Kepemimpinan dalam Tradisi Pesantren

kedudukan bangsawan feodal di Jawa, yang disebut Nurcholish Madjid dengan feodalisme berbungkus agama religio- feudalism, yang dapat saja disalahgunakan. 67 Belum lagi ada sebagaian kyai karena hubungan kekeluargaan yang menganggap dan membanggakan dirinya sebagai bangsawan. Anggapan bahwa kyai memiliki kemampuan khusus secara magis juga kebiasaan cium tangan dari santri dengan harapan mendapat berkah dari kyai, misalnya, tidak bisa begitu saja dipisahkan dari budaya feodalisme yang tumbuh subur di kalangan bangsawan. Tradisi ini juga tidak mudah dipisahkan apalagi dihapuskan dari pesantren. Kondisi ini sangat berpengaruh pada kebijakan kyai dalam merespon perubahan, apalagi terkait dengan pola kepemimpinan pada lembaga yang dipimpinnya.

3. Transformasi Kepemimpinan Pesantren

Pengembangan pendidikan Nasional ke depan tampakknya mengacu kepada pradigma baru yang bertumpu pada kemandirian autonomy, akuntabilitas accontability, dan jaminan kualitas aquality assurance. 68 Keadaan ini secara tak terelakkan akan bersentuhan dengan keharusan pesantren untuk melakukan pembenahan internal kelembagaan, termasuk di dalamnya transformasi organisasi kelembagaan khususnya pada aspek kepemimpinan dan manajemen pesantren. 69 Bahkan menurut Mastuhu, ini merupakan tantangan mendesak yang harus dilakukan, karena eksistensi pesantren masa depan sangat ditentukan oleh kemampuannya berinteraksi secara kultural dengan tuntutan perubahan yang semakin dinamis dan kompetitif. 70 67 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren…, h. 56; lihat juga Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren…, h. 96. 68 Amin Haedari, Transpormasi Pesantren; Pengembangan Aspek Pendidikan Keagamaan, dan Sosial, Jakarta: LekDis dan Media Nusantara, 2006, h. 6 69 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, h. 104 70 Mastuhu, Pemberdayaan Sistem Pendidikan Islam…, h. 276 Pesantren dengan kegiatan dan kelembagaannya mempunyai fungsi memlihara kelangsungan kehidupan kolektif beserta orang-orang di dalamnya. 71 Realitas yang tak terbantahkan bahwa pesantren sangat identik karisma dan ketokohan kyai pengasuhnya, kyai merupakan figur sentral dalam tradisi pesantren, karena seluruh penyelenggaraan pesantren terpusat kepadanya. Kyai juga adalah sumber utama apa yang berkaitan dengan soal kepemimpinan, ilmu pengetauan, dan misi pesantren. 72 Selain umumnya kyai merupakan pendiri pesantren, perluasan pengajian dan penentuan corak pengetahuan yang diberikan di pesantren sangat bergantung pada keadaan, kecakapan, dan keahlian kyainya. 73 Kemampuan dasar dan kapasitas kyai menjadi penentu karakter dan kekhasan, pesantren yang diasuh dan dipimpinnya. Dengan kultur feodalisme yang kental, pesantren sedikit sekali membuka diri untuk menerapkan profesionalisme pendidikan, baik pada level kelembagaan maupun kepemimpinan. 74 Akibatnya, lazimnya kyai pesantren tidak menaruh respek terhadap suatu pembaharuan, apalagi menyangkut posisinya. Mencermati realitas tersebut, pola kepemimpinan pesantren cenderung menganut kepemimpinan karismatik-paternalistik atau kepemimpinan feodal-karismatik. 75 Semakin karismatik kyainya, semakin besar kecenderungan orang mempersepsi kebesaran pesantren tersebut. 76 Hubungan kyai dengan bawahannya tampak lebih bersifat kekeluargaan, sehingga kyai mempunyai hak untuk menentukan perjalanan dan perkembangan pesantren sesuai dengan keinginan atau nilai-nilai yang dianutnya. 77 Bahkan menurut Manfred Ziemek, pesantren merupakan 71 Suyoto, “Pondok Pesantren dalam Alam Pendidikan Nasional” dalam M. Dawam Rahardjo ed., Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES, 1985, h. 61-2 72 Mastuhu, Pemberdayaan Sistem Pendidikan…, h. 255 73 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren …, h. 97 74 Amin Haedari, Tr ansformasi Pesantren…, h. 13 75 Amin Haedari, Transformasi Pesantren …, h. 12 76 Mujamil Qomar, Pesantren; Dari Transpormas i…, h. 38 77 Mastuhu, Memberdayakan Sistem…, h. 114 lembaga pendidikan yang dipengaruhi dan ditentukan oleh para pendiri dan pemimpinnya yang cenderung untuk tidak mengikuti suatu pola tertentu. 78 Dalam pengamatan Martin van Bruinessen, ketokohan dan karisma kyai menjadi salah satu nilai pertama yang ditanamkan kepada para santri dan warga pesantren. Menurutnya ketokohan kyai ditunjukkan dengan sikap hormat, ta’zim, dan kepatuhan mutlak kepada kyai. 79 Dan menurut Mastuhu, ketundukan dan kepatuhan sami’na wa atha’na terhadap kyai merupakan kewajiban moral, sehingga hubungan kerja kepemimpinan dalam pesantren dilandasi tiga kata kunci yaitu “keikhlasan”, “berkah”, dan “ibadah”. 80 Posisi kyai yang serba menentukan itu cenderung membangun otoritas mutlak kyai sebagai pemimpin tunggal di pesantren, dengan political will dan political power yang dimilikinya tidak mengherankan bila ada anggapan bahwa kyai merupakan “raja kecil” di pesatren yang dipimpinnya. Sistem kepemimpinan tunggal kyai dalam pesantren, memperkokoh kesan bahwa pesantren adalah milik pribadi kyai sehingga kepemimpinan yang dijalankan adalah kepemimpinan individual. 81 Sentralisasi kepemimpinan dalam pesantren juga berimplikasi pada sistem pengelolaan pesantren yang “serba mono”, mono-manajemen dan mono-admintrasi dan bersifat „serba tidak formal’. 82 Sistem kepemimpinan ini telah berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama dalam tradisi pesantren, menurut Sobirin Nadj, pengelolaan pesantren secara informal didasarkan pada asumsi bahwa pesantren sebagai lembaga tradisonal tidak memerlukan legalitas formal. 83 Sampai dewasa ini tidak sedikit pesantren yang tetap menerapkan kepemimpinan pesantren seperti ini bahkan tak jarang menolak masuknya 78 Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan …, h. 97 79 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat …, h.18 80 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren …, h. 78 81 Mujamil Qomar, Pesantren; Dari Transpormasi…, h. 40 82 Musthofa Rahman, “Menggugat Manajemen…, h. 107 83 E. Shobirin Nadj, “Perfektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren” dalam M. Dawam Rahadjo, ed., Pergumulan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, Jakarta: P3M, 1985, h. 176 sistem manajemen dan kepemimpinan modern, karena bukan saja dianggap bertentangan dengan tradisi pesantren tetapi juga dianggap dapat mengancam kekhasan dan nilai-nilai luhur pesantren. Ketergantungan pesantren dengan karisma dan ketokohan kyai sebagai figur sentral pesantren, justru cenderung memperkokoh bangunan otoritas tunggal kyai sebagai pemimpin individual yang memegang wewenang mutlak yang bertentangan secara frontal dengan alam keterbukaan. 84 Kyai selain menjadi pimpinan agama juga merupakan traditional mobility dalam masyarakat religio-feodalisme. Karisma yang dimilikinya bersifat sangat pribadi sehingga cenderung tidak rasional, hal ini berimplikasi pada sulitnya kyai ditundukkan ke dalam rule of the game administrasi dan manajemen modern. Faktor-faktor kepemimpinan seperti ini menurut Nurcholish Madjid, dalam prakteknya menyebabkan kepemimpinan pesantren kehilangan kualitas demokartisnya. 85 Kepemimpinan karismatik yang didasarkan pada kekuatan moral, yaitu kepercayaan warga pesanten terhadap nilai-nilai spiritual atau kesalehan kyai. Dalam kepentingan tertentu kepemimpinan seperti ini sangat dibutuhkan, melalui gaya kepemimpinan ini intruksi dari kyai dapat dijalankan oleh warga pesantren dengan lancar tanpa hambatan psikologis seperti indisipliner. 86 Namun di sisi lain, model kepemimpinan ini justru dapat menimbulkan masalah yang mengancam eksistensi pesantren ketika kyai yang bersangkutan meninggal dunia. Pola kepemimpinan pesantren yang selama ini diterapkan di pesantren, menurut Abdurrahman Wahid, sering kali tidak mampu mengimbangi perkembangan pesantren, sehingga menyebabkan kepemimpinan pesanten belum menemukan bentuknya yang teratur dan menetap, baik pola pengembangan maupun pembinaan kaderisasi 84 Mujamil Qomar, Pesantren; Dari Transpormasi…, h. 37 85 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren …, h. 95-96 86 Mujamil Qomar, Pesantren; D ari Transpormasi…, h. 38

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KARISMATIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN PONDOK PESANTREN Pengaruh Kepemimpinan Karismatik Terhadap Kinerja Karyawan Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta.

0 2 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN KARISMATIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN PONDOK PESANTREN Pengaruh Kepemimpinan Karismatik Terhadap Kinerja Karyawan Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta.

0 2 11

FUNGSI TANJIDUR DI TANJUNG RAJA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN.

0 4 87

PEMBENTUKAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, DAN KABUPATEN OGAN ILIR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 31

JENIS JENIS IKAN GABUS (Genus Channa) DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI KELEKAR INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

2 6 8

View of Regulasi Diri Remaja Penghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren al-Qur’an Jami’atul Qurro’ Sumatera Selatan

0 1 16

GAYA KEPEMIMPINAN MUDÎR DALAM PENGELOLAAN PONDOK PESANTREN TAHFIZHUL QUR’AN (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR)

0 1 20

BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS RELEVANSI KOLEKSI PERPUSTAKAAN DENGAN KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN MTs. PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM SAKATIGA INDRALAYA OGAN ILIR (Skripsi) - eprint UIN Raden Fatah Palembang

0 1 101

STUDI AGRIBISNIS TANAMAN PEPAYA KALIFORNIA (Carica papaya L) DI DESA PULAU SEMAMBU KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN -

0 3 84

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. FINANSIA MULTI FINANCE CABANG INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN -

1 4 92