1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank sentral mempunyai peran yang sangat strategis bagi masyarakat pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Yang paling
mendasar adalah perannya dalam mencetak dan mengedarkan uang. Bank sentral
merupakan satu-satunya
lembaga yang
berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah disuatu negara.
Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan kita lakukan dengan uang. Fungsi uang yang tidak lagi digunakan sebagai alat pembayaran, tetapi juga
sebagai media penyimpanan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasi bagi sebagian masyarakat Perry Warjiyo, 2003.
Dalam kegiatannya terdapat tiga pemain dalam dunia perbankan yaitu Bank, deposan, dan peminjam. Deposan menyimpan uangnya di Bank dengan
harapan memperoleh return berupa bunga atas uang yang dipinjamkannya kepada Bank. Selanjutnya Bank akan menawarkan uang tersebut kepada
peminjam dalam bentuk kredit dalam rangka memperoleh pendapatan bunga. Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank kepada peminjam akan lebih tinggi
dari pada tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank kepada deposan. Suku bunga yang dikenakan Bank atas uang yang ditawarkan disebut suku bunga
2
kredit. Sedangkan suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan disebut suku bunga deposito.
Selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito disebut spread
atau margin. Bank akan memperoleh pendapatan bunga dari selisih positif suku bunga kredit dengan suku bunga deposito net interest margin.
Mengingat portofolio kredit merupakan sumber utama pendapatan Bank, maka perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga berpengaruh penting
bagi Bank sehingga penentuan spread oleh Bank akan ditentukan secara kompetitif. Secara umum, jika suku bunga kredit naik maka Bank akan
semakin berminat menawarkan uang. Disisi lain, tingkat suku bunga kredit dibank konvensional atau nisbah bagi hasil dibank Syariah akan
mempengaruhi keputusan konsumen dalam mencari fasilitas pinjaman. Konsumen yang rasional akan memilih bank yang menetapkan tingkat suku
bunga kredit terendah Dani Kusumastuti, 2005. Hubungan antara suku bunga dengan kredit di Bank dapat dikaji
berdasarkan teori mengenai transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang atau suku bunga Money interest rate channel. Dalam teori ini, peran Bank
dalam transmisi moneter ke sektor riil dilakukan disisi liabilitasnya, yaitu melalui kemampuannya menciptakan uang beredar dalam bentuk deposit
giro. Bank tidak berperan disisi Asset loan karena posisi kredit akan lebih ditentukan oleh permintaan dipasar kredit. Adanya kebijakan moneter yang
ketat melalui reserve requirement akan mengurangi cadangan yang dimiliki oleh Bank. Sejalan dengan kebijakan tersebut, kemampuan Bank mengelola
3
deposit akan berkurang karena pembatasan oleh otoritas moneter. Konsekuensinya masyarakat deposan memegang uang deposito Bank lebih
sedikit dalam portofolio mereka. Jika harga-harga barang tidak berubah, berkurangnya uang yang dipegang masyarakat akan kredit perbankan
sehingga volume kredit akan menurun. Mengingat meningkatnya tekanan inflasi pasca krisis ekonomi tahun
1997 yang berlarut- larut dan masih sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga memaksa otoritas moneter menjalankan kebijakan
moneter yang cenderung ketat, khususnya pada tahun 2000 Dani Kusumastuti, 2005. Akibat dari krisis tersebut, Indonesia mengalami
kelumpuhan hampir disemua sektor, baik sektor moneter maupun sektor riil. Untuk mengatasi krisis tersebut, berbagai kebijakan telah ditempuh oleh
pemerintah salah satunya yaitu mempertahankan inflasi agar relatif lebih rendah dan menurunkan tingkat suku bunga. Walaupun kebijakan-kebijakan
tersebut telah dilaksanakan, namun dampak positifnya tidak berpengaruh banyak terhadap daya beli masyarakat Ni Nyoman Aryaningsih, 2008.
Lonjakan tajam dari harga barang-barang terutama barang impor menyebabkan hampir semua harga barang yang dijual didalam negeri
meningkat baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Akibatnya
kemampuan daya beli masyarakat yang semakin menurun Adwin S. Atmaja, 2007.
4
Karena gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek bahkan cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi
secara umum dan berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak tajam. Secara umum tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak tidak baik
bagi kegiatan perekonomian dalam jangka panjang Dahlan Siamat, 2005:75. Berbagai langkah kebijakan yang telah diambil dalam rangka
restrukturisasi perbankan dan dalam mengawasi Bank, Bank Indonesia setiap tahunnya menilai kesehatan Bank di Indonesia dengan tujuan membantu
menejemen Bank, apakah setiap Bank sudah dikelola dengan prinsip kehati- hatian dan sistem perbankan yang sehat, serta sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia yang masih terus berlanjut untuk mendorong kinerja perbankan. Penilaian
terhadap menejemen
merupakan penilaian
terhadap kemampuan Bank dalam mengelola dana, baik dalam menghimpun dana
maupun menyalurkan dana yang ada serta mengkoordinasikan potensi lain yang terdapat dalam Bank guna mencapai tujuan tertentu. Masalah pokok
yang sering dihadapi oleh Bank atau yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana modal untuk
membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi maupun modal kerja. Dalam hal ini, Bank sebagai lembaga
keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara
waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Jadi fungsi utama Bank merupakan
5
perantara antara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana Lisya Widyastuti, 2009.
Oleh karena fungsi Bank sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang
dilaksanakan Bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan, atau penyaluran dana. Maka Sehingga secara otomatis pendapatan Bank yang
terbesar diperoleh dari sektor perkreditannya. Semakin tinggi volume perkreditannya, maka semakin besar pula kemungkinan suatu Bank untuk
memperoleh laba profit. Oleh karena tujuan utama didirikannya suatu Bank adalah untuk mencapai profitabilitas yang maksimal, maka perlu dilakukan
pengelolaan perbankan secara profesional terutama dalam sektor perkreditannya. Dengan dilakukannya pengelolaan kredit secara profesional
diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan profitabilitas Bank, karena tingkat likuiditas dan profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja
perbankan yang tinggi pula Heni Rohaeni, 2009. Akan tetapi persaingan dalam menghimpun dana dari masyarakat juga
menjadi perhatian Bank dalam meningkatkan modalnya sehingga Bank memberikan fasilitas yang baik kepada para nasabah untuk menabung di
Banknya masing-masing. Sehingga sumber dana masyarakat lebih mudah didapatkan ketimbang sumber lainnya. Namun masih ada beberapa faktor
yang mempengaruhi penghimpunan dana. Menurut Almossawi 1999 di Bahrain mengidentifikasikan lima atribut penting yang dipertimbangkan
konsumen dalam memilih bank, a lokasi ATM yang mudah dijangkau, b
6
ketersediaan ATM dibeberapa lokasi, c reputasi bank, d layanan ATM 24 jam, dan e ketersediaan tempat parkir yang memadai dikutip oleh Harif
Hamali. Untuk menanamkan kepercayaan masyarakat kepada Bank, diperlukan
menejemen kredit dan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis
pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet Kasmir, 2002:71-72. Menejemen perkreditan Bank adalah suatu hal
yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain menejemen perkreditan
perbankan adalah menejemen piutang pada perusahaan umum. Perbankan merupakan sebuah perusahaan yang mengonsentrasikan pada pengoptimalan
menejemen utang dan menejemen piutang sehingga memiliki revenue dan profitnya didapat dari selisih pendapatan atas piutang ditambah bunga dengan
kewajiban ditambah bunga, sehingga merupakan suatu ketetapan bahwa bunga atas piutang selalu lebih tinggi dari bunga atas utang.
Mulai Januari 2003 Bank Indonesia secara bertahap melonggarkan kebijakannya dengan menurunkan tingkat suku bunga SBI. Penurunan suku
bunga instrumen moneter ini diikuti oleh suku bunga penghimpunan dana. Pergerakan suku bunga deposito, khususnya suku bunga deposito 1 bulan,
menunjukkan konsistensinya dengan arah pergerakan suku bunga SBI. Perilaku yang berbeda ditunjukkan oleh pergerakan suku bunga kredit.
Perilaku suku bunga kredit yang pergerakannya tidak selaras dengan
7
pergerakan suku bunga SBI tersebut khususnya terjadi pada saat suku bunga SBI menurun. Pada saat suku bunga SBI menurun, suku bunga kredit
cenderung untuk tetap atau menurun dalam ukuran yang lebih kecil sticky downward
. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “ ANALISIS PENGARUH
INFLASI, DPK, DAN SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA TERHADAP POSISI KREDIT MODAL KERJA Studi Kasus Pada Bank
Persero kiranya menarik dan perlu untuk dilakukan penelitian.
B. Perumusan Masalah