0.37 A policy model for sustainable water resources management of Citarum River Basin
Indikator lain dalam perubahan karakteristik aliran adalah perbandingan nilai debit maksimum dan minimum QmakQmin. Perubahan tersebut terlihat
dari meningkatnya grafik rasio QmakQmin pada tahun-tahun yang lebih akhir lihat Gambar 34. Meningkatnya debit karena hujan yang turun sebagian besar
berubah menjadi aliran permukaan sehingga menambah debit sungai, sedangkan menurunnya debit minimum karena menurunnya baseflow pada sungai.
No. Pos Stasiun AWLR
Rasio QmaxQmin 1994-2001
2001-2005 1.
Citarum-Nanjung 23,9
127,9
Gambar 34 Hasil analisis indeks rasio kekritisan tahun 2001 – 2005
Selanjutnya, analisis Indeks Muatan Sedimen IMS dapat mengungkapkan trend dari laju muatan sedimen, yang juga erat korelasinya dengan tingkat
kekritisan DAS. Data dari tahun 1976 – 1982, 1991-1997 dan 2005-2006,
digunakan untuk analisis muatan sedimen, dimana hasilnya dapat dilihat pada Gambar 35 dan Tabel 14.
Tabel 14 Perhitungan indeks muatan sedimen pada pos Nanjung
Tahun Konsentrasi
mgL Q rata-rata
m
3
detik IMS
05-06 341,19
791,42 5957,50
91-97 240,9
824,88 4384,17
76-82 233,77
736,54 3798,79
Pos Nanjung
Gambar 35 Indeks muatan sedimen di pos Nanjung Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap indikator kekritisan DAS di pos
Nanjung dari perioda 1980 hingga 2010 dapat diperoleh gambaran bahwa: Kekritisan yang ditinjau dari hubungan Qmax dan Qmin dapat
menggambarkan kekritisan suatu DAS. Pada pos Nanjung rasio QmaxQmin menunjukkan peningkatan baik dari pengamatan hidrograf
maupun data debit aliran dari 23,9 menjadi 127,9. Indikator dari indeks muatan sedimen yang dianalisis dengan
menggunakan data dari beberapa perioda menggambarkan bahwa pada pos Nanjung terjadi peningkatan muatan sedimen, hal ini juga terbukti dengan
perubahan hubungan antara debit Sedimen dan debit air.