Undang-Undang No. 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak

c. Kejahatan-kejahatan yang tercantum dalam pasal 209, 210, 418, 419, dan 420 KUHP. 2. Perbuatan korupsi lainnya, yaitu: a. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara atau daerah atau merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari masyarakat. b. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan dan kedudukan. Dalam perbuatan korupsi lainnya, unsur perbuatan melawan hukum dimaknai dengan perbuatan tercela sebagaimana onrechtmatige daad yang tercantum dalam pasal 1365 KUHPerdata. 35

3. Undang-Undang No. 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan

dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi Peraturan ini ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 6 Juni 1960. Berlakunya undang-undang ini dengan tegas mencabut peraturan-peraturan tentang korupsi yang berlaku sebelumnya yang bersifat sementara. Sejak saat itu pula, tidak ada lagi pembagian rumusan korupsi yang dikenal hanya “tindak 35 Andi Hamzah, op cit, hal. 40. pidana korupsi”, yang pengertiannya sama dengan “perbuatan korupsi pidana”. 36 Hal ini dikarenakan para pembuat undang-undang saat itu memandang tidak perlu lagi ada peraturan tentang korupsi yang bukan pidana, karena hal-hal tersebut membuka kemungkinan bagi pemerintah untuk menggugat secara perdata melalui Pasal 1365 KUHPerdata. 37 Hal yang baru dalam undang-undang ini ialah ditariknya beberapa pasal dari KUHP yang dijadikan sebagai tindak pidana korupsi, yang diancam dengan hukuman yang lebih berat. Selain itu, hal-hal baru lainnya yang diatur dalam undang-undang ini yang belum ada dalam peraturan sebelumnya ialah: 38 1. Delik percobaan dan delik pemufakatan; 2. Kerugian keuangan negara atau perekonomian negara; 3. Ada delik pemberian hadiah atau janji kepada pegawai negeri; dan 4. Rumusan pegawai negeri diperluas.

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi Undang-undang ini mulai diberlakukan pada tanggal 29 Maret 1971. Dalam konsiderans dinyatakan bahwa undang-undang ini diciptakan dengan pertimbangan: a. Perbuatan-perbuatan korupsi sangat merugikan keuangan atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional. b. Undang-Undang No. 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi berhubung dengan perkembangan masyarakat kurang mencukupi untuk dapat 36 K. Wantjik Saleh, op cit, hal. 25. 37 Andi Hamzah, op cit, hal. 48. 38 Martiman Prodjohamidjojo, op cit, hal 14. mencapai hasil yang diharapkan dan oleh karenanya undang-undang tersebut perlu diganti. Adapun hal-hal baru yang diatur dalam undang-undang ini ialah, perluasan rumusan tindak pidana korupsi, perluasan pengertian pegawai negeri, dan adanya ketentuan-ketentuan untuk mempermudah pembuktian dan mempercepat prosedur penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi dan Hukum Acara yang berlaku. Delik korupsi dalam undang-undang ini dirumuskan dalam enam kelompok, yaitu: 39 1. Tindak pidana korupsi dirumuskan normatif; 2. Tindak pidana korupsi dalam KUHP yang diangkat menjadi delik korupsi; 3. Tindak pidana korupsi dilakukan subjek non-pegawai negeri; 4. Tindak pidana korupsi karena tidak melapor; 5. Tindak pidana korupsi percobaan; dan 6. Tindak pidana korupsi pemufakatan.

5. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Dokumen yang terkait

Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

3 71 102

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

ANALISIS KEBIJAKAN FORMULASI PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PADA UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

0 8 59

Undang Undang Nomor 31 Republik Indonesia Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 1

Undang-Undang Nomor 31 Republik Indonesia Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 29

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

0 0 15

BAB II PERKEMBANGAN GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA A. Perkembangan Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia - Perkembangan Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Menurut

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perkembangan Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia

0 0 26