Usaha Kecil dan Menengah UKM

1 Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. 2 Micro Entreprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan. 3 Small Dynamic Entreprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4 Fast Moving Entreprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar UB. d. Pengukuran Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Pengukuran Kinerja UKM menurut Badan Pusat Statistik dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk, diantaranya : 1 Nilai Tambah. UKM mampu menciptakan nilai tambah yang digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto PDB sektor UKM. 2 Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas. Terdapat pengaruh yang diberikan UKM pada kesempatan kerja karena banyaknya jumlah unit usaha UKM. 3 Ekspor. UKM mampu menembus pasar global atau meningkatkan ekspor melalui hasil produksinya yang lebih banyak memanfaatkan sumber daya alam. 4 Investasi. Investasi merupakan penanaman modal pada UKM dalam menjalankan usahanya. Sementara Tambunan 2002 juga memberikan pandangan mengenai pengukuran Kinerja UKM dengan beberapa indikator, diantaranya : 1 Kesempatan Kerja UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, di satu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, di pihak lain, Usaha Besar tidak mampu menyerap semua pencari kerja. Dikarenakan Usaha Besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tingi dan pengalaman kerja yang cukup, sementara UKM sebagian penididikannya berpendidikan rendah. 2 Produk Domestik Bruto PDB Secara makro pengukuran kinerja perekonomian diukur dari peningkatan Produk Domestik Bruto PDB melalui beberapa sektor. Sementara itu, UKM mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDB Nasional. 3 Ekspor Adanya kemampuan UKM di Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik. e. Permasalahan yang Dihadapi UKM Dalam Kristiyanti 2012, pada dasarnya terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil Menengah UKM. Diantaranya, meliputi : 1 Faktor Internal a Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dan mengandalkan modal pemilik yang berjumlah terbatas sementara modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh oleh persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Selain itu, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap pembiayaan. b Kualitas Sumber Daya Manusia SDM Keterbatasan kualitas SDM dalam Usaha Kecil Menengah baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan ketrampilannya sehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya. Dikarenakan UKM pada dasarnya masih merupakan usaha yang turun menurun. Sehingga mengakibatkan usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh; 1 Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar usaha kecil. 2Mentalitas pengusaha UKM yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. 3 Kurangnya transparasi informasi antara generasi awal pembangun UKM terhadap generasi selanjutnya. 2 Faktor Eksternal a Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Kebijaksanaan pemerintah untuk mengembangkan UKM dari tahun ke tahun terus dievaluasi dan disempurnakan, namun belum sepenuhnya kondusif. Masih terdapat persaingan yang kurang sehat antara pengusaha- pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha besar. Selain itu kebijakan perekonomian pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM dan lebih mengakomodir kepentingan para pengusaha besar. b Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sarana dan prasarana yang dimiliki tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya. c Implikasi Otonomi Daerah Perubahan sistem akan memberikan dampak terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan baru yang diberikan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan terkadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usaha di daerah. d Implikasi Perdagangan Bebas Diberlakukannya AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap Usaha Kecil dan Menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas. e Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karaktarestik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajinan dengan ketahanan yang pendek. Sehingga produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. f Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapt dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. f. Peran Penting UKM UKM berperan dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari penciptaan lapangan kerja. UKM termasuk kelompok usaha yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan usaha kecil dan menengah merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Pentingnya Usaha Kecil dan Menengah UKM di Indonesia ini telah ditunjukkan oleh bertahannya UKM di tengah krisis ekonomi global yang melanda beberapa tahun lalu Kristiyanti, 2002. Sedangkan menurut Dinas Koperasi 2008, peran UKM dalam perekonomian nasional yatiu; 1 UKM sebagai peran utama dalam kegiatan ekonomi. 2 UKM penyedia lapangan terbesar. 3 UKM berperan dalam mengembangkan perekonomian lokal dan juga pemberdayaan masyarakat. 4 UKM mampu menciptakan pasar baru dan sumber inovasi, serta kelima, UKM mampu membeerikan kontribusinya terhadap neraca pembayaran.

2. Penyerapan Tenaga Kerja UKM

a. Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia, pasar penyerapan tenaga kerja dibedakan atas sektor formal dan informal. Sektor formal atau modern mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status Hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya mempunyai status Hukum, pengakuan, dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sedangkan sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Kegiatan usaha umumnya sederahan; 2 Skala usaha relative kecil; 3 Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; 4 Untuk bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; 5Tingkat penghasilan umumnya rendah; 6 Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; 7 Usaha sektor informal sangat beraneka ragam Cahyono dalam Raselawati, 2011. Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan penyerapan tenaga kerja Kuncoro, 2002. b. Permintaan dan Penawaran Penyerapan Tenaga Kerja Permintaan penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas penyerapan tenaga kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah penyerapan tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan perusahaan terhadap penyerapan tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi Simanjuntak, 2011. Pasar penyerapan tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Seperti yang telah diketahui, bahwa pasar penyerapan tenaga kerja berbeda dengan sebagian pasar lainnya. Karena permintaan penyerapan tenaga kerja merupakan permintaan turunan. Sebagian besar jasa penyerapan tenaga kerja, bila dibandingkan dengan barang-barang jadi yang siap dinikmati oleh konsumen merupakan input untuk memproduksi barang-barang lainnya. N Jumlah Kesempatan Kerja N N I I mpp=d W 1 Ting ka t Upa h W Jumlah Buruh a Perusahaan S L E 1 D E 2 W Ting ka t W b Perekonomian S L Grafik 2. 1 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Sumber : Makroekonomi Teori Pengantar, Sadono Sukirno 2013; hal 77-78 Dalam grafik 2.1 diatas menunjukkan permintaan D1 dan penawaran SLdan SL tenaga kerja dalam perekonomian. Pada mulanya penawaran tenaga kerja adalah SL. Keseimbangan tingkat upah adalah W0 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adah N0. Perubahan pada tingkat upah sebesar jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N2 sedangkan seluruh pengusaha dalam perekonomian hanya ingin menggunakan sebanyak N2 tenaga kerja. Dengan demikian terjadi pengangguran tenag akerja sebanyak N0 dan N2. Kelebihan tenaga kerja ini akan menyebabkan kemerosotan upah sehingga tingkat dimana penawaran tenaga kerja yang baru sama dengan permintaan tenaga kerja. Keadaan tersebut dicapai di E1 dan dengan demikian upah adalah W1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian N1 Sukirno, 2013. Permintaan penyerapan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan atau instansi tertentu. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang memperngaruhi permintaan hasil Sumarsono, 2003. Permintaan harga penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh : 1 Perubahan tingkat upah Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi hal- hal sebagai berikut : - Biaya produksi perusahaan akan naik akibat dari naiknya tingkat upah dan akan meningkatkan harga per unit produksi. Konsumen kemudian akan memberikan respon cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, dengan mengurangi konsumsi atau tidak membeli sama sekali. Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual. Maka, penyerapan tenaga kerja akan berkurang akibat dari turunnya target produksi. Perencanaan jumlah penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi atau scale effect. - Produsen akan lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk produksinya dan menggantikan penyerapan tenaga kerja dengan barang- barang modal seperti mesin dan lain-lain. Hal ini terjadi apabila upah naik dengan asumsi harga barang-barang modal lainnya tetap. Penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek substitusi kerja..