d. Glikosida Digitalis
Terapi ini dikenal pula sebagai digoksin yang bekerja dengan menghambat pompa natrium sehingga meningkatkan kadar natrium intraseluler yang
memfasilitasi pertukaran natrium. Kondisi ini akan meningkatkan kalsium sitosolik yang pada akhirnya meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga
denyut jantung dapat berfungsi teratur. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan kemajuan meskipun telah diberi diuretik dan
penghambat ACE. e.
Vasodilator Prinsip kerja obat vasodilator merupakan antagonis neurohormonal, terutama
ACE. Obat ini bekerja dengan mendilatasi otot arteri sehingga dapat mengurangi afterload ventrikel kiri. Vasodilator dapat berupa pil yang ditelan,
tablet kunyah, maupun krim. f.
Penghambat Kanal Kalsium Penghambat kanal kalsium bekerja dengan cara menghambat kalsium menuju
sel jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menurunkan kekuatan memompa jantung dan meregangkan pembuluh darah.
g. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mengurangi koagulasi darah, terutama pada pasien dengan emboli arterial sistemik sehingga peredahan darah menjadi lebih
lancar Tierney, McPhee, dan Papadakis, 2002
2.9.2.5 Terapi Non-Farmakologis
Terapi non-farmakologis diberikan pada pasien dengan pemberian terapi oksigen dan perubahan gaya hidup. Terapi oksigen terutama diberikan pada
pasien gagal jantung yang disertai dengan edema pulmonal. Pemenuhan oksigen akan akan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Perubahan gaya hidup dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi fisik dan
sebagai penatalaksanaan mandiri terhadap faktor risiko yang meliputi aktivitas fisik, asupan garam dari makanan, penatalaksanaan berat badan, dan
menghentikan kebiasaan merokok Handler dan Coghlan, 2008.
2.9.2.6 Mencegah Influenza dan Pneumonia
Influenza dan pneumonia lebih berbahaya bagi penderita gagal jantung daripada orang sehat. Pneumonia mengganggu penggunaan oksigen dalam tubuh
secara efisien. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sementara orang dengan gagal jantung harus menghindari stress
berat bagi jantungnya. Karena itu, pada klinisi merekomendasikan vaksin influenza dan pneumokokus bagi penderita gagal jantung AHA, 2014.
2.9.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan bagi penderita gagal jantung untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau kematian, di antaranya tetap
mengontrol faktor risiko, terapi rutin, dukungan kepada penderita, serta transplantasi jantung. Jika pasien tidak lagi berespon terhadap semua tindakan
terapi dan diperkirakan tidak akan bertahan hidup selama 1 tahun lagi, maka
pasien ini akan dipertimbangkan tranplantasi jantung. Sejak adanya skrining donor jantung yang lebih cermat, maka harapan hidup pasien yang menjalani
transplantasi jantung sangat meningkat. Pada beberapa pusat kesehatan harapan hidup 1 tahun telah mencapai lebih 80-90 dan harapan hidup 5 tahun sekitar
70 Tierney, dkk., 2002. Namun transplantasi jantung hanya digunakan bagi
pasien dengan gagal jantung yang berat Davey, 2006. 2.10 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep pada penelitian tentang Karakteristik Penderita Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG
1. Sosiodemografi
Umur Jenis Kelamin
Pekerjaan Tempat Tinggal
2. Keluhan Utama
3. Klasifikasi Gagal Jantung
4. Jenis Penyakit Penyerta
5. Terapi yang Diberikan
6. Frekuensi Rawat Inap
7. Sumber Pembiayaan
8. Lama Rawatan
9. Keadaaan Sewaktu Pulang
10. Case Fatality Rate
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan bagi negara dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas pada
dasarnya ditentukan oleh derajat kesehatannya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya angka harapan hidup, angka
kesakitan, angka kematian, dan status gizi. Indikator-indikator di atas juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan
faktor-faktor lain Depkes RI, 2009. Karena itu masalah-masalah kesehatan yang ada pada berbagai negara perlu dipahami dari berbagai aspek agar derajat
kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Selain itu, masalah kesehatan pada penduduk mempengaruhi ketahanan ekonomi yang merupakan beban bagi negara.
Seiring berkembangnya peradaban manusia, faktor ekonomi, budaya, dan kependudukan mempengaruhi pola penyakit pada masyarakat di seluruh dunia,
dimana telah terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular penyakit degeneratif sehingga negara-negara
berkembang termasuk Indonesia mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah kesehatan.
Penyakit tidak menular merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak dibandingkan dengan kematian oleh penyebab lain. Kebanyakan orang mengira
bahwa penyakit tidak menular kebanyakan terjadi di negara-negara maju. Namun data yang ada menunjukkan bahwa hampir 80 kematian akibat penyakit tidak