Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek

E. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek

menggunakan hasil pengukuran PURI Periksa Urin Sendiri dengan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh karena otot meningkatkan pengeluaran melalui tenaga dan energi kalori. Aktivitas fisik akibat kontraksi otot rangka mengakibatkan pengeluaran tenaga. Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki aktivitas fisik ringan. Aktivitas fisik ringan ada sebanyak 63 siswa 84, aktivitas sedang ada sebanyak 10 siswa 13.3 sedangkan aktivitas fisik berat sebanyak 2 siswa 2.7. Baik aktivitas tinggi maupun rendah, keduanya memiliki peluang terhadap dehidrasi. Aktivitas fisik yang rendah juga dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi minum sehingga terdapat peluang untuk terjadinya dehidrasi Briawan, dkk, 2011. Beberapa kejadian dehidrasi dan lemah performa fisik ditemui pada seseorang yang beraktivitas berat dalam durasi yang lama. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang tidak disadari melalui kulit keringat dan paru-paru pernafasan berupa peningkatan kecepatan respirasi. Hal ini mengakibatkan peningkatan keluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari inseble water loss juga mengalami peningkatan akibat peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat Tamsuri, 2009. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi, yang paling banyak mengalami dehidrasi jangka pendek yaitu siswa yang memiliki aktivitas berat sebanyak 1 orang 50 dan siswa yang memiliki aktivitas fisik ringan sebesar 27 siswa 42.9 sedangkan siswa yang memiliki aktivitas fisik sedang ada sebanyak 6 siswa 60. Pada penelitian ini jumlah siswa yang memiliki aktivitas berat lebih sedikit ada sebanyak 2 siswa 7.7 dan siswa yang mengalami dehidrasi jangka pendek hanya ada sebanyak 1 siswa 50 sehingga persentase aktivitas berat lebih besar. Hasil uji chi square diperoleh Pvalue = 0.594 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardinsyah dkk 2012 yang dilakukan di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan tingkat aktivitas fisik dengan nilai P value sebesar 0.918. Menurut Kant et al 2009 aktivitas yang tinggi memiliki hubungan dengan air dari minuman dan total asupan airnya. Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan asupan air, remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan Briawan dkk, 2011. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul kejadian dehidrasi Almatsier, 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan dehidrasi jangka pendek lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dehidrasi jangka pendek banyak terjadi pada laki-laki disebabkan karena obesitas lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Sudikno dkk 2010 didapatkan hasil bahwa risiko obesitas lebih tinggi pada laki-laki yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,59 dibandingkan dengan perempuan yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,29. Sehingga diduga pengaruh obesitas lebih besar untuk terjadinya dehidrasi bila dibandingkan dengan pengaruh dari aktivitas fisik.

F. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek