Analisis Model Kebijakan Metode Analisis Data

DAS Citarum berada pada morfologi gunung api, di daerah Bandung Utara antara lain berderet G. Tangkubanparahu 2.075m, G. Burangrang 2.064m, G. Bukit Tunggul 2.209m, dan G. Manglayang 1800m, dengan anak-anak Sungai Citarum antara lain: S. Cikapundung, S. Cikeruh, S. Cimahi, S. Cipamokolan, S. Cibeureum, dan S. Cipalasari yang mengalir ke arah Selatan. Sedangkan deretan di sebelah selatan adalah G. Malabar 2.343 m, G Tilu 2.040 m, G Wayang 2.182m, G. Patuha, dan G. Guntur 2.040m dengan anak-anak Sungai Citarum antara lain: S. Citarum Hulu, S. Citarik, S. Cisangkuy, S. Ciasiah, dan S. Ciwidey, mengalir ke Utara. Di daerah Cianjur antara lain G. Gede dengan anak-anak sungainya yang mengarah ke Timur menuju Waduk Cirata. Atlas SDA Dinas PSDA, 2005. Morfologi Perbukitan, morfologi ini dibagi menjadi perbukitan batuan beku dan bergelombang, mempunyai karaktersitik yaitu relief berbukit, terpisah, elevasi ketinggian 700 – 1500 m diatas muka laut m dpl, kemiringan lereng 15 - 70, berpola aliran sungai sejajar dan dendritik, umumnya bukan daerah resapan utama air tanah. Batuan penyusun berupa batuan beku intrusi dan lava serta breksi gunung dan batuan sedimen tersier. Proses geodinamis adalah patahan aktif, serta agradasi karena longsoran tebing, erosi dan aktivitas manusia. DAS Citarum mempunyai morfologi perbukitan intrusi antara lain G. Parang 975m, G Haur 522m di sekitar waduk Jatiluhur, G Lagadar 800 m, G. Lalakon di Cimahi Bandung, dan gugusan G.Geulis di sekitar Banjaran- Ciparay Bandung. Perbukitan bergelombang memanjang, terjal terdapat di sekitar Rajamandala dekat Waduk Saguling. Morfologi Pedataran, Morfologi pedataran dapat dibagi menjadi dataran tinggi, dataran kipas aluvium, dataran aluvium sungai, dataran rawa dan pantai. Mempunyai karaktersitik yaitu relief rendah, elevasi ketinggian 0 – 700 m diatas muka laut m dpl kemiringan lereng 0 - 15, Sungai-sungai meandering, berpola sejajar dan dendritik, umumnya merupakan daerah banjir dan lepasan air tanah. Batuan penyusun berupa kipas gunung api, endapan sedimen sungai, pantai dan rawa. Proses geodinamis adalah longsoran tebing sungai, erosi dan aktivitas manusia seperti penggalian, penimbunan dan lain-lain. Datarantinggi terdapat di Cekungan Bandung dan sekitarnya, sedangkan sisanya berada pada dataran kipas aluvium ditempati Kota Karawang, Purwakarta dan Subang. Dataran limpah banjir menghampar meluas di dataran pantai utara berbentuk meandering, Dataran aluvium sungai terdapat pada alur-alur dibentuk oleh endapan sungai-sungai. Dataran rawa dan pantai yang berbatasan langsung dengan garis pantai terdapat muara beserta cabang-cabangnya membentuk delta.

4.1.2 Kondisi Tataguna Lahan

Sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi RTRWP Jawa Barat Tahun 2003 Perda Nomor 2 Tahun 2003 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat, perubahan tataguna lahan DAS Citarum dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 11 dan Tabel 8 dibawah ini. Gambar 11Tataguna Lahan DAS Citarum Tahun 2005 Batas Provinsi DanauWaduk Sungai Batas DAS I bukot a KabupatenKota Gunung Batas KabupatenKota Hutan Primer Hutan Sekunder Perkebunan Kebun Campuran LadangTegalan Permukiman Kota Sawah Tambak Tanah KosongTerbuka SemakBelukar Padang Rumput PertambanganGalian Permukiman Perdesaan Keterangan: BakauMangroove UTARA Tabel 8 Tataguna Lahan DAS Citarum Tahun 1994-2010 No. Penggunaan Lahan Tahun 1994 2001 2005 2010 1. Hutan Primer 11,4 8,8 8,2 1,2 2. Hutan Sekunder 21 3,3 3,1 8,1 3. Lahan Pertambangan 4. Lahan Industri 0,2 0,3 0,3 0,3 5. Tanaman Campuran 4,6 6,5 10,3 16,3 6. Lahan yang tidak beririgasi 2,7 3,7 3,4 3,5 7. SemakBelukar 1,2 1,4 1,7 11,6 8. KebunPerkebunan 9,2 19,6 25,4 7,3 9. Lahan Permukiman 1,9 2,4 2,7 26,1 10. Sawah 45,6 51,5 42,5 25,3 11. SungaiDanauWadukSitu 1,1 1,3 1,2 0,1 12. TambakEmpang 1 1,1 1,1 0,1 13. Tanah terbuka 0,1 0,1 0,1 0,1 Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat Bapeda, 2003. Perubahan tata guna lahan yang paling sensitif terutama dampaknya terhadap ketersediaan air adalah kebutuhan lahan untuk permukiman dan kerusakan kawasan lindungdaerah kehutanan akibat aktivitas pertanian lahan kering oleh masyarakat. Perubahan tersebut akan mendorong meningkatnya runoff dan menurunnya resapan air untuk mengisi air tanah yang dampaknya banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau.Kawasan yang rawan terhadap alih fungsi lahan terutama di daerah Bandung dan Bekasi akibat tekanan urbanisasi yang tinggi. Gambar 12 menunjukan tingkat kepadatan penduduk di kawasan Cekungan Bandung DAS Citarum Hulu. Gambar 12 Peta kepadatan penduduk penduduk padaCitarum Hulu UTARA Berdasarkan data studi Institutional Strengthening For Integrated Water Reso uces Management in 6 Ci’s River Basin Territory, telah terjadi penurunan luas lahan pertanian di DAS Citarum dari 415.025 ha pada tahun 1989, menjadi 355.544 ha pada tahun 2010, yang terdiri dari irigasi teknis dari 366.856 ha menjadi 324.923 ha, dan irigasi semi-teknis dari 48.169 ha menjadi 30.621 ha.

4.2 Kondisi Sosio-Ekonomi

Sungai Citarum beserta tiga waduk besar yaitu Saguling, Cirata, dan Juanda, merupakan sumber air tawar terbesar dan memiliki potensi ekonomi yang sangat penting di Jawa Barat. Di dalam kawasan DAS Citarum, saat ini diperkirakan 12,5 juta penduduk bermukimdan lebih kurang 1.000 buah industri beroperasi.Selain itu pemanfaat air S.Citarum ini ada juga penduduk yang bermukim di Jakarta yaitu sekitar 8,8 juta jiwa melalui Saluran Tarum Barat. Sumber air Citarum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kehidupan dan proses pembangunan, antara lain: sumber baku air minum ±25 m 3 detik termasuk untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta, pembangkit listrik 3.960 MW, air irigasi, perikanan dan peternakan, sumber baku air industri, pariwisata, dan sarana olah raga. Sebagai penyedia air bagi Daerah Irigasi Jatiluhur seluas ±240.000 ha, DAS Citarum memberikan kontribusi besar terhadap produksi beras Jawa Barat dan malahan Nasional. Selama ini kontribusi Jawa Barat terhadap produksi padi Nasional mencapai 17 per tahun termasuk produksi dari Irigasi Jatiluhur. DASCitarum menanggung beban sangat besar dan jutaan penduduk sangat tergantung dari sumber air Citarum. Beban ini tentu akan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonominya.Jumlah penduduk yang tinggal pada KabupatenKota yang seluruhnya masuk pada DAS Citarum yaitu Kabupaten Bandung dan Kota Bandung sekitar 7.297.900 jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun 0,50 - 2,12 dan kepadatan penduduk sekitar 4.215km 2 , dan lainnya yang hanya sebagian dari wilayah administratifnya diantaranya Kabupaten Bekasi dan Karawang sekitar 3.522.126 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,58 - 0,98 per tahun dan kepadatan penduduk sekitar 1.488km 2 , dan Kabupaten Subang, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta sekitar 3.725.100 jiwa, dengan laju pertumbuhan 0,48 - 0,76 per tahun dan kepadatan 410km 2 . Sementara itu dari catatan dari Institutional Strengthening For Integrated Water Resouces Managemen t in 6 Ci’s River Basin Territory,penduduk di Sungai Citarum terdiri atas 7.040.337 jiwa pria, dan 6.974.515 jiwa wanita. Selain dari beban penduduk DAS Citarum juga ditempati oleh lebih dari 1000 industri, namun hanya 542 industri saja yang berpotensi membuang limbah cair dengan didominasi oleh industri tekstil mencapai 396 industri.

4.3 Kondisi Sumber Daya Air

Sumber air yang ditinjau dalam studi ini pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu sumber air permukaan dan sumber air tanah.

4.3.2 Air Permukaan

Dengan tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-4.000 mm, potensi sumberdaya air permukaan pada daerah pengaliran Sungai Citarum rata- rata mencapai 11 milyar m 3 per tahun dalam kondisi normal. Dari potensi tersebut, sampai dengan saat ini baru sekitar 5,2 Milyar m 3 per tahun yang sudah terkendali dan dimanfatkan untuk berbagai kebutuhan,sedangkan sisanya sebagian besar terbuang kelaut. Rata-rata curah hujan tahunan DAS Citarum mencapai sekitar 2.400 mm. Rata-rata terendah terjadi di daerah pantai Utara dengan curah hujan sekitar 1.500 mm per tahun,sedangkan rata-rata tertinggi terjadi di daerah hulu sungai Ciherang, Cilamaya, dan hulu sungai Cipunagara dengan curah hujan mencapai 4.000 mm per tahun. Suhu rata-rata di dataran rendah sekitar 27ºC, sedangkan di bagian hulu sungai di daerah dataran tinggipegunungan suhu udara minimum rata-rata 15,3ºC yang tercatat di daerah Ciwidey, Pangalengan, dan Lembang. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan antara 80 - 92, dengan tingkat penguapan rata-rata tahunan sekitar 1.640 mm. Keadaan iklim di DAS Citarum, sebagaimana umumnya wilayah Jawa Barat, adalah memiliki iklim tropis monsun dengan suhu dan kelembaban udara relatif konstan sepanjang tahun. Iklim tropis monsun dicirikan dengan terjadinya dua musim, yaitu hujan dan kemarau.Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Oktober - Maret dan musim kering atau kemarau terjadi pada bulan-bulan Juni – September. Bulan-bulan lainnya merupakan masa transisi atau pancaroba. Gambar 13 Rata-rata Debit Masuk dan Keluar Waduk Jatiluhur Berdasarkan catatan dari Institutional Strengthening for Integrated Water Resouces Management in 6 Ci’s River Basin Territory, didapatkan gambaran neraca air di DAS Citarum, seperti disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Neraca air DAS Citarum Institutional Strengthening For Integrated Water Resouces Management in 6 Ci’s River Basin Territory, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Potensi, pemanfaatan, dan beban Sungai Citarum yang besar tersebut harus dikelola melalui sebuah sistem yang dapat mendatangkan manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat luas, baik langsung maupun tidak langsung tanpa