Sejarah Pasar Modal Indonesia

Masyarakat dimungkinkan untuk dapat memiliki saham-saham perusahaan go public melalui pasar modal. Dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk pengembangan usaha yang selanjutnya akan meningkatkan produksi nasional, menambah kesempatan kerja, memperbesar penyediaan barang dan jasa yang diperlukan serta memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh rumah tangga. g. Pasar modal sebagai alternatif pembiayaan pemerintah 81 Besarnya utang luar negeri yang saat ini dimiliki pemerintah telah memberikan risiko dan kewajiban bunga serta cicilan pokok yang tidak kecil. Tantangan beban fiskal pada masa yang akan datang demikian besar yang mengharuskan pemerintah mencari sumber dana baru yang tingkat risikonya relatif kecil. Kebijakan anggaran berimbang sudah ditinggalkan dan dianut sistem defisit. Defisit maksudnya dapat ditutup antara lain dengan menerbitkan obligasi pemerintah di dalam negeri melalui pasar modal.

3. Sejarah Pasar Modal Indonesia

Pasar modal Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia sekarang Jakarta 82 pada tanggal 14 Desember 1912 83 oleh Vereniging voor de Effectenhandel. 84 81 Ibid., hlm. 124-125. Efek-efek yang diperdagangkan dalam bursa ini terdiri atas saham-saham dan obligasi yang diterbitkan perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi pemerintah Hindia Belanda dan efek-efek Belanda lain. Pendirian bursa efek oleh pemerintah Belanda tersebut bertujuan untuk 82 Juli Irmayanto, dkk, Op. Cit., hlm. 291. 83 Aristides Katoppo, Op. Cit., hlm. 5. 84 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, dan Achmad Abror, Lembaga Keuangan, Jakarta: PT. Rineka Citra, 2005, hlm. 162. Universitas Sumatera Utara memobilisasi dana dalam rangka membiayai perkebunan milik Belanda yang saat itu sedang dikembangkan secara besar-besaran. 85 Pendirian bursa efek di Batavia tersebut diikuti dengan pendirian bursa efek di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Bursa efek yang didirikan tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat sampai akhirnya kegiatannya terhenti karena pecahnya perang dunia kedua 86 menjelang invasi Jepang pada tahun 1942. 87 Aktivitas bursa efek ini diaktifkan kembali dengan penerbitan obligasi pemerintah Republik Indonesia tahun 1950. Pengaktifan kembali aktivitas bursa efek ini disokong dengan penerbitan Undang-Undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951. Undang-undang ini kemudian diganti dengan Undang-Undang RI Nomor 15 tahun 1952 untuk mempertegas dan memperkuat aturan dan landasan hukumnya sehingga institusi bursa efek tersebut dapat berkembang baik. 88 Penyelenggaraan bursa efek yang telah dibuka di Jakarta tersebut dilakukan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek PPUE dimana Bank Indonesia terlibat sebagai penasehat. 89 85 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005, hlm. 487. Perkembangan institusi ini ternyata relatif kurang memuaskan dan kurang mendapat sambutan dari masyarakat luas. Aktivitas bursa efek ini kemudian berhenti lagi pada tahun 1956 karena pemerintah melakukan kebijakan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing. 86 Juli Irmayanto, dkk, Loc. Cit. 87 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, dan Achmad Abror, Loc. Cit. 88 Irsyad Lubis, Bank dan Lembaga Keuangan, Medan: USU Press, 2010, hlm.152-153. 89 Juli Irmayanto, dkk, Loc. Cit. Universitas Sumatera Utara Bursa efek atau pasar modal ini kemudian diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 oleh Presiden Soeharto dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM yang kemudian 1992 berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Dasar hukum eksistensi dan pelaksanaan institusi pasar modal yakni Undang- undang RI Nomor 15 Tahun 1992 kemudian diganti dengan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995. 90 Pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang dapat dianggap sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal Indonesia antara lain Pakto 27, 1988 dan Pakdes 20, 1988, sebelum itu telah dikeluarkan Paket 24 Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok sebagai berikut: 91 a. Kemudahan syarat go public antara lain tidak harus mencapai 10. b. Penghapusan pungutan-pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam. c. Investor asing boleh memiliki saham perusahaan yang go public. d. Saham boleh diterbitkan atas tunjuk. e. Batasan fluktuasi harga saham di Bursa Efek sebesar 4 dari kurs sebelum ditiadakan. f. Proses emisi harus sudah diselesaikan Bapepam dalam waktu selambat-lambatnya 20 hari sejak dilengkapi persyaratan. Dampak dari deregulasi tersebut diatas adalah meningkatnya minat emiten maupun investor secara drastis yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan di satu pihak dan sarana investasi bagi pemodal. Meningkatnya minat emiten mencari dana melalui pasar modal tercermin dari 90 Irsyad Lubis, Loc. Cit. 91 Juli Irmayanto, dkk, Op. Cit., hlm. 292. Universitas Sumatera Utara banyaknya perusahaan yang melakukan emisi saham dan obligasi serta naiknya jumlah kapasitas dana. 92 Penerbitan Pakto 27 1988 dan Pakdes 20 1988 memberikan perbaikan terhadap perkembangan pasar modal Indonesia misalnya terbukti dengan beroperasinya Bursa Efek Surabaya sejak tanggal 16 Juni 1989. Perkembangan selanjutnya adalah privatisasi Bursa Efek Jakarta 1992 sehingga BAPEPAM berubah fungsi menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sedangkan Bursa Paralel Indonesia dimergerkan dengan Bursa Efek Surabaya 1995. Perkembangan terakhir 2007 Bursa Efek Surabaya dimergerkan dengan Bursa Efek Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. 93

4. Instrumen Pasar Modal