Proses Morfologi Landasan Teoretis

proses afiksasi, proses pergantian, proses reduplikasiulangan, dan proses kosong zero morphemes. 16 Meski beberapa ahli di atas membagi bagian proses morfologi secara berbeda, tetapi hanya istilahnya saja yang membedakan. Pada hakikatnya, proses morfologi melibatkan bentuk dasar dengan menggunakan alat pembentuk meliputi afiksasi penambahan, reduplikasi pengulangan, komposisi penggabungan, akromisasi pemendekan dan konversi pengubahan status, makna gramatikal, dan hasil proses pembentukan yang membentuk kata baru. Salah satu proses morfologi adalah afiksasi, yaitu proses penambahan afiks untuk membentuk suatu kata. Afiks adalah sebuah bentuk dan biasanya berupa morfem terikat. 17 Definisi afiks berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan merubah makna gramatikal seperti prefiks, infiks, konfiks, atau sufiks; bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata imbuhan. 18 Dengan demikian, afiks merupakan salah satu morfem yang bersifat terikat, dan jika ditambahkan dengan kata dasar maka akan terjadi perubahan makna. Afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain membentuk kata atau pokok kata baru. 19 Afiks dapat didefinisikan sebagai bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal yang merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar yang memiliki 16 Jos Daniel Parera, Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi Seri B, Flores: Penerbit Nusa Indah, 1977, hlm. 25. 17 Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta:FITK PRESS, 2009 , hlm. 63. 18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 14. 19 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogyakarta: PH. CV Karyono, Cet. Ketujuh, 1985, hlm. 50. kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru. 20 Lieber juga mendefinisikan “afiks is a mophemes that cannot stand alone”. 21 Maka dapat disimpulkan, afiks menjadi morfem yang melekat pada bentuk dasar kata, afiks bukan bagian dari kata dan bersifat terikat yang berarti tidak dapat berdiri sendiri, selalu melekat dengan kata lain dan mempunyai fungsi membentuk suatu kata baru. Afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa, proses ini terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubukan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus. 22 Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, dalam afiksasi terlibat unsur-unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang dihasilkan. Muslich mengemukakan bahwa afiksasi ialah peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar yang berupa suatu pokok kata. 23 Jadi, afikasasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar yang menghasilkan suatu makna gramatikal. Kridalaksana berpendapat afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks dalam bahasa Indonesia yang kompleks, afiks membentuk suatu sistem, sehingga kejadian kata dalam bahasa Indonesia merupakan rangkaian proses yang berkaitan. Proses ini leksem berubah bentuknya menjadi kategori tertentu sehingga status katanya berganti ketegori, dan terkadang berubah maknanya. 24 Seperti hal bentuk: pelajar – pengajar, pesuruh – penyuruh, petinju – peninju dan petatar – penatar. 20 Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Pertama, 2010, hlm. 41. 21 Rochelle Lieber, Introducting Morphology, New York: Cambridge University Press, Frist Published, 2010, hlm. 33. 22 Jos Daniel Parera, Morfologi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. Keempat, 2007, hlm. 18. 23 Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Pertama, 2010, hlm. 38. 24 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996, hlm. 28.

3. Jenis afiks

Proses afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa, proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus, dalam bahasa Indonesia terdapat jenis afiks, yaitu: a. Prefiks Prefiks yaitu afiks yang diletakan di muka dasar. Contoh: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-. prefiks me- pada kata menghibur. 25 Prefiks adalah afiks yang diletakan di muka bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya mem-, di-, ber-, ke-, ter-, se-, pem-, dan pe-per. 26 Parera juga menjelaskan bahwa prefiks adalah pembubuhan morfem terikat terhadap morfem bebas dalam bahasa Indonesia seperi per-, di-, ke-, me-, dan sebagainya. Dengan demikan, pendapat Kridalaksana dan Ahmad mempunyai kesamaan, namun prefiks menurut Parera tidaklah jauh berbeda, Parera tidak menggunakan istilah prefiks, infiks, sufiks, konfiks tetapi menggunakan istilah “Pembubuhan depan dengan morfem terikat depan”. b. Infiks Infiks yaitu afiks yang diletakan di dalam dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga macam infiks yaitu: -el-, -er-, -em, misalnya infiks –el pada kata telunjuk yang berasal dari kata tunjuk, kata patuk+-el menjadi pelatuk, kata gilang+em menjadi. pembubuhan tengah dengan morfem terikat tengah dapat dilihatdicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -er, -em-, dan –el. 25 Ibid., hlm. 28-29. 26 Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta: FITK PRESS, 2009, hlm. 68-69. gemilang dan kata suling yang diberi imbuhan –er- menjadi seruling. 27 c. Sufiks Sufiks yaitu afiks yang diletakan di belakang dasar. seperti: -an, -kan, -i, -nya, -wati, -wan, -man, -isme, dan –isasi. Umpanya, dalam bahasa Indonesia sufiks –an pada kata bagian, dan sufiks – in seperti terdapat pada kata bagikan. 28 Parera membagi jenis sufiks lebih sedikit dibandingkan dengan Harimurti, yaitu sufiks adalah pembubuhan akhir dengan morfem terikat akhir dapat dilihatdicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -kan, -i, -an, -wan. d. Konfiks Konfiks terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Dalam hal ini perlu kita bedakan antara konsep konfiks dan kombinasi afiks. Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan mengungkapkan makna gramatikal. Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya terdapat empat konfiks, yaitu ke-...-an, pen-...-an, per-...-an, dan ber-...an. konfiks ini misalnya melekat pada kata pengiriman, persahabatan, berhalangan. 29 Sedangkan Parera menggunakan istilah untuk konfiks yaitu pembubuhan terbagi dengan morfem terikat terbagi, seperti ke-an, per-an, ke-i, ber-an, dan sebagainya. 27 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996, hlm. 28. 28 Ibid., hlm. 28. 29 Ibid., hlm. 28. Berdasarkan proses pembentukannya, kata akan mengalami perubahan makna dan golongan kata jika terjadi proses gramatik salah satunya adalah afiksasi proses penambahan afiks pada kata dasar. Proses afiksasi ini menjadikan kata dasar berubah golongan ke beberapa bentuk antara lain: verba, nomina dan ajektiva. Proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang lain di sebut nominalisasi, proses ini dapat terjadi salah satunya akibat afiksasi. 30 Seperti yang sudah dijelaskan pada subab sebelumnya yaitu jenis-jenis afiks terdiri dari 9 afiks. Akan tetapi, dalam skripsi ini penulis memusatkan hanya kepada prefiks, infiks, dan sufiks pembentuk nomina menurut Kridalaksana. Yakni : 1 Sufiks –an -an 1 V → N „hasil‟ Catatan murid itu sangat rapi. Tulisan anak itu tidak terbaca olehku. -an 2 A → N „hasil‟ Manisan Cianjur sangat disukai Kami sangat menyukai asinan Bogor. -an 3 N → N „tempat lokatif‟ Tepian sungai itu semakin lama semakin menjorok ke darat karena erosi arus yang deras. Daratan negeri Belanda lebih rendah dari pada permukaan laut. Ruangan pesta itu dipenuhi oleh pasangan-pasangan yang sedang berdansa. -an 4 V → N „tempat lokatif‟ Kuburan itu menyeramkan pada malam hari. 30 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, Cetakan Pertama, 1986, hlm. 70. Jangan memberi tumpangan kepada orang yang tidak dikenal. Untuk menuju ke desa itu kita harus melelaui titian yang sangat licin. -an 5 A → N „tempat lokatif‟ Lapangan tenis itu baru diresmikan kemarin. -an 6 N → N „hasil mengukur‟ takaran Ibu membeli beras kiloan di pasar. Di sini menjual kain meteran. -an 7 Num → N „yang bernilaijumlah‟ Untuk mengukur panjang kain digunakan satuan meter. Ribuan orang berkumpul di lapangan untuk menghadiri rapat terbuka itu. Sekarang banyak diterbitkan novel picisan. -an 8 N → N „frekuensi‟ waktu Pabrik itu mempekerjakan buruh harian. Ia mendapat gaji mingguan. -an 9 N → N „kolektif‟ takaran Punya uang recehan? Jangan membeli barang kodian meskipun harganya murah. Ibu membeli lusinan piring kertas untuk makan dalam piknik besok. Catatan: Kata kodian mengandung makna peyoratif.