Beberapa instansi dalam pengelolaan sumber daya air yang memiliki fungsi dan kepentingan sektoral sebagai kepanjangan tangan dari kementerian terkait.
Namun demikian, pada kenyataannya terdapat instansi yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama. Kondisi ini menimbulkan permasalahan pengelolaan yang
terfragmentasi, sektoral dan terjadinya konflik kepentingan. Terlebih-lebih, lemahnya koordinasi antar lembaga dan belum adanya master plan pengembangan
DAS Citarum menyebabkan pengelolaan SDA menjadi tidak efektif. Pada perspektif ini, ketidak-efektifan tersebut dapat diukur dari masih seringnya
kejadian bencana banjir, kekeringan, belum terpenuhinya kepentingan masyarakat dalam mengakses air untuk kebutuhan hidupnya serta menurunnya kondisi
lingkungan keairan. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa permasalahan DAS Citarum
demikian kompleks sehingga perlu penanganan yang komprehensif dan holistik. Faktor kebijakan merupakan faktor kunci dalam memecahkan masalah ini.
Konsep kebijakan baru perlu dirumuskan, kebijakan tersebut harus fleksibel dan mampu menjawab terjadinya perubahan yang dinamis terhadap proses
pengambilan keputusan, proyeksi peningkatan jumlah penduduk, tata guna lahan
dan perubahan tingkat kebutuhan sosial masyarakat. 1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelolaan SDA dimasa yang akan datang. Manfaat penelitian secara lebih rinci adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan dalam penataan kelembagaan pada pengelolaan SDA pada DAS Citarum yang meliputi: i
pemisahan fungsi yang jelas antar masing-masing instansi serta mekanisme kerja dan tata cara koordinasinya, ii prosedur operasionalisasi pengelolaan
SDA, iii skema pendanaan untuk setiap kegiatan. 2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami pentingnya pengelolaan
SDA secara holistik sehingga dapat memberikan peluang pada: i meningkatkan pelayanan ketersediaan air minum dan irigasi, ii memperbaiki
kesehatan lingkungan dan iii menurunkan resiko bencana banjir dan kekeringan.
3. Penelitian akan melengkapi kajian pengelolaan sumber daya air dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang menekankan pada pendekatan
kelembagaan yang berimbang antara pusat – daerah serta pemisahan fungsi
publik dan fungsi ekonomi atas air.
1.6 Kebaruan Novelty
Berkaitan dengan segi metode penelitian, kebaruan dalam penelitian ini adalah pendekatan kesisteman dengan memadukan beberapa teknik analisis, yaitu:
1 Pendekatan teknik multy dimensional scalling dengan Rap-Citarum Rapid Appraisal for Citarum yang mengintegrasikan dimensi kebijakan, kelembagaan,
teknik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan; 2 Pendekatan proses hirarki analisis atau AHP analytical hierarchy process untuk menentukan prioritas
tujuan, kinerja serta kelembagaan pada pengelolaan SDA; serta 3 Penggunaan sistem dinamik untuk pemisahan fungsi publik dan fungsi ekonomi, kemudian
penggabungan atas ketiga teknik analisis tersebut dalam proses perumusan model kebijakan dalam pengelolaan SDA pada DAS Citarum yang terpadu dan
berkelanjutan.
Kebaruan dari segi hasil adalah dirumuskannya model kebijakan pengelolaan SDA pada DAS yang berbasis kelembagaan terpadu dengan
memperhatikan keseimbangan kewenangan Pusat – Daerah dan pemisahan
fungsi ekonomi dan fungsi publik yang jelas.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumber Daya Air
Air merupakan sumber daya alam yang strategis dan vital bagi kehidupan manusia dan pembangunan serta keberadaannya tidak dapat digantikan oleh
materi lainnya Dinar et al., 2005. Air dibutuhkan untuk menunjang berbagai sistem kehidupan, baik dalam lingkup atmosfir, litosfir dan biosfir. Hampir semua
kebutuhan hidup manusia membutuhkan air, baik untuk kebutuhan rumah tangga domestik, pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya Nittu, 2005. Air
sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah
administrasi. Aliran air selain dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat lokal, juga dimanfaatkan oleh penduduk yang berada di wilayah hilirnya yang secara
administratif dan atau politik berbeda. Interaksi antara kawasan hulu sebagai zona resapan sumber air dan kawasan hilirnya dalam pemanfaatan air sangat erat,
sehingga upaya untuk mewujudkan pengelolaan air berkelanjutan menjadi tanggung-jawab semua wilayah di sepanjang daerah aliran sungai DAS tersebut
Karyana, 2007. Upaya perlindungan ekosistem kawasan sumber air yang umumnya berada
di bagian hulu DAS merupakan salah satu pilar penting dalam pengelolaan air berkelanjutan Edwarsyah, 2008. Kondisi ideal tersebut tidak mudah diwujudkan
karena adanya masalah-masalah dalam manajemen sumber daya air SDA. Masalah kelangkaan dan alokasi air lintas wilayah yang tidak merata telah
menjadikan air yang awalnya merupakan barang publik public goods bergeser menjadi komoditas ekonomi, alat politik dan bahkan sumber konflik lintas
wilayah Saiki, 2004. Sumber daya air SDA mempunyai sifat mengalir dan dinamis serta berinteraksi dengan sumber daya lain sehingga membentuk suatu
sistem Nuddin, 2007. Dengan demikian, pengelolaan SDA akan berdampak pada kondisi sumber daya lainnya dan sebaliknya. Pengelolaan SDA Terpadu
mengisyaratkan pengelolaan SDA yang utuh dari hulu sampai hilir dengan basis daerah aliran sungai dalam satu pola pengelolaan SDA tanpa dipengaruhi oleh
batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya Sjarief, 2009. Oleh karena itu,
agar pengelolaan berbagai sumber daya tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat secara optimal, maka diperlukan suatu acuan pengelolaan terpadu
antar lembaga dan antar wilayah serta berkelanjutan. Kompleksitas dan banyaknya pihak yang terlibat dan berkepntingan dalam
pengelolaan SDA dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.
Gambar 3 Kompeksitas pengelolaan SDA Sumber daya air alamiah berada di dalam wilayah hidrologis yang disebut
daerah aliran sungai DAS. Ketersediaan SDA dalam setiap DAS sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat sehingga
mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air yang melimpah dan DAS yang sangat kekurangan air. Sumber daya air memiliki tiga fungsi yaitu fungsi
sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. Mereka tidak berdiri sendiri-sendiri akan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya
sehingga dapat dirumuskan bahwa SDA mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. Hal ini konsisten dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Dimensi ekonomi antara lain berkaitan dengan upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi khususnya sektor industri yang memerlukan ketersediaan air baku, mengurangi kemiskinan serta mengubah pola produksi dan konsumsi
kearah yang seimbang. Dimensi sosial bersangkutan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat, peningkatan kualitas hidup dan kesehatan
lingkungan keairan. Dimensi lingkungan meliputi upaya pengurangan dan
Departemen PU
Departemen Kehutanan
Swasta dan Masyarakat
Stakeholders lain Pemerintah Daerah
dan Pusat Departemen ESDM
SUMBERDAYA AIR
PERMUKAAN : SUNGAI
SUMBERDAYA LAHAN: Hutan
Catchement Area, Sawah
dan Industri IRIGASI
Kebutuhan Pertanian Lain
PLTA Kebutuhan industri
Kebutuhan Air Baku SUMBER AIR
MINUM
Eksploitasi Alih fungsi Lahn untuk investasi
dan peningkatan PAD
K ete
rh ub
un ga
n
su m
be rd
ay a
ai r
da n
la ha
n
Departemen PU
Departemen Kehutanan
Swasta dan Masyarakat
Stakeholders lain Pemerintah Daerah
dan Pusat Departemen ESDM
SUMBERDAYA AIR
PERMUKAAN : SUNGAI
SUMBERDAYA LAHAN: Hutan
Catchement Area, Sawah
dan Industri IRIGASI
Kebutuhan Pertanian Lain
PLTA Kebutuhan industri
Kebutuhan Air Baku SUMBER AIR
MINUM
Eksploitasi Alih fungsi Lahn untuk investasi
dan peningkatan PAD
K ete
rh ub
un ga
n
su m
be rd
ay a
ai r
da n
la ha
n
pencegahan terhadap polusi, pengolahan limbah serta konservasi. Pembangunan dalam pengelolaan SDA yang ditopang oleh ketiga aspek tersebut harus bersinergi
satu sama lain. Guna mencapai ketiga aspek diatas maka strategi pembangunan harus memenuhi persyaratan diantaranya sistem politik yang menjamin secara
efektif partisipasi masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. Sistem ekonomi dan inovasi teknologi yang mampu menghasilkan manfaat secara
berkesinambungan. Sistem sosial yang menyediakan cara pemecahan secara efektif terhadap permasalahan yang timbul karena ketidakharmonisan dalam
pelaksanaan pembangunan. Sistem pengelolaan sumber daya air berkelanjutan sustainable water
resources management systems merupakan sistem pengelolaan SDA yang didesain dan dikelola serta berkontribusi penuh terhadap tujuan masyarakat sosial
dan ekonomi saat ini dan masa yang akan datang, dengan tetap mempertahankan kelestarian aspek ekologisnya Pasandaran, Zuliasri dan Sugiharto, 2002.
Pembangunan di bidang SDA pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu
berkehidupan yang sehat, bersih dan produktif Burke, 2006. Pasokan air untuk mendukung berjalannya pembangunan dan berbagai kebutuhan manusia perlu
dijamin kesinambungannya, terutama yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan yang dibutuhkan Katiandagho, 2007.
Pola pengelolaan SDA merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. Pengelolaannya disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan
sumber daya air pada wilayah administrasi yang bersangkutan. Pola pengelolaan SDA memuat tujuan dan dasar pertimbangannya, skenario kondisi wilayah sungai
pada masa yang akan datang, strategi pengelolaannya dan kebijakan operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan SDA Sjarief, 2009. Penyusunan pola
pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah maupun badan
usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan SDA, tetapi berperan juga dalam proses