1. Sesak napas 2. Penurunan kesadaran
3. Nyeri ulu hati 4. Batuk
5. Sakit kepala 6. Jantung berdebar
7. Nyeri dada 8. Edema
3.6.8 Klasifikasi gagal jantung adalah pembagian gagal jantung berdasarkan kemampuan fungsional gagal jantung menurut New York Heart
Association ketika datang berobat, sesuai tercatat dalam kartu status yang dikategorikan menjadi:
1. Gagal jantung kelas I adalah penderita gagal jantung yang tidak ada
keterbatasan aktivitas fisik, aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan keluhan fatique, dispnea, atau palpitasi.
2. Gagal jantung kelas II adalah penderita gagal jantung yang memiliki
sedikit keterbatasan aktivitas fisik, merasa nyaman bila istirahat, tetapi aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan fatique, dispnea, atau
palpitasi
3. Gagal jantung kelas III adalah penderita gagal jantung yang memiliki
keterbatasan yang nyata pada aktivitas fisik, merasa nyaman saat istirahat namun gejala akan muncul saat melakukan aktivitas fisik yang
lebih ringan dari yang biasa
4. Gagal jantung kelas IV adalah penderita gagal jantung yang merasa
tidak nyaman saat melakukan aktivitas fisik apapun. Gejala sudah muncul bahkan saat istirahat dan semakin parah ketika melakukan
aktivitas fisik
3.6.9 Jenis penyakit penyerta adalah penyakit atau keluhan lain yang menyertai dan ada hubungannya dengan gagal jantung, sesuai dengan yang tercacat
pada kartu status, yang dikategorikan menjadi: 1. PPOK
2. Hipertensi 3. Pneumonia
4. Penyakit jantung koroner 5. Penyakit jantung hipertensi
6. Dispepsia
7. Fibrilasi atrial 8. Stroke
9. Diabetes mellitus 10. Oedem paru
11. Old miokard infark OMI 12. Anemia
13. Cor pulmonale 14. Kardiomegali
3.6.10 Jenis terapi yang diberikan adalah terapi farmakologis yang diberikan pada pada pasien gagal jantung sesuai dengan yang tercacat pada kartu status,
yang dikategorikan menjadi: 1. Diuretik
2. Penghambat ACE 3. Beta Blocker
4. Glikosida Digitalis 5. Kombinasi
3.6.11 Frekuensi rawat inap adalah frekuensi atau seberapa sering pasien gagal jantung mengalami rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan selama tahun 2014 sesuai yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan menjadi:
1. Satu kali 2. Dua kali
3. Tiga kali
3.6.12 Sumber pembiayaan adalah asal biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perawatan penderita gagal jantung di rumah sakit sesuai dengan yang
tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi: 1. Biaya sendiri
2. Bukan biaya sendiri 3.6.13 Lama rawatan adalah lamanya penderita gagal jantung di rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan, dihitung
sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar, sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dan dikategorikan menjadi:
1. ≤ 4 hari 2. 4 hari
3.6.14 Keadaaan sewaktu pulang adalah kondisi terakhir penderita gagal jantung sewaktu keluar dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga
Pangururan, sesuai dengan yang tercacat pada kartu status, dikategorikan menjadi:
1. Pulang Berobat Jalan PBJ 2. Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS
3. Dirujuk ke rumah sakit lain 4. Meninggal
49
BAB IV HASIL
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan terletak di Kota Pangururan, Kabupaten Samosir, tepatnya di Jl. dr. Hadrianus Sinaga No. 86 Kelurahan
Pintusona Pangururan. Pemanfaatan lahan RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan seluas 37.500 m
2
dengan luas bangunan 12.500 m
2
. RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan didirikan pada tahun 1956 dengan
swadaya masyarakat Pulau Samosir secara khusus warga Kelurahan Pintusona Kecamatan Pangururan dan melalui bantuan Pemerintah Pusat diberi nama
Rumah Sakit Umum Pangururan, pada waktu dr. Hadrianus Sinaga menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Untuk menghargai jasa beliau dr.
Hadrianus Sinaga, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan nama Rumah Sakit Umum Pangururan menjadi RSUD dr. Hadrianus
Sinaga Pangururan. Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan didukung oleh 246 tenaga kesehatan yang terdiri dari 23 orang tenaga medis dari berbagai spesialis dan sub
spesialisasi, 131 orang tenaga paramedis perawatan, 43 orang tenaga paramedis non-perawatan, dan 49 orang tenaga non-medis.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis rawat jalan, yang terdiri dari
poliklinik umum, poliklinik bedah, poliklinik penyakit anak, poliklinik penyakit dalam, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik
telinga hidung dan tenggorokan THT, poliklinik VCT, dan poliklinik DOTS. Selain itu terdapat pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medis seperti
instalasi radiologi, elektrokardiografi EKG, ultrasonografi USG, farmasi, laboratorium, fisioterapi, kamar bedah OK, dan gizi. Pelayanan penunjang non-
medis meliputi instalasi laundry, rekam medik, kamar jenazah, ambulans, dan perpustakaan,
Visi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah “menjadi rumah sakit rujukan yang terakreditasi”. Adapun misi Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan 2.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kesehatan 3.
Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai standar.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi dan distribusi penderita gagal jantung berdasarkan variabel yang diteliti
yaitu karakteristik sosiodemografi umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, dan suku, keluhan utama, klasifikasi gagal jantung menurut kemampuan
fungsional, jenis penyakit penyerta, terapi yang diberikan, frekuensi rawat inap, sumber pembiayaan, lama rawatan, dan case fatality rate berdasarkan klasifikasi
gagal jantung.
4.2.1 Sosiodemografi Penderita Gagal Jantung
Distribusi proporsi penderita gagal jantung berdasarkan sosiodemografi di RSUD dr. Hadrianus Sinaga tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2
berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Gagal Jantung berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
tahun 2014
Umur Laki-laki
Perempuan Jumlah
f f
f
≤ 44 45
–59 60
–74 ≥ 75
6 19
19 5
5,8 18,4
18,4 4,9
3 13
17 21
2,9 12,6
16,5 20,4
9 32
36 26
8,7 31,1
35,0 25,2
Jumlah 49
47,6 54
52,4 103
100,0
Dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penderita gagal jantung yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang, sedangkan penderita
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 orang. Dari 49 penderita yang berjenis kelamin laki-laki, distribusi proporsi kelompok umur tertinggi adalah 45
– 59 tahun dan 60
–74 tahun sebanyak 18,4 dan terendah pada kelompok umur ≥ 75 tahun sebanyak 4,9. Sedangkan dari 54 penderita yang berjenis kelamin
perempuan, kelompok umur tertinggi adalah usia ≥ 75 tahun sebanyak 20,4 dan kelompok umur terendah ≤ 44 tahun sebanyak 2,9. Secara umum, jumlah
penderita terbanyak menurut kelompok umur berada pada rentang 60‒74 tahun 35, sedangkan menurut jenis kelamin penderita terbanyak berjenis kelamin
perempuan 52,4.