dilakukan oleh pegawai negeri diluar dari penerimaan yang sah dari negara. Dalam poin b Pasal 7 tersebut dinyatakan bahwa gratifikasi tersebut tidak
terbatas pada penerimaan dalam bentuk uang atau pun yang diduga dalam bentuk uang.
Pengaturan mengenai gratifikasi diatur dalam Pasal 7 – Pasal 10 India Prevention of Corruptioan Act
. Adapun hukuman yang dapat dijatuhkan bagi penerima gratifikasi menurut undang-undang ini ialah pidana penjara selama
minimum 6 enam bulan dan maksimum 5 lima tahun dan juga dikenai denda. Meskipun gratifikasi termasuk ke dalam tindak pidana korupsi dan bagi
penerimanya dapat dikenakan sanksi, tidak semua pemberian kepada pegawai negeri dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Di India, gratifikasi kepada
pegawai negeri bukanlah hal yang sama sekali dilarang. Gratifikasi kepada pegawai negeri tetap diperbolehkan dengan batasan :
97
1. Diperbolehkan menerima gratifikasi dari keluarga senilai USD 88.92.
2. Diperbolehkan menerima gratifikasi apabila tidak terkait dengan
jabatan dan tugasnya senilai USD USD 17.80 yang diberikan oleh selain dari keluarga atau teman dekat.
B. Pengaturan Gratifikasi di Malaysia
Pada tahun 2014, Malaysia menduduki posisi 50 dari 175 negara berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi milik Transparency International. Posisi ini
merupakan peningkatan bagi Malaysia yang naik tiga peringkat sejak tahun
97
Komisi Pemberantasan Korupsi, Buku Saku, op cit.
2013.
98
Pemerintah Malaysia selalu berupaya untuk melakukan pemberantasan korupsi di negaranya. Dalam rangka membangun negara modern yang bebas
korupsi, sejak tahun 1961 Malaysia telah mempunyai undang-undang anti korupsi. Adapun undang-undang mengenai korupsi yang pernah berlaku di
Malaysia ialah :
99
1. Prevention of Corruption Act,Tahun 1961;
2. Emergency Essential Powers Ordinance No. 22 Tahun 1960;
3. Anti Corruption Agency Act, Tahun 1982;
4. Anti Corruptioan Act, Tahun 1997.
Undang-undang yang berlaku saat ini yaitu, Anti Corruption Act, 1997 ACA, yang merupakan penggabungan dari ketiga peraturan yang ada sebelumnya.
Undang-undang ini baru efektif diberlakukan pada tanggal 8 Januari 1998. Delik dalam ACA tercantum dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 20.
Meskipun demikian, delik yang disidik oleh BPR Badan Pencegah Rasuah, seperti KPK di Indonesia tidak hanya delik korupsi yang tercantum dalam ACA,
melainkan juga delik-delik suap dalam KUHP, delik dalam Undang-Undang Kepabeanan, dan Pemilihan Umum. Bahkan mereka juga mengurusi pelanggaran
peraturan disiplin pegawai negeri atau pejabat publik.
100
Dalam ACA, gratifikasi diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 17. Pasal 15 mengatur mengenai penggunaan jabatan atau posisi untuk mendapatkan
98
Peringkat Korupsi Negara Anggota ASEAN, http:www.dw.deperingkat-korupsi- negara-anggota-aseang-18192769, diakses Selasa, 19 Mei 2015, pukul 11:01:00 WIB.
99
Fahri Hamzah, Demokrasi Transisi Korupsi : Orkestra Pemberantasan Korupsi Sistemik
, Yayasan Faham Indonesia, 2012, hal. 167.
100
Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, hal. 45.
gratifikasi pemberian dalam arti luas.
101
a money, donation, gift, loan, fee, reward, valuable security, property or
interest in property being property of any description whether movable or immovable, or any other similar advantage;
Adapun yang dimaksud dengan gratifikasi dalam Pasal 2 ACA dinyatakan: “gratification” means :
b any office, dignity, employment, contract of employment or services,
and any agreement to give employment or render services in any capacity;
c any payment, release, discharge or liquidation of any loan, obligation
or other liability, whether in whole or in part; d
any valuable consideration of any kind, any discount, commission, rebate, bonus, deduction or percentage;
e any forbearance to demand any money or money’s worth or valuable
thing; f
any other service or favour of any description, such as protection from any penalty or disability incurred or apprehended or from any action
or proceedings of a disciplinary, civil or criminal nature, whether or not already instituted, and including the exercise or the forbearance
from the exercise of any right or any official power or duty; and
g any offer, undertaking or promise, whether conditional or
unconditional, of any gratification within the meaning of any of the preceding paragraphs a to f.
Terjemahan harafiahnya : “Gratifikasi” berarti :
a Uang, donasi, pemberian, pinjaman, biaya, penghargaan, surat-surat
berharga, kepemilikan atau kepentingan atas kepemilikan yang menjadi hak milik dari berbagai barang baik yang bergerak atau pun
tidak bergerak, atau dengan keuntungan yang lainnya; b
Jabatan, kedudukan, pekerjaan, kontrak pekerjaan atau jasa, dan perjanjian untuk memberikan pekerjaan atau layanan dalam berbagai
kapasitas;
101
Ibid, hal 46.
c Berbagai pembayaran, pelepasan, pembubaran, atau likuidasi
pinjaman, obligasi atau kewajiban lain, baik secara keseluruhan atau sebagian saja;
d Berbagai pertimbangan berharga, diskon, komisi, rabat, bonus,
pengurangan atau persentase; e
Kesabaran untuk meminta uang atau nilai uang atau sesuatu yang berharga;
f Layanan lain atau sesuai dengan berbagai uraian seperti perlindungan
dari hukuman atau ketidakmampuan yang terjadi dari berbagai tindakan atau proses pendisiplinan, pidana atau perdata, apakah
dilembagakan atau tidak, dan termasuk pelaksanaan atau dilaksanakannya hak atau kewenangan atau tugas resmi; dan
g Penawaran lain, melakukan atau menjanjikan, apakah bersyarat atau
tidak dari pengertian gratifikasi pada poin a sampai f. Dari ketentuan Pasal 2 ACA tersebut, tampak bahwa demikian luasnya
pengertian gratifikasi yang diatur. Selain pengertian gratifikasi yang luas, sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku gratifikasi juga cukup berat. Pasal 16 ACA
mengatur tentang pidana bagi delik yang terdapat pada Pasal 10, 11, 13, 14 dan 15. Adapun pidana yang dapat dijatuhkan, yaitu:
a. Pidana penjara paling singkat 14 empat belas hari dan paling lama 20
dua puluh tahun; b.
Denda tidak kurang dari 5 lima kali dari jumlah atau nilai gratifikasi atau sepuluh ribu ringgit Malaysia, tergantung mana yang lebih tinggi.
Sama halnya dengan Indonesia, pejabat publik yang menerima gratifikasi di Malaysia juga memiliki kewajiban untuk melaporkan pemberian itu kepada
pejabat BPR Malaysia terdekat atau kepada kepolisian. Jika tidak dilaporkan, diancam dengan pidana denda tidak lebih dari 10.000 sepuluh ribu ringgit
Malaysia atau pidana penjara tidak lebih dari 10 sepuluh tahun atau keduanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat 1 dan 2 ACA.
Sedangkan dalam ayat 3 Pasal 17 ACA tersebut merupakan ancaman pidana bagi orang yang darinya diterima atau dimintai gratifikasi pemberi
gratifikasi yang tidak melaporkan kepada pejabat BPR terdekat atau kepolisian. Ini berarti, jika seorang pejabat publik ditawari suatu gratifikasi dan menolaknya,
pejabat tersebut harus melaporkan si pemberi. Dengan demikian, si pemberi akan memikirkan matang-matang untuk menawarkan gratifikasi kepada pejabat publik,
karena perbuatan memberi gratifikasi dapat dihukum dengan hukuman denda tidak lebih dari 10.000 sepuluh ribu ringgit Malaysia atau pidana penjara tidak
lebih dari 2 dua tahun atau keduanya.
C. Pengaturan Gratifikasi di Singapura