memutuskan kebijakan korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi.
c. Bentuk sanksi dalam tindak pidana korupsi
Pada pokoknya jenis pidana yang diancamkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang termuat dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah:
23
1. Pidana pokok, dalam bentuk:
a. Pidana mati;
b. Pidana penjara;
c. Pidana denda
2. Pidana tambahan, dalam bentuk;
a. Pidana tambahan dalam KUHP Pasal 10 huruf b KUHP
a Pencabutan hak-hak tertentu;
b Perampasan barang-barang tertentu;
c Pengumuman putusan Hakim.
b. Pidana tambahan dalam Pasal 18 Undang-Undang No.31 Tahun
1999 jo. Undang-Undang 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:
a Perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak
berwujud atau barang tidak bergerak;
23
Guse Prayudi, op cit, hal. 21.
b Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
c Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu
paling lama 1 satu tahun; d
Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang
telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.
c. Pengertian Gratifikasi
Dalam Kamus Hukum disebutkan bahwa gratifikasi dalam bahasa Belanda ialah, “Gratificatie” yang artinya hadiah uang; pemberian uang. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, “Gratification” yang artinya kepuasan; kegembiraan atau “Gratify” yang artinya memberi kebahagian, memuaskan. Black’s Law
Dictionary
24
Dalam terminologi hukum, gratifikasi adalah setiap pemberian atau hadiah dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, tiket perjalanan, serba-serbi
fasilitas lainnya yang diberikan karena ada hubungannya dengan jabatan, kekuasaan, dan kewenangan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau tidak
memberikan pengertian gratifikasi sebagai “a voluntarily given reward or recompense for a service or benefit”
yang dapat diartikan, sebagai sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau
keuntungan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gratifikasi diartikan sebagai uang hadiah kepada pegawai di luar gaji yang telah ditentukan.
24
Kopertis, “Gratifikasi”, http:www.kopertis12.or.idwpcontentuploads201308 Gratifikasi.pdf, didownload Minggu 15 Februari 2015 pukul 8:44:41 WIB.
melakukan suatu perbuatan.
25
Gratifikasi adalah suatu perbuatan yang berpeluang menimbulkan penyalahgunaan dan penyelewengan kekuasaan karena ada iming-iming
pemberian. Gratifikasi dapat diartikan positif atau negatif. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang kepada
orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk tanda kasih tanpa mengharapkan balasan apapun. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah
dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya dikalangan birokrat maupun pengusaha karena adanya interaksi kepentingan.
Dengan demikian, secara perspektif gratifikasi tidak selalu mempunyai arti jelek namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik
seseorang memberikan sesuatu tidak mungkin dapat dihindari tanpa adanya pamrih.
Hal ini sesuai dengan isi penjelasan pasal 12B ayat 1 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan bahwa “yang dimaksud dengan gratifikasi dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-
cuma dan fasilitas lainnya. Gartifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik
atau tanpa sarana elektronik”.
26
25
Agustina Wati Gubali, Analisis Pengaturan Gratifikasi Menurut Undang-Undang Di Indonesia,
http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phplexcrimenarticleviewFile24261961 ,
didownload Minggu, 15 Februari 2015, pukul 08:32:31 WIB.
26
Kopertis, op cit.
Secara umum, gratifikasi terbagi atas dua, yaitu gratifikasi legal dan gratifikasi illegal. Gratifikasi legal adalah yang apabila
gratifikasi itu diterima oleh penyelenggara negara atau pegawai negeri, selama pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut sebagai penerima gratifikasi memenuhi unsur sebagaimana yang terkandung dalam Pasal 12C Undang-Undang No. 31 Tahun
1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu, melaporkan gratifikasi tersebut kepada KPK . Sedangkan
gratifikasi illegal ialah sebagaimana gratifikasi yang terkandung dalam pasal 12 B ayat 1 undang-undang tersebut, yaitu : “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajibannya atau tugasnya”.
Jika dilihat dari rumusan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi suatu perbuatan pidana
suap khususnya pada seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri adalah pada saat penyelenggara negara atau pegawai negeri tersebut melakukan tindakan
menerima suatu gratifikasi atau pemberian hadiah dari pihak manapun sepanjang memenuhi beberapa unsur berikut:
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara;
2. Menerima gratifikasi;
3. Berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajibannya
atau tugasnya; 4.
Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.
27
27
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami untuk Membasmi, op cit, hal 95.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian