66
tingkat pendidikan yaitu: Tsanawiyah dengan masa belajar 4 tahun dan Aliyah dengan masa belajar 3 tahun.
Sejak awal pindah di Indralaya, MMA telah memiliki 80 orang siswa. Penyelenggaraan pendidikan waktu itu masih
“numpang” menempati gedung belajar MII Ittifaqiah. Gedung sederhana tersebut
digunakan secara bergantian, MMA belajar pagi hari dan MII belajar pada sore harinya.
31
Pada awal 1968 dibangun 3 lokal gedung belajar semi permanen di atas tanah wakaf seluas 80 x 50 m
2
4000 m
2
yang menjadi cikal baka komplek Pondok Pesantren al-Ittifaqiah sekarang.
Tahun 1969, dibentuklah Yayasan Perguruan Islam al-Ittifaqiah dengan akte notaries Aminus Palembang nomor 2 Januari 1969; yang
memayungi MMA al-Ittifaqiah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah dan MII al-Ittifaqiah tingkat Ibtidaiyah. Karena masih merujuk ke al-Azhar
Mesir, masa belajar waktu itu, masa belajar Aliyah selama 3 tahun , sedangkan Ibtidaiyah dan Tsanawiyah masing-masing 4 tahun.
32
f. Pondok Pesantren al-Ittifaqiah Indralaya 1976-sekarang
KH. Ahmad Qori Nuri sebagai pimpinan MMA al-Ittifaqiah Indralaya dikenal sebagai sosok ulama yang mempunyai integritas tinggi
dan konsisten, tetapi juga berpikiran modern dan berwawasan luas. Dalam diri Beliau berpadu antara konsistensi terhadap tradisi
salaf dan pemikiran khalaf sekaligus. Sehingga ketika pemerintah menawarkan agar MMA al-
Ittifaqiah menjadi madrasah murni dengan kewajiban memakai kurikulum madrasah Departemen Agama secara penuh, Beliau menolak tawaran ini
dan memilih menerapkan sistem pondok pesantren, tetap mempertahankan pengajaran kitab kuning namun dengan sistem madrasah.
31
Penyusun, Profil Pondok Pesantren al-Itt
ifaqiah …, h. 4 dan Wawancara dengan K. Buhairi Nuri, Sakatiga 17 Juli 2009.
32
Penyusun, Profil Pondok Pesantren al-
Ittifaqiah …, h. 3
67
Bila melihat unsur-unsur pokok pesantren secara konvensional yang terdiri dari: pondok, masjid, pengajian kitab-kitab Islam klasik kitab
kuning, santri, dan kyai.
33
Status sebagai pondok pesantren memang telah terpenuhi, pembelajaran pesantren kitab kuning dan metode yang dipakai
memang sudah lama diterapkan, termasuk kyai-kyai yang memang menjadi tenaga pendidik, memiliki mushola, dan asrama santri yang
terletak di belakang gedung madrasah. Meskipun santri yang mukim di
asrama baru sekitar 10 selebihnya masih menyewa di rumah-rumah penduduk dan rumah-rumah yang sengaja dibuat oleh penduduk
diperuntukkan sebagai asrama. Pada tanggal 11 Maret 1976, MMA al-Ittifaqiah berubah status
menjadi Pondok Pesantren dengan surat Departemen Agama RI nomor 504YPI-376 tanggal 11 Maret 1967. MMA dan MII yang secara struktur
kepengurusan yayasan semula terpisah, disatukan menjadi bagian dari pesantren. Dengan demikian, program pendidikan Pondok Pesantren al-
Ittifaqiah terdiri dari Madrasah Aliyah 3 tahun, Madrasah Tsanawiyah 4 tahun, dan Madrasah Ibtidaiyah 4 tahun.
34
Di masa awal perjalannya, pesantren ini juga sempat mengalami masa surut pada rentang 1985 sampai 1988. Pada masa ini terjadi
penurunan jumlah santri dan tenaga pendidik yang cukup drastis. Bila pada tahun-tahun sebelumnya jumlah santri mencapai 300 orang dengan
tenaga guru 25 orang, puncaknya pada 1988, jumlah santri keseluruhan baik hanya berjumlah lebih kurang 44 orang 20 orang santri Ibtidaiyah,
17 orang santri Tsanawiyah, dan 7 orang santri Aliyah dengan jumlah guru aktif hanya 8 orang.
33
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1994, h. 44
34
Penyusun, Profil Pondok Pesantren al-
Ittifaqiah …, h. 5