61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Bank Indonesia
Sebelum Bank Indonesia didirikan, pemerintah Indonesia telah membentuk yayasan pusat Bank Indonesia tahun 1945 yang kemudian
melebur menjadi Bank Negara Indonesia BNI dengan UU N0. 2 PERPU Tahun 1946. Bank inilah yang semula diupayakan sebagai bank sentral
Indonesia. Namun, dalam perundingan antara wakil pemerintah RI dan Belanda pada Konfrensi Meja Bundar KMB, diputuskan De Javasche Bank
tetap sebagai sirkulasi sementara belum ada Undang-Undang baru yang mengatur pembentukan Bank Sentral dan menugaskan BNI sebagai Bank
Pembangunan. Alasan utama penunjukkan De Javasche Bank tetap sebagai bank sirkulasi adalah karena pemerintah Indonesia masih berhutang kepada
Negeri Belanda. Dalam upaya pemerintah untuk memiliki satu Bank Sentral yang utuh,
maka dibentuk satu panitia Nasionalisasi pada 19 Juni 1951 yang bertugas mempersiapkan dan melakukan Nasionalisasi terhadap De Javasche Bank dan
mempersiapkan Undang-Undang pembentukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada 15 Desember 1951 diumumkan UU No. 24 Tahun 1951 tentang
Nasionalisasi De Javasche Bank, sedangkan rancangan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia UUPBI sendiri disampaikan kepada parlemen pada
September 1952 dan disetujui 10 April 1953 dan mulai berlaku 1 Juli 1953.
62
Pada tahun 1966-1968 merupakan masa rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi. Strategi rehabilitasi dan stabilisasi dilaksanakan dalam 4 fase, yaitu
fase penyelamatan yang dilakukan pada waktu 6 bulan pertama, fase rehabilitasi dilakukan pada waktu 6 bulan kedua, fase stabilisasi dilakukan
pada waktu 6 bulan ketiga, fase konsolidasi dilakukan pada waktu 6 bulan keempat.
Guna mengatasi kemelut ekonomi, pemerintah orde barudibawah kabinet Ampera menyadari perlunya diciptakan keterpaduan dan keserasian antara
rencana fisik dan rencana moneter dalam APBN. Kebijaksanaan moneter waktu itu, banyak ditekankan pada pembaruan di bidang fiskal yang menjadi
sumber utama inflasi. Percukupan kebutuhan pangan dan sandang, rehabilitasi prasarana ekonomi dan peningkatan kegiatan ekspor.
Memasuki era tahun 1990-an sistem perbankan Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini terbukti dengan berkembangnya bank-
bank yang beroperasi di Indonesia. Pada era ini juga dikenal dengan adanya pasar bebas atau berlakunya sistemm perdagangan dunia. Indonesia
merupakan negara yang sedang berkembang yang ingin mengikuti kompetisi untuk mengikuti sistem tersebut dan menghadang resiko yang akan datang.
Krisis keuangan global belakangan ini membuat pemerintah bergerak cepat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis demi menyelamatkan
operasional perbankan dan penarikan dana masyarakat pada sistem perbankan bank rush dalam jumlah yang sangat signifikan. Salah satunya pemerintah
mengambil kebijakan dengan membuat peraturan pemerintah pengganti
63
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang perubahan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan peraturan
pemerintah nomor 66 Tahun 2008 tentang besaran nilai masyarakat yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan sejak tanggal 13 Oktober 2008 nilai
simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak sebelumnya
sebesar Rp.
100.000.000,00 menjadi
sebesar Rp.
2.000.000.000,00 yang tentu akan menyelamatkan perbankan dari penarikan besar-besaran dari masyarakat yang khawatir dananya menghilang.
Ada 3 hal penting menandai kondisi terakhir sektor perbankan di Indonesia. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia API. Munculnya API ini dipicu oleh adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai
1997. Salah satu Landasan penting penyusunan API ini adalah usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Cove Principal.
b. Adanya suatu usaha pemerintah Indonesia untuk menyusun atau membentuk Lembaga Penjamin Simpanan, Lembaga Pengawas Perbankan
yang independen dan otorisasi jasa keuangan. c. Kinerja perbankan yang lebih menunjukkan kondisi masa peralihan atau
masa pemulihan dari krisis ekonomi ke arah tradisi perbankan yang lebih sesuai dengan praktik-praktik perbankan yang baik. Praktik perbankan
yang baik ini antara lain mengarah kepada: manajemen pengelolaan resiko yang baik, struktur perbankan nasional yang lebih baik dan penerapan
prinsip kehati-hatian yang konsisten.
64
B. Sejarah Bank Persero