C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek
berdasarkan hasil
pengukuran PURI
Periksa Urin
Sendiri menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63
Jakarta tahun 2015
Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa siswa yang mengalami obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas. Pada
penelitian ini presentase siswa yang obesitas ada sebanyak 6 siswa 8 dan siswa yang tidak obesitas ada sebanyak 69 siswa 92. Dari 6 siswa 8
yang mengalami obesitas, didapatkan bahwa ada sebanyak 4 siswa yang berjenis kelamin laki-laki mengalami obesitas.
Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang
kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus, kurang lebih 25 berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan sedang 20 berat badan. Sedangkan
pada orang yang gemuk hanya 15 berat badan Almatsier dkk, 2011. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0.026 yang
artinya menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta dengan kejadian
dehidrasi jangka pendek lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu sebesar 83.3. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 7.321 0.811-
66.086, artinya siswa yang obesitas memiliki peluang 7.321 kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas.
Batmanghelidj 2007 menjelaskan fenomena ini melalui respon lapar dan haus yaitu pada penderita kegemukan dan obesitas sinyal lapar dan haus
sulit untuk dibedakan, orang obesitas lebih terbiasa menanggapi sinyal lapar bila dibandingkan dengan sinyal haus. Kedua sinyal tersebut termasuk respon
subyektif dan dikeluarkan oleh sumber yang sama yaitu histamin. Makanan dianggap memberikan efek yang lebih besar sebagai sensasi rasa kenyang bila
dibandingkan hanya dengan minum air. Padahal makanan biasanya cenderung berkontribusi menyumbang energi lebih besar. Energi yang banyak lalu
ditumpuk menjadi timbunan lemak pada beberapa organ tertentu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk
2012 di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa terdapat
perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas dengan nilai Pvalue = 0.024 dengan kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas
yaitu sebesar 83,9. Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk 2012 bahwa tanda-tanda kekurangan air dalam tubuh pada seseorang yang
obesitas dan kegemukan jarang terlihat jelas. Pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan
dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada
seseorang yang gemuk dan obesitas. Disamping itu, seseorang yang gemuk dan obesitas memiliki total air tubuh yang lebih kecil. Defisit cairan akan lebih
besar terjadi pada seseorang yang memiliki total air tubuh yang lebih kecil. Total air tubuh dibutuhkan untuk menjaga kardiovaskular dan sistem
termoregulator. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk siswa yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata
sebesar 20-30 kg untuk mencapai berat badan ideal sebagai upaya untuk mengurangi risiko terjadinya dehidrasi jangka pendek dan pada siswa yang
mengalami overweight sangat penting untuk mencegah agar tidak menjadi obesitas dan berisiko untuk dehidrasi jangka pendek sehingga siswa yang
mengalami kegemukan overweight sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar 9-15 kg untuk mencapai berat badan ideal.
D. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek