Media Cetak Landasan Teoretis

masalah yang dibahas termasuk ke dalam masalah yang serius seperti politik, ekonomi, sosial, kriminalitas dan sebagainya. 40 Pendapat Kuncoro dan Barus menguatkan bahwa kolom mempunyai ciri khas dalam penulisannya salah satunya adalah kolom tidak mempunyai struktur seperti lead, isi, dan penutup.

6. Bahasa Jurnalistik

Setiap bidang ilmu mempunyai tatabahasanya sendiri yakni seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indera dalam hubungannya dengan penggunaan media. Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik, bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa yang didasarkan pada bahasa baku, serta memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan yang benar, meski demikian bahasa jurnalistik tetap mengikuti perkembangan dalam masyarakat. 41 Sarwoko juga berpendapat bahwa bahasa Indonesia Jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku, yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya, karena digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain. 42 Bahasa jurnalistik disebut juga sebagai bahasa koran, bahasa jurnalistik dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh wartawan dan kebiasaan berbahasa yang dianut oleh insitusi media, selain itu bahasa jurnalistik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 43 40 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, hlm. 148. 41 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, Cet. Kelima, 2004, hlm. 3. 42 Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, Edisi 1, 2007, hlm. 1-2. 43 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010, hlm. 80. 1 Karena adanya keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki oleh wartawan dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik dapat membantu wartawan untuk menulis berita tanpa meninggalkan unsur-unsur pokok dalam berita tersebut. 2 Karena mobilitas pembaca yang tinggi sehingga menjadikan kepentingan pembaca media menjadi terbatas, banyak pembaca hanya sekedar memperoleh informasi semata, tanpa mau membaca berita seluruhnya. Dengan demikian, bahasa jurnalistik yang lebih lugas dan informatif harus menjadi acuan, khususnya dalam penyajian head line atau lead berita. 3 Karena pembaca bersifat universal sehingga bahasa jurnalistik harus mudah dibaca oleh setiap orang dengan latar belakang pendidikan dan tingkat intelektual yang minimal. Bahasa dalam media cetak ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa, media cetak tidak akan bermakna apa-apa. Dalam UU Pokok Pers nomor 40 tahun 1999, wartawan memiliki kebiasaan dalam bebahasa. Akan tetapi, karena keterbatasan media cetak, jurnalistik harus mempunyai ciri- ciri, antara lain: 44 1 Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertel-tele. 2 Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5W+1H, pembuangan kata-kata adalah mubazir dan lebih baik menerapkan ekonomi kata. 3 Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertia atau makna informasi secara langsung, dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga. 44 Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam pemberitaan, Yogyakarta: Penerbit ANDI, Edisi 1, 2005, hlm. 88.