transaksi
yang tidak dicatat. Tindakanpraktek tertentu, misalnya persekongkolan antara pegawai pelanggan klien dengan pihak ketiga atau persekongkolan di antara
manajemen atau pegawai pelanggan sendiri dapat mengakibatkan data yang menyesatkan kepada akuntan publik atau penyampaian catatan atau dokumen yang
dipalsukan atau dapat pula terjadinya penggelembungan laba perusahaan overstated. Akuntan publik tidak dapat diharapkan untuk memperluas prosedur pemeriksaannya
untuk mencari dan menemukan transaksi yang dicatat off the balance sheet, kecuali bila bukti yang diperoleh selama pemeriksaan menunjukkan, bahwa hal tersebut
memang ada.
330
Keterbatasan pemeriksaan yang dimaksud mencakup hal sebagai berikut:
331
1. Audit dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan cost benefit artinya biaya
pemeriksaan, biaya pengendalian intern harus lebih rendah atau minimal sepadan dengan manfaat yang diperoleh.
2. Pengujian dilaksanakan secara selektif sample statistic untuk sistem pengawasan
intern yang diyakini, artinya pemeriksaan tidak dilaksanakan secara menyeluruh tetapi diuji dengan memilih sampel yang ditetapkan sesuai dengan ilmu statistik.
Pemeriksaan secara sampel ini didasarkan pada alasan rasional dan ekonomis. Mengapa mesti audit menyeluruh jika sistem pengawasan sudah baik, manajemen
dipercaya, dan tujuan penyajian sama, dan prinsip yang dipakai sama.
3. Jika adanya kemungkinan penyelewengan yang tidak dapat ditemukan, hal ini bisa
timbul sebagai akibat dari hal-hal sebagai berikut: a.
Penyimpangan dari prosedur pengawasan intern yang telah digariskan. b.
Kemungkinan persekongkolan kolusi antara pejabat yang terlibat dengan pihak lainnya.
c. Pemalsuan dokumen
d. Transaksi tidak dicatat, dan lain-lain
330
Ibid.
331
Sofyan Syafri Harahap 1, Op. Cit, hlm. 109-110.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat hal tersebut dan keterbatasan lainnya atas efektivitas prosedur pemeriksaan, maka bila di kemudian hari ditemukan adanya penyelewengan yang
material selama periode yang diperiksa akuntan publik, hal ini tidak dengan sendirinya menjadi bukti, bahwa pekerjaan akuntan publik tersebut tidak memadai.
Akuntan publik bukan penjamin ditemukannya penyelewengan, bila pemeriksaannya telah dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan akuntan, berarti tanggung jawab
profesional akuntan publik telah dipenuhi.
332
Tujuan akuntan publik melakukan suatu pemeriksaan adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang disusun manajemen tersebut
telah menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Oleh karena itu, tanggung jawab akuntan publik hanya terbatas pada pemberian pendapat
atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan akuntan bersifat umum general audit tidak bertujuan secara khusus untuk menemukan penggelapan
atau kecurangan, namun demikian dapat terjadi kemungkinan ditemukannya penggelapan atau kecurangan dalam pemeriksaan umum ini, oleh karena itu apabila
dalam pemeriksaan yang sudah dilaksanakan sesuai dengan standar profesional akuntan publik tidak ditemukan adanya penyelewengan atau penggelapan tersebut
bukanlah tanggung jawab akuntan publik. Tanggung jawab akuntan publik timbul, jika ia gagal menemukan kecurangan
karena kelalaiannya mematuhi norma-norma pemeriksaan akuntan standar profesional akuntan publik. Apabila di kemudian hari ditemukan oleh akuntan publik
332
Amin Widjaja Tunggal, Op. Cit., hlm. 17-18.
Universitas Sumatera Utara
lainnya satu kecurangan di dalam tahun yang telah diperiksa oleh akuntan publik, tidak dengan sendirinya merupakan indikasi adanya kelalaian oleh akuntan terdahulu.
Akuntan publik terdahulu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tidak berhasilnya menemukan kecurangan itu sepanjang pemeriksaannya telah dilakukan
berdasar keahliannya dan sesuai dengan standar profesional akuntan publik, yang berarti telah memenuhi persyaratan yang diminta dalam melaksanakan tugasnya.
333
Jika tujuan pemeriksaan akuntan bertujuan untuk menemukan penyelewengan dan penggelapan atau kecurangan, maka pemeriksaan harus diperluas sampai pada
suatu keadaan di mana biayanya sedemikian tingginya, sehingga tidak menguntungkan lagi diadakan pemeriksaan. Walau demikian, tidaklah dapat dijamin
akan ditemukannya semua kecurangan sebab hal-hal seperti transaksi yang tidak dibutuhkan, pemalsuan dan persekongkolan tidak selamanya dapat ditemukan.
334
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik:
335
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupakan
sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam
hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia
mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip
333
S. Munawir, Loc.Cit.
334
Ibid.
335
SA Seksi 110 PSA No. 02 Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen paragraf 01.
Universitas Sumatera Utara
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,
auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan,
yang tidak material terhadap laporan keuangan.
336
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan,
di antaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi termasuk peristiwa dan kondisi yang konsisten dengan asersi manajemen
yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aset, utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian
langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu,
penyajian secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keungan di Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab
manajemen. Auditor independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau
sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan keuangan auditan terbatas pada
pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.
337
2. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal