Teknik Pengumpulan Data A policy model for sustainable water resources management of Citarum River Basin

melalui pendekatan analytical hierarchy process AHP. Pelaksanaan penelitian meliputi: a studi pustaka dan diskusi untuk menyusun rancangan hirarki; b Pembuatan kuesioner untuk pengumpulan data primer; c wawancara langsung dengan responden dan pengisian kuesioner; d tabulasi data kuesioner; e operasionalisasi model dengan criterium decision plus CDP versi 3.0.4. Data untuk keperluan analisis ini akan diperoleh dengan cara wawancara langsung dan pengisian kuesioner. Oleh karena pendekatan AHP berbasis pada experties judgement, maka pemilihan responden ditujukan pada responden yang benar- benar memahami permasalahan kelembagaan dalam pengelolaan DAS Citarum. Dalam hal ini responden dipilih dari kalangan pengguna air, birokrasi pemerintah baik pusat maupun daerah, perusahaan swasta, perguruan tinggi, BUMN PLN dan PJT dan LSM dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Hierarki atau struktur keputusan digambarkan dengan elemen sistem atau alternatif model dalam abstraksi sistem hierarki keputusan. Struktur hirarki dirumuskan melalui FGD yang dihadiri para pakar. Alternatif kelembagaan yang akan dianalisis adalah alternatif BBWS, PJT atau Balai PSDA, yang mana ketiganya mempunyai peran yang sama sebagai pengelola SDA. Keluaran hasil pengolahan data disintesis untuk menentukan prioritas lembaga pengelola SDA. Berdasarkan urutan prioritas tersebut maka alternatif kelembagaan yang berada di prioritas teratas adalah model kelembagaan yang dinilai paling efisien dan efektif untuk di terapkan dalam pengelolaan SDA pada DAS Citarum. Disamping itu, analisis ini akan menghasilkan juga urutan prioritas tujuan, faktor dan kinerja berdsarkan nilai skor tertinggi pada masing- masing tingkatan.

3.4.3 Analisis Model Kebijakan

Perumusan sintesa model konseptual kebijakan secara keseluruhan disusun berdasarkan model dinamik hasil analisis sistem dinamik dan model kebijakan hasil analisis kebijakan. 1 Analisis Sistem Dinamik Analisis model dinamik dilakukan terhadap variabel-variabel yang telah teridentifikasi yang meliputi aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis model dinamik dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pembuatan diagram simpal kausal dan diagram alir. Diagram simpal kausal menunjukkan hubungan antar variabel dalam proses sistem yang dikaji. Prinsip dasar pembuatannya adalah suatu proses sebagai sebab yang akan menghasilkan keadaan, atau sebaliknya suatu keadaan sebagai sebab akan menghasilkan proses. Sedangkan diagram alir dibuat berdasarkan persamaan model dinamik yang mencakup variabel keadaan level, aliran rate, auxiliary, dan konstanta constant. Variabel tersebut berupa lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan model dengan menggunakan piranti lunak Powersim. Model yang dikembangkan selanjutnya digunakan sebagai alat simulasi. Simulasi ini dilakukan setelah uji validitas dan hasil pengujian menunjukkan adanya kesesuaian atau keabsahan antara hasil simulasi dengan data empiris Muhammadi et al., 2001. Analisis dan simulasi sistem dinamik dilakukan dengan bantuan program powersim studio 2005E untuk memproyeksikan kecenderungan kondisi pengelolan sumber daya air DAS Citarum saat ini dan analisis prospekif dampak pengelolaan setelah adanya kebijakan. 2 Perumusan Model Kebijakan Data dan informasi yang dihasilkan dari analisis keberlanjutan dan analisis prioritas kebijakan digunakan untuk merumuskan rancang bangun model. leverage factor pada beberapa dimensi yang kritis menurut hasil MDS dan urutan prioritas teratas pada masing-masing tingkatan sebagai hasil dari metode AHP merupakan variabel yang digunakan sebagai dasar dalam membangun model kebijakan. Selanjutnya dengan rancang bangun model dinamik, dilakukan analisis perumusan kebijakan dengan tahapan sebagai berikut: a Perumusan sistem kelembagaan untuk menentukan lembaga pengelola yang ditujuk sebagai RBO, dilakukan dengan teknik AHP. b Pemisahan fungsi publik dengan fungsi ekonomi, melalui skenario ruang lingkup PJT II berdasarkan hasil cost recovery dengan menggunakan teknik sistem dinamik. c Pembagian kewenangan Pusat – Propinsi – Daerah dalam penanganan komponen yang menjadi fungsi publik dengan memperhatikan efektifitas dan kemampuan masing-masing instansi serta efisiensinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang optimal. d Perumusan hirarki pengelolaan prasarana SDA dari hulu sampai hilir berikut sumber dananya dan mekanisme pertanggungjawabannya. e Perumusan model kelembagaan, manajemen dan keuangan dilakukan dengan memperhatikan azas demokratis, akuntabel dan transparan. Tinjauan atas implikasi penerapan kebijakan pada pengelolaan DAS Citarum dengan indikator i jangkauan layanan ketersediaan air baku untuk air minum, ii kondisi lingkungan keairan dan iii cost recovery PJT II. 3 Verifikasi dan Validasi Model Proses verifikasi model kebijakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berbagai kelemahan dan kekurangan dari model serta mengidentfikasi berbagai masalah yang perlu diantisipasi terkait dengan penerapan kebijakan yang dirumuskan Eriyatno Sofyar, 2007. Proses uji validasi pada penelitian kebijakan dilakukan terhadap dua aspek, yaitu proses perumusan kebijakan dan produk kebijakan. Verifikasi proses perumusan kebijakan dilakukan terhadap metode yang digunakan dalam pengembangan kebijakan. Sedangkan validasi produk kebijakan dilakukan melalui uji pendapat pakar atau dilakukan dengan membandingkan produk kebijakan hasil penelitian terhadap kebijakan yang sedang berjalan atau sudah dijalankan. Untuk model dinamik, kinerja beberapa variabel dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik dimaksudkan untuk melihat penyimpangan antara keluaran simulasi dengan data aktual. Pengujian statistik meliputi uji penyimpangan rata- rata absolut AME, penyimpangan variasi absolut AVE, saringan Kalman KF, koefisien diskrepansi U-Theils dan Durbin Watson DW. Absolute means error AME adalah penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap data aktual. Sedangkan absolute variation error AVE adalah penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap data aktual. U-Theils adalah koefisien diskrepansi antara nilai simulasi dengan data aktual. U-Theils dapat menggambarkan ada tidaknya penyimpangan yang menonjol. Batas penyimpangan yang dapat diterima untuk AME, AVE dan U-Theils adalah antara 5-10. Untuk mengamati pola penyimpangan dapat dilakukan melalui uji DW Durbin Watson dan KF Kalman Filter. DW digunakan untuk melihat pola fluktuasi, jika DW 2 maka terdapat fluktuasi yang tajam dan DW 2 fluktuasi kurang tajam. Sedangkan KF digunakan untuk menjelaskan tingkat kesesuaian fitting antara hasil simulasi dan data aktual. Jika nilai KF = 0,5 maka model 100 sesuai, kurang 0,5 berarti nilai simulasi di bawah aktual dan lebih 0,5 berarti nilai simulasi melebihi data aktual Muhammadi et al., 2001. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Fisik DAS Citarum

Daerah aliran sungai DAS Citarum dengan luas sekitar 6.600 km 2 .DAS Citarum terletak di bagian Tengah Jawa Barat dan bagian hulu sungai berada di Kabupaten Bandung. Sungai Citarum bersumber dari Situ Cisanti yang terletak di kaki Gunung Wayang pada ketinggian ± 2.198 m di atas permukaan laut, mengalir ke arah utara melewati Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, Purwakarta dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah Kabupaten Karawang dengan panjang total dari hulu sampai ke muara Laut Jawa sekitar 245 Km. Kondisi topografi DAS Citarum sangat bergelombang, terutama di daerah hulu dan tengah. Gradien sungai terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian hulu sepanjang ± 25 km merupakan bagian yang paling terjal dengan kemiringan sungai rata-rata 1:30. Bagian tengah sepanjang ± 150 km, mulai dari Daerah Cekungan Bandung ke hilir, kemiringan sungai cukup terjal yaitu rata-rata 1: 300. Sedangkan di bagian hilir waduk Jatiluhur, sungai mengalir di dataran endapan alluvial dengan bermeander pada kemiringan sangat landai sepanjang ± 70 km sampai di muara Laut Jawa Gambar 10. Kondisi geologi regional, sebagian besar dataran Bandung ditutupi oleh aluvium yang terbentuk dari endapan sungai dan situ. Endapan aluvial yang menjadi aquifer utama di DAS Citarum umumnya tertutup oleh produk vulkanik kuarter yang dibentuk dari material pyroclastic dan aliran lava. Permeabilitas produk vulkanik bervariasi pada material yang tidak terkonsolidasi atau aliran lava berongga. Produk vulkanik ini memainkan peranan penting pada aquifer. Produk vulkanik kuarter ditutupi oleh batuan sedimenter dari zaman tersier. Batuan sedimenteryang membentuk rangkaian pegunungan di bagian Selatan dan Barat dataran Bandung ini tersusun atas pasir, lempung, marl campuran tanah liat dan kapur, breksi, dan batu kapur yang sebagian besar bercampur. Tingkat permeabilitas tanah pada umumnya rendah namun sangat bervariasi pada batuan kapur Dinas PSDA, 2009.