Bahasa Jurnalistik Landasan Teoretis

4 Lugas Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghidari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. 5 Jelas Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas susunan kata atau kalimat sesuai dengan kaidah SPOK, jelas sasaran dan maksudnya. 6 Jernih Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. 7 Menarik Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku. 8 Demokratis Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta baik dari penulis maupun pembaca. 9 Populis Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca. 10 Logis Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan kala sehat. Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar dan sesuai dengan fakta. 11 Gramatikal Bahasa jurnalistik harus mengikuti tata bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. 12 Menghindarkan kata tutur Kata tutur ialah kata yang biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. 13 Menghindarkan kata dan istilah asing Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus mengetahui arti dan makna setiap kata yang dibaca atau didengar. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikasi juga membingungkan. 14 Pilihan kata diksi yang tepat Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, diksi digunakan untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga gaya bahasa dan pengungkapan. 15 Mengutamakan kalimat aktif Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih mempermudah pengertian dan memperjelas pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman. 16 Menghindari kata atau istilah teknis Karena ditujukan untuk pembaca umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca. Istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang bersifat homogen. 17 Tunduk kepada kaidah etika Salah satu tujuan utama pers adalah edukasi, mendidik. Fungsi ini harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Eni Setiati memaparkan ciri-ciri bahasa jurnalistik yang dilihat dari segi penulisannya, seperti singkat, padat, lugas, menarik dan jelas. Suhaemin dan Nasrullah menjelaskan secara rinci, selain ciri-ciri bahasa jurnalistik yang dilihat dari segi penulisannya, bahasa jurnalistik perlu mengutamakan penyajian tulisan dengan menggunakan pola kalimat berjenis aktif, dapat dilihat pada ciri-ciri point ke-15. Kalimat aktif dalam penyajian berita terbukti lebih mudah dipahami dan lebih disukai pembaca, serta dapat memperjelas pemahaman pembaca. Di samping itu, karena sifat pembacanya umum, penggunaan kataistilah teknis perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kataistilah yang umum disajikan agar pembaca dapat memahami. Bahasa jurnalistik juga harus tunduk dan patuh pada kaidah dan etika bahasa Indonesia yang baku, penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah dan etika yang baku tentu akan menjadikan perusahan penerbitan media lebih profesional dan memiliki reputasi kuat di masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Untuk menguji kerelevanan penelitian, terdapat beberapa peneliti yang sudah melakukan penelitian pada permasalahan yang sama, diantaranya: 1. Siti Markamah, “Analisis afiksasi pembentuk verba dalam induk opini surat kabar Pos Kota sebagai sumber belajar ”. Inti yang dibahas dalam skrispi ini adalah peneliti membahas afiks-afiks yang membentuk verba kata kerja dalam induk opini surat kabar yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, metode ini menyelidiki fenomena kontemporer yaitu sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khususnya pada saat penelitian dilakukan. Pada skripsi ini bersifat paparan, penulis menjabarkan penggunaan afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba turunan dalam induk opini surat kabar Pos Kota sehingga dapat ditentukan keuntungan dan kerugian penggunaan penggunaan induk opini tersebut sebagai sumber belajar. Perbedaan penelitian Siti Markamah dengan skripsi ini yaitu pada subjek analisisnya, semua afiks pembentuk verba diteliti oleh Siti Markamah, sedangkan penulis membahas afiks pembentuk nomina terutama prefiks, infiks, dan sufiks. 2. Anggraini Prastikasari, “Afiksasi Pembentuk Verba dalam Teks Siswa Kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajaran 20132014 ”. Inti skripsi ini membahas tentang penggunaan afiksasi pembentuk verba pada teks berita siswa kelas VIII di SMPA Darul Muttaqien Jakarta, untuk menganalisis datanya penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan tekni pengumpulan data yaitu observasi, yaitu dengan memberikan tes kepada siswa dan dianalasis berdasarkan teori afiks pembentuk verba. 3. Yusuf Munandar, “Afiks Pembentuk Verba Bahasa Sunda”. Skripsi yang ditulis Yusuf Munandar membahas tentang afiks, kaidah yang digunakan dalam membentuk verba bahasa Sunda dalam bentuk derivasional serta makna yang dikandung oleh afiks pembentuk verba bahasa sunda dengan data penelitian bersumber dari informan penutur asli bahasa Sunda. Munandar menggunakan metode cakap simak dengan teknik rekam, teknik catat. Fokus analisis yang dilakukan dalam penelitian Munandar lebih luas yaitu pada afiks pembentuk verba dengan objek penelitian informan pengguna bahasa Sunda. Sedangkan dalam skripsi ini, fokus penelitiannya pada afiks pembentuk nomina dengan objek surat kabar Pos Kota. Berdasarkan tiga penelitian relevan yang telah dipaparkan, terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian penulis, antara lain: subjek yang digunakan Markamah, Prastikasari, dan Munandar adalah afiks pembentuk verba, dengan objek penelitiannya menggunakan teks siswa dan informan pengguna. Namun, peneliti menggunakan subjek afiks pembentuk nomina dengan objek surat kabar. Dari hasil penelitian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan masyarakat umum lainnya. 38 BAB III METODE PENELITIAN

A. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah teks berita kolom Jakarta dalam surat kabar Pos Kota. Penulis menggunakan kolom Jakarta karena ingin meneliti penggunaan afiks terutama prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina yang terdapat dalam kolom tersebut.

B. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik simak catat karena yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks berita pada kolom Jakarta surat kabar Pos Kota dengan menggunakan teknik simak catat, peneliti mengumpulkan data, mempelajari data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara menyimak dan mencatat hasil analisis data yang kemudian dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.

C. Desain dan Langkah Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, serta analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif-analitis yang berarti intrepretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan sistematis. 43 43 Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2007, hlm. 92.