Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
akibatnya belum ada bentuk yang tetap dan teratur dalam kepemimpinan pesantren.
19
Dengan demikian, wajar bila muncul anggapan, pesantren diibaratkan sebagai “kerajaan kecil” di mana kyai merupakan sumber mutlak
kekuasaan dan kewenangan di dalamnya.
20
Sebagai pemilik kerajaan kyai menguasai dan mengendalikan seluruh sektor kehidupan pesantren.
Kepemimpinan yang individual dalam pesantren untuk kepentingan tertentu sangat dibutuhkan, namun sekaligus juga dapat menjadi kelemahan
pesantren. Sifat mutlak dan pribadi kepemimpinan karismatik
21
kyai sebagai pimpinan pesantren ini diperlukan pada tahap pertama perkembangan
pesantren. Kesetian yang bersifat pribadi sukar diterjemahkan menjadi kesetian pada suatu lembaga; ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
pesantren yang mengalami kemunduran, bahkan kehancuran, setelah wafatnya kyai pendiri pesantren.
22
Hal ini disebabkan karena pengganti kyai yang menjadi penerus kepemimpinan pesantren tidak memiliki karisma dan
ketokohan yang sama dengan kyai sebelumnya baik dalam pengetahuan Islam maupun dalam kepemimpinan organisasi.
23
Mencermati keadaan di atas, kepemimpinan yang umumnya diterapkan di pesantren, sering tidak mampu mengimbangi kemajuan dan perkembangan
pesantren. Hal ini pula bersinggungan langsung dengan tuntutan dunia pendidikan terhadap penerapan profesionalisme pendidikan yang pada
gilirannya akan menggeser dominasi kepemimpinan kyai di lingkungan pesantren.
24
Dengan demikian, kepemimpinan tunggal kyai dipandang tidak memadai lagi
25
dan status pesantren sebagai milik institusi akan semakin kuat dan merupakan kebutuhan mendesak dibandingkan dengan milik pribadi.
26
Dengan gejala baru ini, tanpa mengurangi peran kyai sebagai pimpinan tertinggi sebuah pesantren, maka sistem manajerialnya harus mengarah
19
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi…, h. 179
20
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren…, h. 56
21
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tra
disi…, h. 180
22
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi…, h. 16
23
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren…, h. 33
24
Amin Haedari, Transformasi Pesantren
…, h. 12
25
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi…, h. 104
26
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam..., h. 125
kepada pola kepemimpinan kolektif sesuai hirarki kepemimpinan atau sistem kepemimpinan
multi-leaders.
27
Langkah kepemimpinan seperti ini menuntut adanya pembagian tugas sesuai kemampuan yang dimiliki oleh para pemimpin
yang ditunjuk sekaligus berfungsi menjaga pergantian kepemimpinan. Dengan kata lain, kelangsungan eksistensi pesantren kemudian tidak lagi bergantung
kepada seorang kyai sebagai pemimpin tertinggi secara manunggal. Kecenderungan kuat pesantren untuk melakukan konsolidasi
organisasi pada aspek kepemimpinan dan manajerial, sehingga pada perkembangan
saat ini
banyak pesantren
yang mengembangkan
kepemimpinan kolektif. Keadaan seperti ini tak terelakkan juga menyentuh Pondok Pesantren al-Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Pondok Pesantren al-Ittifaqiah didirikan pada 10 Juli 1967 oleh almarhum KH. Ahmad Qori Nuri 1911-1996 bersama masyarakat Indralaya.
Pesantren ini memiliki sejarah panjang sebagai ahli waris perguruan Islam yang didirikan oleh ulama karismatik KH. Ishak Bahsin sejak tahun 1981.
28
KH. Ahmad Qori Nuri dikenal sebagai sosok ulama yang mempunyai integritas tinggi dan konsisten, tetapi juga berpikirna modern dan berwawasan
luas, dalam diri beliau berpadu antara konsistensi terhadap tradisi salaf dan khalaf sekaligus. Salah satu alasan lembaga pendidikan ini mengambil bentuk
pondok pesantren adalah penolakan beliau terhadap tawaran pemerintah untuk menjadikan lembaga pendidikan ini berbentuk murni madrasah
29
Pondok Pesantren al-Ittifaqiah merupakan salah satu pesantren terkenal di Sumatera Selatan. Dari 20 pesantren yang berada di kabupaten Ogan Ilir
menurut data Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan FORPESS pada 2007,
30
Pondok Pesantren al-Ittifaqiah termasuk pesantren besar yang memiliki jaringan internasional.
31
27
Musthofa Rahman, “Menggugat Manajemen..., h. 117
28
Tim Penyusun Profil Pondok Pesantren al-Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan
Indonesia 2008-2009,Indralaya: PPI, 2008, h. 1-2
29
Tim Penyusun, Profil Pondok Pesantren al-
Ittifaqiah Indralaya…, h. 4
30
Hedra Zainuddin, eds, Sewindu FORPESS; Geliat Pesantren di Sumatera Selatan,
Palembang: FORPESS, 2007, h. 96
31
Saudi Berlian, Mengenal Seni Budaya OK…, h. 60
Pesantren yang terletak di jantung kota Indralaya Ibukota Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan ini memiliki pendidikan formal Taman Kanak-
kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-
Qur’an. Pesantren al-Ittifaqiah tetap mempertahankan pembelajaran
kitab kuning yang sejak awal pendirian merupakan salah satu sumber belajar, sehingga kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum integrasi yang merupakan perpaduan antara kurikulum lokal dan kurikulum nasional. Pesantren al-Ittifaqiah menjadikan pendidikan al-
Qur’an sebagai program unggulan disamping penguasaan bahasa Arab dan Inggris sebagai program mahkota
crown program yang dibingkai dalam kegiatan
ko kurikuler, serta kegiatan ekstra kurikuler seperti muhadharah, nagham al-
Qur’an, organisasi, olahraga, seni, dan keterampilan lainnya.
32
Penelitian terakhir tentang pesantren al-Ittifaqiah yang dilakukan Muhyidin dalam tesisnya di Sekolah Pascasarjana UIN Sarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2008, berjudul Demokrasi dalam Sistem Pendidikan Pesantren;
Studi Perbandingan pada Empat Pesantren Salafiah dan Khalafiah di Sumatera Selatan; menyebutkan bahwa pesantren al-Ittifaqiah menerapkan
manajemen terbuka. Pondok Pesantren al-Ittifaqiah mengarahkan pengelolaan pesantren berbasis manajemen dengan memadukan tradisi kepemimpinan
pesantren dan mekanisme manajemen. Kyai pimpinan pesantren dikenal dengan istilah
mudir al- ma’had atau direktur sebagai top leader dipilih dan
dikukuhkan oleh yayasan untuk memimpin pesantren.
33
Kondisi ini memungkinkan bagi kyai untuk membagi dan mendistribusikan wewenangnya
kepada pengurus pesantren sesuai jabatan masing-masing. di samping itu mudir juga berkonsultasi dengan penasehat pesantren serta pihak-pihak lain
yang berkompeten dan berkepentingan stake holder.
34
32
Tim Penyusun, Profil Pondok Pesantren al-Ittifaqia
h Indralaya…, h. 11-12
33
Muhyiddin, Demokrasi dalam Sistem Pendidikan Pesantren; Studi Perbandingan pada
Empat Pesantren Salafiah dan Khalafiah di Sumatera Selatan, Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 89-90
34
Muhyiddin, Demokrasi dalam Sistem…, h. 148
Pola kepemimpinan pesantren yang tumbuh mengikuti kultur pesantren yang mandiri dan independen, sehingga menjadikan pesantren lebih bebas dan
tidak terikat sehingga secara otonom dapat menentukan bentuk pengelolaan pesantren sesuai kebutuhan dan keadaan pesantren itu sendiri. Berbeda dengan
pesantren yang umumya menerapkan kepemimpinan individual-karismatik dan sangat identik dengan ketokohan figur kyai pendiri atau pimpinan
pesantren, pesantren al-Ittifaqiah mengambil corak kepemimpinan kolektif- partisifatif yang memungkinkan terbukanya keterlibatan seluruh elemen
pesantren dalam menentukan kebijakan dan penyelesaian permasalahan pesantren. Kepemimpinan seperti ini menggeser dominasi kepemimpimpinan
kyai di pesantren dan menuntut adanya mekanisme manajerial yang modern, profesional dan demokratis dalam pengelolaan pesantren.
Kepemimpinan pesantren menjadi faktor penentu keberlangsungan eksistensi
pesantren, dengan
demikian upaya
menerapkan model
kepemimpinan kolektif dalam manajemen pesantren suatu ikhtiar pesantren terhadap permaslahan kepemimpinan pesantren sekaligus menjawab tuntutan
profesionalisme pengelolaan pendidikan. Namun hal ini tentu dengan sendirinya akan bersentuhan atau bahkan bersinggungan dengan kekhasan dan
keunikan tradisi yang selama ini berlaku di pesantren. Membaca realitas perkembangan pesantren memerlukan pemahaman
yang komprehensif dan interpretatif serta apresiasi mendalam terhadap tradisi pesantren. Pondok Pesantren al-Ittifaqiah menurut penulis telah melakukan
eksperimen dan perubahan fundamental dalam tradisi pesantren dengan konsep kepemimpinan yang diterapkannya, sehingga berbagai permasalahan
yang berkenaan dengan penerapakan kepemimpinan di pesantren ini menurut penulis menarik untuk diteliti. Berusaha menggali cecara lebih mendalam
permasalahan tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul:
“Kepemimpinan Mudir Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan.”