74
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini memiliki beberapa kekurangan akibat keterbatasan dari peneliti, antara lain :
1. Total pengeluaran air lainnya tidak diteliti karena terlalu sulit dihitung sebab terdapat beberapa sumber pengeluaran air seperti feses, kulit
keringat, dan paru-paru pernapasan yang membutuhkan alat dan biaya yang mahal serta pengawasan dalam pengambilan data pengeluaran air
tersebut. 2. Pada penelitian ini pengumpulan data survei konsumsi cairan dilakukan
dengan menggunakan metode recall menggunakan food model pada saat pengumpulan data sehingga food model yang digunakan akan menimbulkan
bias karena food model belum tentu sama dengan ukuran yang responden makan.
B. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran
PURI Periksa Urin Sendiri menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015
Dehidrasi jangka pendek adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan dalam jangka waktu yang pendek. Dehidrasi terjadi bila
keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih
besar dari jumlah natrium yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh karena adanya peningkatan kadar natrium plasma
hipernatremia. Akibat peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel sehingga volume cairan intrasel berkurang yang disebut
sebagai dehidrasi Santoso dkk, 2012. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status dehidrasi jangka
pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami dehidrasi jangka pendek lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak
dehidrasi. Status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta didapatkan bahwa 45.3 mengalami dehidrasi jangka pendek, hasil
penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Hardinsyah dkk 2009 yang menunjukkan bahwa 41.67 remaja di dataran
rendah yang mengalami dehidrasi. Sedangkan, penelitian The Indonesian Regional Hydration Study THIRST tahun 2010, dehidrasi jangka pendek
atau dehidrasi ringan terjadi pada kelompok usia remaja 15-18 tahun sebesar 49,5.
Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, tingkat kejadian dehidrasi jangka pendek cukup tinggi jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya. Apabila kejadian dehidrasi jangka pendek ini tidak diatasi pada anak usia sekolah, maka kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi fungsi
kognitif yaitu menurunnya kemampuan konsentrasi, kewaspadaan dan memori jangka pendek. Menurut Janice et al 2008 dalam Santoso dkk 2012,
kehilangan berat badan 3-5 akan menimbulkan konsentrasi lebih sulit. Hal ini akan berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikannya. Hal ini juga
diperkuat oleh D’Anci et al 2006 yaitu anak yang dehidrasi memiliki kemampuan mengingat jangka pendek short term memory yang berkaitan
dengan otak. Otak adalah bagian yang paling rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
merupakan bagian tubuh yang mengatur sistem perhatian, kesadaran, psikomotor, menganalisis, berpikir, mengingat dan sebagainya. Semakin parah
tingkat dehidrasi, semakin banyak pula bagian otak yang terganggu Hardinsyah dkk, 2009. Terdapat hubungan yang bermakna pada responden
yang mengalami dehidrasi kaitannya dengan otak seperti melemahnya konsentrasi, daya ingat, kelelahan, bergerak lamban, masalah keseimbangan,
pusing dan sakit kepala. Sehingga dehidrasi dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa dikelas Akshay et al, 2007.
Apabila tubuh mengalami dehidrasi maka terdapat juga beberapa gangguan yang timbul seperti gangguan pada kesehatan, performa fisik dan
kebugaran Hardinsyah dkk, 2009. Gangguan lain yang timbul akibat dehidrasi yaitu berpengaruh juga pada perubahan termoregulator suhu pada
tubuh Murray, 2007. Dehidrasi jangka pendek juga berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi
dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi yang terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran
kencing, kanker usus besar dan konstipasi Popkin et al, 2010. Pengaruh teknik pengukuran dehidrasi jangka pendek pada penelitian
ini dan sebelumnya merupakan salah satu alasan terjadinya perbedaan pada hasil penelitian ini. Teknik pengukuran dehidrasi yang digunakan pada
penelitian Hardinsyah dkk 2009 menggunakan teknik pengukuran gejala atau tanda dehidrasi, berat jenis urin, warna urin dan mikroskopik urin. Gejala dan
tanda dehidrasi meliputi volume urin yang sedikit, jarang berkemih, konsistensi feses yang keras, frekuensi buang air besar yang rendah, keringat berlebih,
haus, pusing dan lemas. Dehidrasi juga dapat diukur dengan urine specific gravity atau berat jenis urin. Teknik urine specific gravity ini membutuhkan
perlengkapan alat yang tidak mudah sebab teknik ini membutuhkan alat laboratorium Santoso dkk, 2012.
Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengukuran warna urin. Teknik ini mudah dan tidak membutuhkan alat laboratorium
sebagai alat pengukuran. Urin yang diambil adalah urin pada jam 08.00-12.00 yaitu pada saat responden berada di sekolah. Alat yang digunakan sebagai alat
ukur dehidrasi pada penelitian ini adalah kartu PURI Periksa Urin Sendiri. Penggunaan metode warna urin akurat sebagai indikasi adanya dehidrasi
jangka pendek. Hal tersebut karena disebabkan ginjal menyaring urin dengan konsentrasi yang tinggi sehingga warna urin menjadi semakin gelap. Semakin
gelap warna urin, tubuh berada dalam kondisi yang semakin asam dan semakin membahayakan sel di dalam tubuh, sehingga mengalami risiko dehidrasi yang
semakin berat. Warna ekstrim urin yaitu warna jingga dan cokelat. Jika seseorang terhidrasi dengan baik maka warna urin akan semakin jernih dan
transparan Feltz dkk, 2006.
C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek