Jenis afiks Landasan Teoretis

Jangan memberi tumpangan kepada orang yang tidak dikenal. Untuk menuju ke desa itu kita harus melelaui titian yang sangat licin. -an 5 A → N „tempat lokatif‟ Lapangan tenis itu baru diresmikan kemarin. -an 6 N → N „hasil mengukur‟ takaran Ibu membeli beras kiloan di pasar. Di sini menjual kain meteran. -an 7 Num → N „yang bernilaijumlah‟ Untuk mengukur panjang kain digunakan satuan meter. Ribuan orang berkumpul di lapangan untuk menghadiri rapat terbuka itu. Sekarang banyak diterbitkan novel picisan. -an 8 N → N „frekuensi‟ waktu Pabrik itu mempekerjakan buruh harian. Ia mendapat gaji mingguan. -an 9 N → N „kolektif‟ takaran Punya uang recehan? Jangan membeli barang kodian meskipun harganya murah. Ibu membeli lusinan piring kertas untuk makan dalam piknik besok. Catatan: Kata kodian mengandung makna peyoratif. -an 10 N → N „yang mempunyai‟ Kami sangat menyukai durian. Indonesia telah memproduksi rambutan dalam kalengan. -an 11 N → N „yang ditempatkan di‟ Kata makanan mempunyai akhiran –an. Awalan me- mempunyai banyak makna. Walaupun ia seorang bawahan, ia sangat rajin bekerja. -an 12 V → N „apa yang di-‟ Di toko tersedia pelbagai jenis makanan. Akhir-akhir ini minuman dalam botol besar sangat digemari. -an 13 N → N „kolektif‟ Pasangan suami istri itu sedang menunggu kelahiran anak mereka yang pertama. Kawanan domba itu sedang digiring oleh gembala itu menuju padang rumput yang hijau. -an 14 N → N „kegiatan yang bersangkutan dengan‟ Pesta Natalan biasanya dirayakan setelah hari Natal. Keluarga itu mengadakan syukuran karena putra mereka sudah sembuh dari sakit berat. -an 15 V → N „alat untuk‟ Anak-anak senang bermain di ayunan itu. Garisan ini pecah, jadi tidak dapat dipakai untuk mengukur. 2 Prefiks ke- ke 1 - A → N „yang di + D + kani‟ Karena disiplin dan tanggung jawabnya yang tinggi, ia diangkat menjadi ketua. ke 2 - V → N „abstrak‟ Ia hanya melaksanakan kehendak orang tuanya. ke 3 - V → N „orang yang di....‟ Kekasih hatinya telah pergi menghadap yang Maha Kuasa. 3 Prefiks Pe 1 - pe 1 - V → N me- + V „pelaku‟ telis Di sepanjang jalan Malioboro banyak penjual cindera mata. Wakil presiden menjadi wakil pejabat presiden. Penyanyi asal Bandung itu berhasil menjuarai pemilihan bintang radio dan televisi 1987. Pemangku lurah di desa ini belum ditunjuk. pe 2 - V → N me- + N „pelaku‟ telis Peninju wanita itu berhasil ditangkap. pe 3 - V → N me- + V „alat instrumentalis‟ telis Tongkat pemukul softball itu patah menjadi dua. pe 4 - V → N me- + N „alat instrumentalis‟ telis Siapa yang mematahkan penggaris ini, dia yang harus menggantikannya. Kau dapat membersihkan ruangan ini dengan menggunakan alat penyapu lantai itu. pe 5 - V → N me- + N „mempunyai kebiasaan habituatif‟ telis Ia seorang perokok berat. pe 6 - V → N me- + V „mempunyai kebiasaan habituatif‟ Pemabuk itu menelantarkan keluarganya. Peminum itu ditangkap polisi karena mengganggu ketenangan masyarakat di sekitar rumahnya. pe 7 - V → N me- + V „profesi‟ telis Setelah lulus sekolah guru, ia menjadi seorang pengajar sekolah dasar. Kau kenal penulis buku tata bahasa yang sedang kau baca ini? pe 8 - V → N me- + N „profesi‟ telis Suaminya seorang pelaut, oleh karena itu jarang ada di rumah. Penari itu sudah berhasil mendapat gelar sarjana. Kata orang, nenek itu seorang penyihir. pe 9 - V → N me- + V+kan „abstrak‟ telis Bacalah penunjuk itu supaya tidak salah arah. Catatan: Bentuk perokok dan pelaut berasal dari bentuk antara merokok dan melaut, bukan dari bentuk berokok dan berlaut. Pendapat tidak berasal dari bentuk mendapat atau mendapatkan melainkan proses pembentukan dari bentuk dasar. pe- A N „orang yang mempunyai kedudukan, propesi‟ Walaupun ia seorang penggede, hidupnya sangat sederhana. Massa mencemaskan para petinggi itu. Ketika pembesar itu datang ke desa kami, semua halaman rumah harus dibersihkan. Penjahat yang sangat ditakuti itu sudah ditangkap polisi. Berapa besar gaji penjinak binatang buas itu? 4 Prefiks per- per 1 - V N ber- +N „pelaku‟ Para pejalan kaki harus berjalan di tepi sebelah kiri. R. A. Kartini adalah pejuang hak-hak wanita Indonesia. Pejabat yang curang sangat mengecewakan rakyat. per 2 - V N ber- +N „profesi‟ Dulu ia seorang petinju yang ternama, sekarang hanya beberapa orang saja yang masih mengenalnya. Ada 200 orang lebih petatar yang ikut serta dalam penataran kali ini. Mari kita bantu petugas ini menyelidiki perkara yang rumit itu. per 3 - V N ber- +V „profesi‟ atelis Dilihat dari caranya berpakaian, apakah dia seorang pelajar? Kabarnya pertapa itu sudah bertapa selama puluhan tahun. per 4 - V N ber- +V „alat, yang ber- instrumentalis‟ atelis perhatikan baik-baik petunjuk berikut ini. 5 Prefiks se- se- N N „satu dan bersama-sama‟ Hasan sekantor dengan saya. Paham yang dianutnya sealiran dengan paham saya. Pak Suyudi dan Pak Maurits pernah seasrama. Sekantornya ditraktirnya, ketika ia mendapat bonus. 6 Infiks –el- - el 1 - A → N „benda yang …‟ Anak itu sedang asyik bermain dengan gelembung- gelembung sabun. -el 2 - V → N „alat intrumentalis‟ Jangan kau sentuh pelatuk pistol itu. Telunjuk gadis itu luka tergores pisau. -el 3 - N → N „alat instrumentalis‟ Telapak tanganku selalu terasa panas setelah aku mengiris cabai. -el 4 - N → N „kumpulan‟ Geligi anak itu sedang diperiksa oleh seorang dokter gigi. 7 Infiks –er- -er 1 - N → N „alat instrumentalis‟ Seruling itu terbuat dari bambu. -er 2 - N → N „yang ber…‟ Gerigi gergaji itu sudah tumpul. 8 Sufiks –at -at - „pelaku jamak feminin‟ Selamat datang kami sampaikan kepada para hadirin dan hadirat. Pada hari raya Lebaran orang-orang Kristen mengucapkan selamat kepada kaum muslimin dan muslimat. 9 Sufiks –si -si N → N pelaku jamak dasar + - us „pelaku jamak‟ abs Para kritisi film menganggap pilihan juri terhadap film itu sebagai film terbaik masih perlu dipertanyakan. Mengapa para politisi di negara itu melempem saja? 10 Sufiks –ika -ika - penanda bidang ilmu Fisika adalah mata pelajaran yang paling tidak saya senangi. Kita harus memakai logika juga dalam mamutuskan masalah ini, jangan hanya mengandalkan perasaan saja. 11 Sufiks –in -in - „pelaku jamak maskulin‟ Ketika Bapak Presiden memasuki ruangan, hadirin diminta berdiri. Setiap hari Jumat, para muslimin bersembahyang di mesjid. 12 Sufiks –ir -ir V → N „pelaku‟ Para pemilik toko seharusnya menjalin hubungan yang baik dengan para leveransir. Para importir beras merasa keberatan dengan dinaikkannya bea masuk. 13 Sufiks –ur -ur 1 V → N „pelaku maskulin‟ Direktur P.T Abadi Jaya tidak hadir dalam rapat. Yang bertugas sebagai inspektur upacara pada tanggal 17 Agutus adalah Presiden Soeharto. Redaktur majalah Sarinah menerima banyak surat. -ur 2 - „sistem‟ Usaha kaum komunis mendirikan diktaktur proletariat digagalkan kaum sosialis. Praktik sensur di negara itu gagal memberantas ajaran-ajaran sesat. 14 sufiks-ris -ris -pelaku feminin- Direkteris perusahaan itu pintar lagi pula cantik. Rebecca giling, aktris jelita dari australia membintangi film seri return to eden. Dia terpilih sebagai inspekteris dalam upacara sumpah pemuda. 15 sufiks –us -us - pelaku tunggal, orang yang bergerak dalam bidang‟ H.B jassin adalah kritikus sastra yang terkenal. Ia ingin menjadi sorang politikus ulung 16 sufiks –isme -isme 1 -paham- Aliran humanisme mengutamakan unsur kemanusiaan. Kapitalisme ditolak negara komunis. Feodalisme sudah tidak sesuai lagi untuk zaman sekarang. Catatan: Bentuk ini dapat digunakan sebagai proleksem. -isme 2 - „kebiasaan atau gaya hidup yang kurang baik‟ Pemuda-pemuda kita menghadapai bahaya yang datang dari individualisme, hedonisme, laikisme, dan sekularisme. Holandisme sudah tidak nampak dalam bahasa Indonesia 17 sufiks-is berhubungan dengan -isme -is - dasar+isme‟ orang yang bersangkutan dengan. .‟ Apakah kedudukan kaum kapitalis makin kuata pada masa ini? Pikirannya mencerminkan ia seorang feodalis. 18 sufiks –isasi -isasi - „proses‟ Perusahaan yang bagkrut itu tidak mempunyai investarisasi yang cukup. Ia mengambil spesialisasi bidang kedokteran anak. Ibu aktif dalam pelnagai organisasi dikantornya 19 sufiks-isida -isida - „pembunuh‟ Fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur. Penyiangan itu dapat dilakukan dengan menggunakan cat kimia yang terkenal dengan nama herbisida. Pengaruh sampingan dari insektisida itu terjadi ketika pemberantasan malaria seang dilakukan dengan besar-besaran. 20 sufiks –ita -ita - „wanita‟ Dia seorang seniorita yang sangat cerewet selama masa perpeloncoan. Salah seorang rekanita kita akan pergi bertugas ke daerah. Madona adalah biduanita yang paling banyak penggemarnya. 21 sufiks –or -or - pelaku maskulin‟dengan nuansa unggul Aktor terbaik yang mendapat piala citra pada tahun 1987 adalah Dedy Mizwar. Anak yangberdasi biru itu terpilih menjadai deklamator terbaik karena ia dapat membaca puisi dengan baik. Negara agresor itu dikutuk oleh dewan keamanan PBB. Koruptor yang sudah dihukum berat ini belum juga jera. Kudeta di asuncion telah menjatuhkan diktator Alfredo Stroessner Badan sensor ikut menyaring film-film video. 22 sufiks –tas -tas –abstrak Berenang merupakan salah satu aktivitas yang digemari para remaja. Kita harus menghadapi realitas hidup ini. Kaulaitas barang ekspor di negara itu semakin merosot. Banyak universitas swasta Indonesia yang belum memiliki status .

4. Media Cetak

Sejak awal mula pertumbuhannya media cetak mengalami banyak perubahan baik dari sisi perwajahan, sopistikasi bahasanya, kualitas pesan- pesannya, semua telah berubah sejalan dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi pendukungnya. 31 Perjalanan media cetak tidaklah singkat, empat puluh tahun media cetak mengalami perjalanan yang cukup panjang menuju pengabdian, kehidupan media cetak dipengaruhi oleh sisi internal media cetak dan kondisi sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. 32 Hal ini menjadikan media massa menjadi salah satu media massa yang paling populer, media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. 33 Dengan demikian, media cetak merupakan salah satu jenis media massa yang bersifat tertulis atau tercetak, sebab perjalanan media cetak yang panjang menjadikan media cetak menjadi media yang terpopuler di masyarakat. Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar, media cetak dapat dikelompokan sebagai surat kabar, majalah dan tabloid, Asep Saiful Muhtadi dalam bukunya yang berjudul 31 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori Praktik, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999, hlm. 88. 32 Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet. Pertama, 2005, hlm. 85. 33 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010, hlm. 28. Jurnalisik Pendekatan Teori dan Praktik menjelaskan surat kabar atau biasa disebut koran merupakan salah satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat, yang pada awal perkembangannya surat kabar tumbuh secara bertahap mulai dari lembaran-lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokal, sampai jumlah halaman yang banyak dan telah dipublikasikan secara internasional. 34 Media cetak salah satunya surat kabar harus memiliki lima orientasi yang ada dalam setiap penyajian berita, kelima orientasi adalah 1 aktualisasi, mengacu pada keadaan yang sebenarnya; 2 publisitas, yang mengacu pada penyampaian informasi kepada publik; 3 periodesitas, yang mengacu pada konsistensi jadwal penerbitan; 4 universalitas, yang mengacu pada keberagaman isi berita; dan 5 dokumentatif, yang mengacu pada dokumentasi konkret dan dapat didokumentasikan. Jika ditinjau dari proses penyajiannya, setiap jenis media cetak sangat dipengaruhi oleh dua aspek penting, yaitu a aspek bahasa yang bertumpu pada pemilihan dan pemakaian bahasa seperti pemakaian kata, frase, kalimat, paragraf yang informatif dan efektif dan b aspek lay out tata letak, yang bertumpu pada desain atau tata letak penyajian berita agar mengundang daya tarik. Sebagai hasil karya jurnalistik, setiap informasi yang disajikan dalam media cetak harus mengandung unsur kebenaran, kejelasan, keakuratan, dan daya tarik. 35

5. Pengertian Kolom

Salah satu rubik khusus dalam surat kabar yaitu kolom, kolom adalah sebuah rubik khusus di media massa cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Kolom dapat dikatakan mirip dengan artikel opini dan esai 34 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori Praktik, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999, hlm. 88. 35 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010, hlm. 30. yang dimuat di surat kabar atau majalah. Hanya saja jika dicermati, gaya penulisan kolom terlihat khas dan berbeda dengan artikel dan esai. 36 Kurniawan Djunaedhie dalam Santana mendefiniskan kolom adalah lajur pada surat kabar atau majalah, bisa juga berarti tulisan dalam penerbitan pers yang menyoroti suatu masalah tertentu dengan gaya bahasa yang bebas, bersifat subjektif, biasanya satiris, dan komis mengenai politik, ekonomi, dan lain-lain. 37 Kolom juga dapat didefinisikan sebagai opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau masalah yang berkembang masyarakat. Kolom merupakan cermin pemikiran pribadi penulis dan sebagai pemaknaan subjektif tentang topik atau masalah yang dibahas. Penulis kolom tidak harus jurnaliswartawan, siapa saja dapat menulis kolom. 38 Dengan demikian, kolom adalah salah satu bagian dari media massa, baik cetak maupun online kolom menjadi rubik khusus di media cetak berisi tentang suatu masalah tertentu yang bersifat serius atau ringan, meski demikian kolom mempunyai ciri khas tertentu dibandingkan dengan rubik media cetak yang lain, yaitu cara penulisannya yang terlihat khas, ditulis dengan bahasa yang ringan, dan bersifat subjektif. Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup, kolom langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. 39 Sedia Willing Barus juga menjelaskan kolom ditulis dengan gaya yang sangat ringan meski 36 Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom Resensi Buku, Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009, hlm 33. 37 Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet. Pertama, 2005, hlm. 59. 38 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010, hlm. 35. 39 Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom Resensi Buku, Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009, hlm. 33. masalah yang dibahas termasuk ke dalam masalah yang serius seperti politik, ekonomi, sosial, kriminalitas dan sebagainya. 40 Pendapat Kuncoro dan Barus menguatkan bahwa kolom mempunyai ciri khas dalam penulisannya salah satunya adalah kolom tidak mempunyai struktur seperti lead, isi, dan penutup.

6. Bahasa Jurnalistik

Setiap bidang ilmu mempunyai tatabahasanya sendiri yakni seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indera dalam hubungannya dengan penggunaan media. Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik, bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa yang didasarkan pada bahasa baku, serta memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan yang benar, meski demikian bahasa jurnalistik tetap mengikuti perkembangan dalam masyarakat. 41 Sarwoko juga berpendapat bahwa bahasa Indonesia Jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku, yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya, karena digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain. 42 Bahasa jurnalistik disebut juga sebagai bahasa koran, bahasa jurnalistik dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh wartawan dan kebiasaan berbahasa yang dianut oleh insitusi media, selain itu bahasa jurnalistik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 43 40 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, hlm. 148. 41 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, Cet. Kelima, 2004, hlm. 3. 42 Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, Edisi 1, 2007, hlm. 1-2. 43 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010, hlm. 80.