BAB III PENERAPAN PASAL 12B DAN PASAL 12C UNDANG- UNDANG NO. 31
TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Akibat Keberlakuan Pasal 12B dan Pasal 12C Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
1. Penerima gratifikasi wajib melapor kepada KPK
Konsekuensi logis dari penerapan Pasal 12B dan Pasal 12C Undang- Undang No.31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ialah bahwa penerimaan gratifikasi oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara wajib dilaporkan kepada KPK
selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
12C yang berbunyi: 1
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat 1 tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 tiga puluh hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. 3
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
4 Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 diatur dalam Undang-undang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 12C ini memberikan proteksi kepada para pejabat ketika menerima gratifikasi atau suap dari pihak lain karena jabatan atau kewenangan dalam
menjalankan tugasnya asalkan melapor kepada KPK, tidak peduli berapapun nilai gratifikasi yang diterima seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri
tersebut.
Tata cara pelaporan penerimaan gratifikasi yang diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, yaitu :
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir
sebagaimana ditetapkan oleh KPK dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi.
b. Formulir tersebut sekurang-kurangnya memuat :
1 nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
2 jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;
3 tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
4 uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan
5 nilai gratifikasi yang diterima.
Setelah formulir gratifikasi terisi dengan lengkap, KPK akan memproses laporan gratifikasi tersebut sesuai dengan ketentuan yang diatur pada Pasal 17
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK dengan urutan sebagai berikut:
70
a. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari
kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan.
71
70
Komisi Pemberantasan Korupsi, Buku Saku, op cit.
71
Ibid. Pertimbangan yang dimaksud adalah KPK melakukan analisa terhadap motif dari gratifikasi tersebut, serta hubungan pemberi dengan penerima gratifikasi. Ini dilakukan untuk
menjaga agar penetapan status gratifikasi dapat seobyektif mungkin.
b. Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi KPK dapat memanggil
penerima gratifikasi untuk memberikan keterangan atau klarifikasi berkaitan dengan penerimaan gratifikasi.
72
c. Status kepemilikan gratifikasi ditetapkan dengan keputusan Pimpinan KPK.
Dengan kata lain, Pimpinan KPK diberi kewenangan untuk melakukan penetapan status kepemilikan gratifikasi yang dilaporkan tersebut.
d. Keputusan Pimpinan KPK tersebut dapat berupa penetapan status kepemilikan
gratifikasi apakah menjadi milik penerima gratifikasi atau menjadi milik negara.
e. KPK wajib menyerahkan keputusan status kepemilikan gratifikasi kepada
penerima gratifikasi paling lambat 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
f. Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan,
dilakukan paling lambat 7 tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
2. Hapusnya sifat melawan hukum bagi penerima gratifikasi yang melapor