Obesitas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dehidrasi Jangka Pendek

memungkinkan terjadinya stroke. Di otak, darah yang mengental sangat sulit untuk bersirkulasi, karena sel-sel otak sangat boros mengkonsumsi makanan dan oksigen yang hanya bisa diperoleh dari darah, maka aliran darah yang lambat ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati sehingga risiko serangan stroke lebih besar Sherwood, 2011.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dehidrasi Jangka Pendek

1. Obesitas

Obesitas adalah Kondisi dimana tubuh mengalami penumpukan lemak yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Obesitas yang dimaksud pada penelitian ini merupakan obesitas umum, menurut Riskesdas 2007 istilah obesitas umum digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih overweight dan obese. Obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif Harmanto, 2006. Kelebihan berat badan sebanyak 20 akan berdampak pada risiko kesehatan. Efek obesitas yang merugikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan berat badan total tetapi juga dengan distribusi simpanan lemak. Lemak sentral atau lemak viseral berkaitan dengan risiko kesehatan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan akumulasi lemak yang berlebihan dalam jaringan subkutan Mitchell, 2006. Obesitas merupakan gangguan pada keseimbangan energi. Kalau energi yang berasal dari makanan melampaui pengeluaran energi, kalori yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk trigliserida di dalam jaringan adiposa Mitchell, 2006. Orang yang obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air. Kekurangan air dehidrasi dapat terjadi dengan cepat selama berlangsungnya mekanisme kehilangan air seperti berkeringat, demam, diare dan muntah Slonane, 2004. Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus, kurang lebih 25 berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan sedang 20 berat badan. Sedangkan pada orang yang gemuk hanya 15 berat badan Almatsier dkk, 2011. Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk 2012 yaitu pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk dan obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk 2012 di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa terdapat perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas p= 0,024, kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu sebesar 83,9 . Peningkatan konsumsi air dapat membantu proses metabolisme cadangan lemak. Mekanismenya ialah saat konsumsi air kurang, ginjal akan bekerja cukup keras dan bergantung pada hati untuk menggantikan tugasnya sehingga hati tidak lagi melakukan tugasnya memecah lemak dalam tubuh. Ketika hati bekerja, lemak tubuh akan cenderung disimpan dan bukan dipecah sehingga kurangnya konsumsi cairan akan meningkatkan cadangan lemak pada bagian tertentu, penyebaran lemak tubuh pada perempuan dan laki-laki berbeda Ega dkk, 2012. Secara umum, respon metabolik pada laki-laki dan perempuan cenderung sama, namun perempuan mengoksidasi lebih banyak lemak daripada laki-laki selama latihan fisik, 63 cairan disimpan di otot walaupun tidak kelihatan namun perempuan bergantung lebih banyak pada glukosa darah dan kekurangan otot yang mengandung glikogen daripada laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perbedaan persen lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan karena laki-laki memiliki lebih banyak otot daripada perempuan yang memiliki lebih banyak lemak Ega dkk, 2012. Obesitas dapat dinilai dengan beberapa metode pengukuran antropometri, yaitu dengan pengukuran IMT Indeks Massa Tubuh, metode ini sangat sering digunakan karena adanya kemudahan dalam melakukannya. Pengukuran IMT Indeks Massa Tubuh membutuhkan dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur menggunakan timbangan seca ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan yang diukur menggunakan microtoise ketelitian 0.1 cm. Untuk mendapatkan nilai IMT, diperlukan ukuran berat badan, dan tinggi badan. Berikut masing-masing ukuran antropometri tersebut, antara lain: a. Berat badan Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang Gibson, 2005. Berat badan ini diukur menggunakan timbangan sebagai alat ukur. b. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat Supariasa dkk, 2002. Alat ukur untuk menentukan tinggi badan adalah microtoise. Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu atau logam, bagian dari alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas verteks kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal Arisman, 2007. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1995MenkesSKXII2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMTU Kemenkes, 2011. IMT Indeks massa tubuh merupakan hasil dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan, seperti pada rumus berikut: Pengukuran status gizi anak umur diatas 5-18 tahun diukur berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh terhadap umur IMTU. Status gizi dikategorikan menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas WHO, 2007. Indeks IMTU diatas, dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu Kemenkes, 2011: Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Remaja Menurut WHO-NCHS Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur IMTU Anak Umur 5-18 tahun Klasifikasi Ambang Batas Z-score Sangat Kurus -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk 1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas 2 SD Sumber : Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 2. Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa Tamsuri, 2009. Pada masa remaja, proses perubahan anatomis dan fisiologis berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan dalam pertumbuhan akan meningkatkan proses IMT = Berat badan kg Tinggi badan m x Tinggi badan m metabolik dan mengakibatkan sejumlah air dihasilkan sebagai produk akhir metabolisme Potter, 2005. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk 2012 di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok umur dengan kejadian dehidrasi p0,05.

3. Jenis kelamin