Faktor Eksternal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan
yang tadinya sembaran saja dalam memilih makanan sehari-hari berkat arahan gurunya mereka jadi mengerti mana makanan yang bergizi dan mana
yang berbahaya bagi tubuh, misal zat pewarna, borax, dll. Saat ini adalah era komunikasi Global. Tanpa harus terganggu oleh
panjangnya jarak maupun sulitnya medan dan letak geografisnya , semua orang dimudahkan untuk saling berhubungan. Bahkan dengan biaya yang
relatif lebih murah serta banyak pilihan jenisnya : SMS, Phone, Chatting, e-mail, Blogging konvensional maupun FB dan Twitter.
Dengan kemudahan komunikasi ini, proses asimilasi kebudayaan pun mudah terjadi. Termasuk pengaruh kebudayaan bebas yang selama ini
hanya terjadi dinegara negara maju. Keinginan manusia untuk bebas memang bersifat universal. Tapi pada saat yang sama manusia juga punya
keinginan untuk mengikatkan diri dengan sebuah nilai yg dianggapnya ideal. Misalnya nilai-nilai moral atau agama maupun nilai-nilai ideal
berdasar pemikiran filsafat maupun sains yang dikaguminya. Diantara ketiaga faktor yg berpengaruh pada pembentukan kepribadian
anak, faktor ketiga atau pergaulan umum ini menjadi amat krusial apabila kedua faktor lainya tidak cukup kuat atau tidak berkualitas. Misal, orang tua
dirumah tetapi tidak terlalu peduli dg anak, sibuk bekerja cari uang. Atau ingin peduli pada anak tapi tidak tahu caranya karena keterbatasan
pengetahuanpendidikkannya. Sekolah yg dipilihnya pun sekolah yg tidak bermutu, karena hanya menampung calon siswa yg tidak tertampung
disekolah sekolah bagus. Para Guru tentu berusaha memberikan semua hal yang terbaik untuk peserta didiknya, termasuk guru-guru di sebuah sekolah
yg paling tidak bermutu sekalipun.Tetapi bila peserta didiknya kebanyakan tidak punya dasar yang cukup kuat untuk menerima hal hal baik misal, IQ-
nya rendah dan atau EQ yang low grade, maka pihak sekolah akan menemui banyak hambatan dalam upayanya mebentuk kepribadian serta
peningkatan kemampuan otak mereka. Atau, bisa saja seorang anak masuk sekolah yang cukup bermutu dan
mahal tetapi memilih teman sekolah yang tidak bermutu. Hasilnya akan
sama saja, ia akan menjadi manusia yang tidak bermutu pula .Kalau ini yang terjadi maka lingkungan luar sebagai tempat masuknya semua informasi
global akan menjadi pupuk bagi tumbuhn suburnya sikap buruk anak yang merupakan cikal bakal sebagai sampah masyarakat. Faktor kemudahan
berkomunikasi juga akan mempercepat proses pergeseran nilai yang tertanam pada jiwa anak dan remaja, karena nilai moral yang standar akan
sering „dibenturkan’ dengan nilai lainnya yang lebih memenuhi selera anak dan remaja kita. Naluri mereka lebih tertarik dengan segala sesuatu yang
enak, indah, asyik ,hebat dan bebas. Apalagi kalau arus informasi yang masuk tidak berimbang. Misal, dari 100 informasi, cuma 20 yang
merupakan informasi baik dan dibutuhkan. Selebihnya adalah informasi sampah, misal gosip-gosip murahan, tip bercinta ala remaja Barat, dll.
Pergaulan bebas mungkin akan selalu menjadi pilihan anak dan remaja kita sampai mereka terbentur pada suatu resiko yang akan menyusahkan mereka,
misal, remaja putri yang hamil, pemuda yang anarkis dalam geng Motornya serta terjerumus dilembah narkoba,premanisme dan kriminalisme. Atau
minimal mereka lebih tertarik untuk bersanta-santai diluar rumah daripda belajar dan membantu orang tuanya.
Rendahnya kontrol orang tua dan guru serta derasnya arus informasi global merupakan kombinasi yang buruk bagi pembentukan kepribadian
anak dan remaja harapan bangsa ini. Kita akan semakin sulit membendung arus informasi yang masuk ke kepala dan jiwa anak kita. Termasuk
informasi tentang “indahnya” pergaulan bebas itu. Apakah kita masih merasa tenang dan bisa tidur nyenyak dengan perkembangan zaman yang
semakin rawan bagi pertumbuhan moralitas anak-anak kita.