3 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Professional Competence and Due Care 4
Prinsip Kerahasiaan 5
Prinsip Perilaku Profesional
B. Laporan Keuangan yang Overstated
1. Pengertian Laporan Keuangan yang Overstated
Tugas akuntan adalah memeriksa dan melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah keuangan dari emiten. Agar laporan keuangan disajikan
secara wajar dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan, laporan keuangan harus diperiksa diaudit oleh akuntan publik.
Kecenderungan yang terjadi, pihak manajemen perusahaan berusaha menonjolkan informasi yang baik dengan tujuan meningkatkan nilai saham yang
ditawar. Sementara stakeholders lainnya menginginkan nilai saham wajar sebagai cerminan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Pentingnya peran akuntan dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan ini harus patuh pada kode etik profesi akuntan publik dan berpegang pada Standar Profesional Akuntan Publik
303
agar dapat menghindari terjadinya penipuan dalam pemeriksaan, antara lain terjadinya “mark
up” atau “overstated” menaikkan nilailaba perusahaan dari nilai yang sebenarnya.
304
Berdasarkan hal diatas Laporan keuangan yang overstated adalah penggelembungan labakeuntungan dalam laporan keuangan perusahaan.
303
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Op. Cit., hlm. 32-33.
304
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 122.
Universitas Sumatera Utara
2. Terjadinya Laporan Keuangan yang Overstated
Akuntan diwajibkan untuk melakukan prosedur dan usaha-usaha pemeriksaan lainnya untuk memastikan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan
material
305
atau bebas dari salah saji material. Salah saji material dapat terjadi sebagai dari kekeliruan maupun kecurangan. Akuntan publik bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Salah saji misstatements timbul
karena Errors dan Fraud dan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil users.
306
Ada dua tipe kesalahan:
307
a. Errors
Kesalahan ini timbul sebagai akibat tindakan yang tidak disengaja yang dilakukan manajemen atau stafnya yang mengakibatkan kesalahan teknis
perhitungan, pemindahbukuan, penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang tidak disengaja.
b. Irregularities
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang sengaja dilakukan pemegang bukumanajemen atau pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material terhadap
penyajian laporan keuangan, misalnya kecurangan atau fraud.
305
Sofyan Syafri Harahap 1, Auditing Perusahaan Kecil, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hlm. 122.
306
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 60.
307
Sofyan Syafri Harahap 1, Loc. Cit.
Universitas Sumatera Utara
Fraud merupakan salah satu bentuk irregularities. Bentuknya misalnya perusahaan tidak melakukan pencatatan, mencatat biaya lebih tinggi dari yang
sebenarnya, mencatat hasil lebih rendah dari yang sebenarnya, dan lain-lain. Kedua tipe kesalahan ini harus diwaspadai dan diusahakan harus ditemukan.
Untuk itu akuntan publik harus mencari prosedur pemeriksaan yang dapat menjamin menemukan kedua tipe kesalahan ini. Kesalahan ini biasanya dapat ditemukan
dengan lebih dahulu mengamati dengan cermat kelemahan sistem pengawasan intern, menilai tingkat kejujuran manajemen, melihat transaksi yang tidak biasa, dan lain-
lain.
308
Cabang-cabang Fraud:
309
a. Corruption
Terdiri dari ranting-ranting: 1
Conflict of interest merupakan benturan kepentingan. Benturan kepentingan ini bisa terjadi dalam skema permainan pembelian maupun penjualan. Pembeli
dapat melakukan kolusi korupsi nepotisme dengan penjual. Lembaga pemerintah atau bisnis baik selaku penjual maupun pembeli dapat melakukan
KKN. Praktik ini mencolok dalam hal pembeli sebenarnya merupakan captive market dari penjual, namun penjual tetap mengeluarkan marketing fee yang
tidak lain adalah penyuapan. 2
Bribery Penyuapan
308
Ibid.
309
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 62.
Universitas Sumatera Utara
3 Illegal Gragtuities merupakan hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari
penyuapan. 4
Economic Extortion b.
Asset Misappropiation merupakan aset secara illegal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut
penggelapan. Cabang-cabang dari penggelapan ini adalah: 1
Cash Yang menjadi sasaran penjarahan adalah uang kas maupun di bank yang dapat
dimanfaatkan langsung oleh pelakunya. Asset Misappropiation dalam bentuk penjarahan kas dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:
a Skimming
Dalam Skimming uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat dikenal akuntan
publik, yaitu Lapping. b
Larcency Kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian dicuri maka fraud
ini disebut larcency atau pencurian. c
Fraudulent Disbursement Jika penggelapan dilakukan pada saat arus uang sudah terekam dalam
sistem maka penggelapan ini disebut Fraudulent Disbursement. Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah ini sebenarnya satu langkah lebih jauh
dari pencurian.
Universitas Sumatera Utara
2 Inventory and all other assets
Aset lainnya juga bisa menjadi sasaran adalah aktiva tetap. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai di bank adalah missue dan
larcency. Missue adalah penyalahgunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Tetapi jika yang disalahgunakan tersebut tidak dikembalikan maka
dikatakan sebagai larcency. c.
Fraudulent Statements Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit. Ini
merupakan fraud yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan, berkenaan dengan salah saji, misstatements baik overstatements maupun understatements.
Salah saji aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya overstatement. Terlihat dalam banyak perusahaan publik raksasa Amerika Serikat seperti Enron.
Undang-undang Sarbanes Oxley merupakan ketentuan yang keras terhadap praktik-praktik tersebut. Salah saji aset atau pendapatan lebih rendah dari yang
sebenarnya understatement. Banyak berhubungan dengan laporan keuangan yang disampaikan kepada instansi perpajakan atau instansi bea dan cukai.
310
Perusahaan, dalam aktivitasnya, sudah dipastikan ingin mencapai tujuan perusahaan dengan sebaik-baiknya. Perusahaan seringkali menerapkan strategi-
strategi yang mungkin bisa berdampak terhadap suatu pelanggaran etika. Segala cara mungkin dilakukan manajemen perusahaan agar tujuannya bisa tercapai. Tujuan
perusahaan yang utama tentunya adalah mencapai keuntungan yang maksimal
310
Ibid, hlm. 63.
Universitas Sumatera Utara
sehingga manajemen perusahaan dengan segala cara menginginkan kinerjanya dinilai baik. Kondisi perusahaan yang tidak sehat seringkali oleh manajemen ditutupi dengan
menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tetap baik. Akibat dari kondisi seperti itulah manajemen biasanya berkolusi dengan akuntan agar kinerjanya tetap
bisa dinilai baik oleh para calon investor, pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang baik.
311
Manajemen laba merupakan kebijakan yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk memanipulasi laba dari hasil operasinya. Manajemen laba ini bisa dilakukan
dengan cara memilih metode-metode akuntansi yang bisa menaikkan laba overstated atau menurunkan laba understated.
312
Lembaga manajemen Stern Stewart dan Co. menilai akar permasalahan terjadinya praktek kecurangan akuntansi adalah penggunaan model earning per share
laba per lembar saham sebagai instrumen penilaian kinerja perusahaan. Dengan model earning per share, maka pihak manajemen akan melakukan segala cara,
termasuk penggelembungan pendapatan serta penyembunyian biaya, untuk
311
Iman P. Hidayat, Dampak Financial Number Game, sebagaimana dimuat dalam http:imanph.wordpress.com20071212dampak-financial-number-game
, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.
312
Agustina, Analisi Pengaruh Tipe Kepemilikan Perusahaan dan Manajemen Laba terhadap Pemilikan Auditor dan Sudit Fee, sebagaimana dimuat dalam
http:eprints.undip.ac.id395831AGUSTINA.pdf , diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35
WIB.
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan laba bersih perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan earning per share perusahaan.
313
Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi keuangan, yakni perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasi
keuangannya. Penyebab hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena adanya unsur kesengajaan memberi
kesan baik kepada pihak lain terutama untuk menarik investor. Hal tersebut menjadikan informasi keuangan tidak benar, keakuratan ini dapat berupa mark up
overstated
314
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.
315
Terjadinya berbagai kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan yang merupakan kegagalan laporan
keuangan di dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang
sebenarnya mengenai kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi
diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Kualitas laba
khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka
313
Bab I Pendahuluan, Tesis, sebagaimana dimuat dalam http:thesis.binus.ac.idDocBab1BAB201_03-51.pdf, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul
05.35 WIB.
314
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 5-6.
315
Yuniarti Hidayah Suyoso Putra, Artikel Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
yang menggunakan laporan keuangan karena bermanfaat untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi.
316
3. Kasus Laporan Keuangan EmitenPerusahaan Publik yang Overstated