82
Santri Lembangsitri, dan l Lembaga Pembina Organisasi Santri Pondok Pesantren al-Ittifaqiah OSPI dan Pramuka.
58
c. Wakil Mudir II, perencana, pengatur dan pengambil kebijakan teknis
operasional dan aplikatif pada: a Bindang Administrasi dan Keuangan Adkeu, b Bidang Informasi, Dokumentasi, Publikasi, Statistik, dan
Teknologi Indopubtiktek, c Sarana Prasarana, Lingkungan Hidup, dan Mess Ranalingdupmess, dan d Kesejahteraan, Kesehatan dan
Logistik Keslog.
59
d. Wakil Mudir III, perencana, pengatur dan pengambil kebijakan teknis
operasional dan aplikatif pada: a Bindang Dakwah, Pelayanan Pengabdian, Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Dapdismasma, b
Bidang Perpustakaan,
Kajian, Litbang,
dan Penerbitan
Pusjilidbangbid, dan c SDM dan Keamanan.
60
Pengawasan controlling sangat dibutuhkan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan program, instrukti, dan sasaran yang telah ditentukan, dengan kontrol yang baik
diharapkan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik.
61
Penerapan sistem kontrol terhadap kinerja dan realisasi program-program di Pondok Pesantren al-Ittifaqiah secara formal dilaksanakan dalam bentuk
rapat musyawarah sesuai bentuk dan jenjang rapat yang telah ditentukan.
Macam-macam rapat tersebut antara lain: a.
Rapat Minggu 1
Rapat guru bidang studi dan rapat madrasah dengan guru Dilaksanakan bergantian pada hari Selasa setiap minggu,
dikoordinasi oleh madrasah dan dihadiri seluruh guru.
58
Penyusun, Buku Panduan Pengurus…, h. 27
59
Penyusun, Buku Panduan Pengurus…,
60
Penyusun, Buku Panduan Pengurus…, h. 33
61
Hendra Zainuddin dan Dahri, Aufklarung Manajemen dan Kurikulum Pondok Pesantren,
Palembang: PORFESS, 2007, h. 18
83
2 Rapat wali kelas
Rapat wali kelas dengan anak-anak kelasnya dilaksanakan pada petang sabtu setiap minggu.
3 Rapat pembina OSPI
Rapat pembina OSPI dengan pengurus OSPI setiap malam jum’at pada minggu pertama setiap bulan.
b. Rapat Dwi Mingguaan
1 Rapat sub-bidang
Rapat di tingkat masing-masing madrasah, lembaga dan bagian; dilaksanakan malam Jum’at pada Minggu pertama dan ketiga
setiap bulan. 2
Rapat wakil mudir dengan bidang Rapat di tingkat wakil mudir dan masing-masing bidang yang di
bawah koordinasinya; dilaksanakan setiap malam Jum’at pada minggu kedua dan keempat setiap bulan.
c. Rapat Bulanan
1 Rapat pengurus pesantren dilaksanakan setiap hari Jum’at pada
minggu pertama setiap bulan. 2
Rapat Paripurna seluruh pengurus, karyawan dan guru seluruh SDM; 1 bulan sekali setiap tanggal 10 setiap bulan.
3 Rapat pimpinan mudir dan wakil mudir sekurang-kurangnya 1
kali dalam 1 bulan. d.
Rapat Triwulanan 1
Rapat triwulanan yang dilaksanakan guru bidang studi, madrasah bersama guru, wali kelas, pembina OSPI, sub-bidang, bidang, dan
pimpinan; dilaksanakan pada awal Maret, Juni, September, dan November.
2 Rapat paripurna seluruh SDM yang dilaksanakan untuk
mendengarkan laporan guru bidang studi, wali kelas, pembina
84
OSPI, sub-bidang, bidang, dan pimpinan; dilaksanakan pada awal Maret, Juni, September, dan November.
e. Rapat Semesteran
1 Rapat semesteran yang dilaksanakan guru bidang studi, wali kelas,
pembina OSPI, sub-bidang, bidang, dan pimpinan; dilaksanakan pada awal Juni.
2 Rapat paripurna seluruh SDM yang dilaksanakan untuk
mendengarkan laporan guru bidang studi, wali kelas, pembina OSPI, sub-bidang, bidang, dan pimpinan; dilaksanakan pada awal
Juni. f.
Rapat Tahunan 1
Rapat tahunan yang dilaksanakan guru bidang studi, pembina OSPI, sub-bidang, bidang, dan pimpinan; dilaksanakan pada
pertengah November. 2
Rapat paripurna seluruh SDM yang dilaksanakan untuk mendengarkan laporan guru bidang studi, wali kelas, pembina
OSPI, sub-bidang, bidang, dan pimpinan; dilaksanakan pada akhir November.
g. Rapat Insidentil
1 Rapat guru bidang studi, wali kelas, pembina OSPI, sub-bidang,
bidang, dan pimpinan; dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
2 Rapat kepanitian; dilaksanakan sesuai kebutuhan.
62
Dalam rapat-rapat inilah berbagai permasalahan terkait dengan program, kinerja, pelanggaran, dan lain sebagainya dibahas dan diputuskan.
Rapat-rapat ini juga berfungsi sebagai kontrol dan evaluasi seluruh hal terkait dengan teknis pelaksanaan dan pencapaian program yang telah
62
Penyusun, Bu
ku Panduan Pengurus…, h. 40
85
ditentukan pesantren. Di sini pula terjadi interaksi ide dan gagasan antara pimpinan, pengurus, karyawan, dan guru; seluruh SDM pesantren dituntut
secara terbuka untuk terlibat aktif dalam menawarkan solusi yang konstruktif terhadap berbagai permasalahan-permasalahan pesantren.
B. Deskripsi Data
Dari angket tentang Kepemimpinan Mudir Pondok Pesantren al-Ittifaqiah yang disebarkan dapat diketahui bahwa prosentase penilaian terhadap jawaban
yang diberikan, secara umum dapat digambarkan melalui tabel-tabel di bawah ini: Tabel 4.4
Pengurus, guru, dan karyawan mengetahui mekanisme pemilihan dan penetapan pimpinan pesantren.
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Setuju
2 2.5
2.5 2.5
Ragu 24
30.0 30.0
32.5
Setuju 49
61.3 61.3
93.8
Sangat Setuju
5 6.3
6.3 100.0
Total 80
100.0 100.0
Dari tabel 4.4 tersebut diketahui bahwa pengurus, guru dan karyawan yang mengetahui mekanisme pemilihan dan penetapan pimpinan pesantren. Dari
80 orang responden yang menjawab Tidak Setuju 2 orang 2,5, Ragu-ragu 24 orang 30, Setuju 49 orang 61,3, dan Sangat Setuju 5 orang 6,3.
Dengan demikian, para pengurus, guru, dan karyawan Pondok Pesantren al- Ittifaqiah sebagian besar mengetahui mekanisme pemilihan dan penetapan
pimpinan pesantren. Responden yang menjawab Sangat Setuju memperlihatkan keterlibatan mereka secara aktif dalam pemilihan dan penetapan pimpinan
pesantren. Sendangkan yang Ragu-Ragu cukup banyak 50 dari yang Setuju kemungkinan karena mereka hanya mengetahui namun tidak mengetahui dengan
86
persis mekanimsenya dan selebihnya hanya beberapa orang saja yang sama sekali tidak mengetahui mekanisme tersebut.
Tabel 4.5 Keluarga atau keturunan Kyai Pendiri pesantren secara otomatis dapat
menjadi pimpinan pesantren.
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 12
15.0 15.0
15.0
Ragu 24
30.0 30.0
45.0
Setuju
44 55.0
55.0 100.0
Total 80
100.0 100.0
Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa tanggapan tentang keluarga atau ketrurunan Kyai Pendiri pesantren secara otomatis dapat menjadi pimpinan
pesantren. Dari 80 orang responden yang menjawab Setuju 44 orang 55, Tidak Setuju 12 orang 15, dan Ragu-ragu 24 orang 30. Responden
sebagian besar Setuju pimpinan pesantren berasal dari keturunan atau meiliki pertalian darah dengan KH. Ahmad Qori Nuri, kyai pendiri pesantren.
Responden yang menjawab Ragu-Ragu kemungkinan karena pemahaman mereka tentang pengembangan pesantren yang menekankan profesionalisme
kepemimpinan pesantren tidak saja ditentukan oleh faktor keturunan. Dengan demikian terbuka kemungkinan orang di luar keluarga dan keturunan Kyai
Pendiri pesantren untuk memegang kepemimpinan pesantren. Selebihnya menjawab Tidak Setuju bila penentuan kepemimpinan pesantren hanya
berdasarkan nasab keturunan. Dengan demikian prosentase responden yang
menginginkan kepimpinan pesantren dari keturunan KH. Ahmad Qori Nuri lebih besar dan tuntutan penerapan profesionalisme kepemimpinan pesantren yang
tidak saja berdasarkan keturunan juga cukup besar dapat dilihat dari jawaban Ragu-Ragu dan juga jawaban Tidak Setuju dari responden.
87
Tabel 4.6 Terdapat aturan dan mekanisme dalam memilih dan menetapkan pimpinan
pesantren.
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu
9 11.3
11.3 11.3
Setuju 59
73.8 73.8
85.0
Sangat Setuju 12
15.0 15.0
100.0
Total 80
100.0 100.0
Dari tabel 4.6 tersebut diketahui bahwa terdapat aturan dan mekanisme dalam memilih dan menetapkan pimpinan pesantren. Dari 80 orang responden
yang menjawab Ragu-Ragu 9 orang 11,3, sedangkan yang menjawab Setuju 59 orang 73 dan Sangat Setuju 12 orang 15. Dengan demikian, para
pengurus, guru, dan karyawan Pondok Pesantren al-Ittifaqiah sebagian besar mengetahui bahwa terdapat aturan dan mekanisme dalam pemilihan dan
penetapan pimpinan pesantren. Responden yang menjawab Ragu-Ragu kemungkinan karena mereka tidak mengetahui secara pasti aturan dan
mekanisme tersebut terkait peran dan fungsi mereka di pesantren. Sedangkan yang menjawab Sangat Setuju kemungkinan karena kedudukan mereka dalam
kepengurusan pesantren dan keterlibatan mereka dalam penyusunan dan penerapan aturan dan mekanisme tersebut.
Tabel 4.7 Pemilihan dan penetapan pimpinan pesantren dilakukan melalui rapat
pimpinan pesantren.
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid Tidak Setuju
12 15.0
15.0 15.0
Ragu 24
30.0 30.0
45.0
Setuju
44 55.0
55.0 100.0
Total 80
100.0 100.0
88
Dari 4.7 ini diketahui bahwa pemilihan dan penetapan pimpinan pesantren dilakukan melalui rapat pimpinan pesantren. Dari 80 orang responden
yang menjawab Tidak Setuju 9 orang 15, Ragu-Ragu 24 orang 30, sedangkan yang menjawab Setuju 44 orang 55. Dengan demikian, para
pengurus, guru, dan karyawan Pondok Pesantren al-Ittifaqiah sebagian besar mengetahui bahwa pemilihan dan penetapan pimpinan pesantren dilakukan
melalui rapat pimpinan pesantren. Sedangkan yang menjawab Ragu-Ragu kemungkinan karena mereka tidak mengetahui secara pasti pemilihan dan
penetapan pimpinan pesantren melalui rapat pimpinan pesantren dan selebihnya menjawab Tidak Setuju.
Tabel 4.8 Pimpinan pesantren merupakan penentu segala hal berkenaan dengan
pengelolaan pesantren.
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid
Setuju 76
95.0 95.0
95.0
Sangat Setuju
4 5.0
5.0 100.0
Total 80
100.0 100.0
Dari tabel 4.8 tersebut diketahui penilaian dan tanggapan responden tentang pimpinan pesantren penentu segala hal berkenaan dengan pengelolaan
pesantren. Dari 80 orang responden, 76 orang 95 menjawab Setuju, sedangkan selebihnya sebanyak 4 orang 73 menjawab Sangat Setuju. Dengan
demikian, sebagai bagian dari warga keluarga besar pesantren, para guru, pengurus, dan karyawan menyetujui bahwa kyai pimpinan Mudir pesantren
sebagai pemilik otoritas utama dan penentu kebijak di pesantren. Hal ini tentu terkait erat dengan tradisi kepemimpinan yang berlaku di dunia pesantren yang