Afiks -isasi Bermakna ‘Proses’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam

Berdasarkan analisis prefiks, infiks sebagai pembentuk nomina ditemukan penggunaan prefiks pe- dalam kolom Jakarta koran Pos Kota sebanyak 334, dengan rincian, 140 pe- bermakna „profesi‟ yaitu: 21 kata pejabat, 29 kata petugas, 24 kata pedagang, 18 kata pekerja, 29 kata pengurus, 1 kata pelawak, 3 kata pengusaha, 1 kata pegawai. Pe- bermakna „alat instrumentalis‟ sebanyak yaitu 1 kata penunjang, 5 kata pemicu dan 5 kata pemecah. Pe- makna „habituatif‟ yaitu 1 kata pecandu dan 1 kata perokok, pe- bermakna „pelaku‟ sebanyak 204 kata, dengan rincian: 3 kata penyapu, 6 kata pengawas, 20 kata pengendara, 15 kata pengunjung, 29 kata peserta, 18 kata pemilik, 13 kata pengunjung, 21 kata penumpang, 20 kata pemenang, 21 kata pembersih, 22 kata pengawas, 3 kata pemangku, 10 kata pengembang. Terdapat juga penggunaan 11 prefiks se- yang bermakna „satusama‟, yaitu: 2 kata setahun, 3 kata seragam, 6 kata sehari. Pada koran Pos Kota kolom Jakarta tidak ditemukan penggunaan infiks sebagai pembentuk nomina. Meskipun demikian, penggunaan sufiks pembentuk nomina terbanyak dalam koran Pos Kota kolom Jakarta edisi 2-31 Januari 2016, yaitu sebanyak 516 kata, dengan rincian, penggunaan 186 sufiks –an bermakna „hasil‟, dengan rincian 20 kata anggaran, 26 kata koreksian, 5 kata tambahan, 14 kata pantauan, 21 kata temuan, 1 kata koreksian, 15 kata tanaman, 20 kata hiburan, 21 kata jaminan, 21 kata layanan, 13 kata laporan, 23 bangunan dan 7 kata kunjungan. Penggunaan 78 sufiks –an pembentuk nomina bermakna „apa yang di-‟ yaitu 25 kata pasokan, 17 kata makanan, 7 kata tumpukan, 18 kata laporan, 20 kata tanaman dan 1 kata minuman. Penggunaan 76 sufiks –an bermakna „lokatif‟. Terdapat juga penggunaan 76 sufiks –an bermakna „lokatif‟, yaitu 22 kata lingkungan, 23 kata saluran, 18 kata genangan dan 17 kata genangan. 37 sufiks –an bermakna „kolektif‟ yaitu 8 kata rombongan, 20 kata pasangan dan 9 kata tumpukan. 44 sufiks –an bermakna „alat untuk, yaitu 16 kata kendaraan, 9 kata ngkutan, 17 kata bantuan dan 2 kata saringan. 9 -an bermakna „kegiatan yang bersangkutan‟ yaitu 4 kata hajatan, 2 kata sunatan, 3 kata liburan. 16 -an bermakna „yang bernilaijumlah‟ yaitu 8 kata puluhan dan 8 kata ribuan, 16 pe- bermakna frekuensi yaitu 6 kata harian dan 10 kata tahunan.

B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendidikan di Indonesia, telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Pada tanggal 15 Juli 2013 telah diberlakukannya sistem pendidikan dengan menggunakan kurikulum 2013 dan telah diterapkan di 6.221 sekolah sejak Tahun pelajaran 20132014 dan di semua sekolah di seluruh tanah air pada Tahun Pelajaran 20142015. Akan tetapi, keputusan itu dicabut dengan ditandai penerbitan surat dari kementrian pendidikan dan kebudayaan RI nomor: 179342MPKKR2014 tanggal 5 Desember 2014 yang berisi tentang menggentikan pelaksaaan kurikulum di sekolah- sekolah dan kembali menggunakan kurikulum 2006 serta tetap menerapkan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah menerapkan sistem ini selama 3 semester. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh seluruh tingkat jenjang pendidikan di Indonesia. Bagi pengguna kurikulum 2013 atau kurikulum 2006 di tingkat SMA, bahasa dan sastra Indonesia masuk ke dalam mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional. Dengan demikan, materi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus dikuasai oleh siswa agar lulus pada ujian tersebut. Salah satu sumber materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah surat kabar. Selain fungsi surat kabar untuk memberikan informasi bagi pembacanya, kelebihan surat kabar lainnya adalah terdapat banyak jenis berita yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.