Maka diperoleh:
2 1
2 1
2 1
3 2
1 32
31 23
21 13
12
w
w w
a a
a a
a a
Pada akhir perhitungan diperoleh vektor ciri w
1
, w
2
, w
3.
Vektor ciri dapat memberikan pilihan skenario yang paling optimal.
d Perhitungan konsistensi Perhitungan CI consistency index yang menyatakan penyimpangan
konsistensi dan concistency ratio CR untuk menentukan apakah konsistentidak suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi sebagai berikut:
1 max
n CI
...........................................................................................6
Keterangan : λmax
π
= akar ciri maksimum; n = ukuran matriks Indeks konsistensi CI merupakan matriks acakrandom dengan skala
penilaian 1-9 dan kebalikannya sebagai Indeks Random RI. Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefmisikan sebagai Ratio Konsistensi
CR. RI
CI CR
....................................................................................................... 7
Pengukuran Ratio Kosistensi CR dilakukan untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan. Nilai Rasio
Konsistensi CR adalah perbandingan antara Indeks Konsistensi CI dengan Indeks Acak RI, dimana nilai-nilai RI telah ditentukan.
e Matriks pendapat gabungan Matriks gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya
g
ij
berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai concistency ratio CR memenuhi syarat, dengan formula sebagai berikut:
m ij
ij
k a
g
k 1
.......................................................................................8
Keterangan: g
ij
= rata-rata geometrik m = jumlah responden
a
ij
= matriks individu Keluaran hasil pengolahan data oleh perangkat lunak disintesis untuk
menentukan prioritas. Berdasarkan urutan prioritas tersebut maka alternatif yang berada di prioritas teratas adalah yang dinilai paling efisien dan efektif yang
sebaiknya di terapkan.
2.8 Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan
Manetsch Park, 1979 dalam Eriyatno, 1999. Pendekatan sistem adalah pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang kompleks
dan bersifat antar disiplin sebagai bagian dari sistem. Pendekatan sistem menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap tujuan sistem. Menurut Marimin 2005 pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik
tolak analisa. Metode ini merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai
dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif.
Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: 1 kompleks, di mana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamis,
dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi
peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno, 1998. Pendekatan secara holistik yang berorientasi tujuan dapat dilakukan
menggunakan analisis sistem dinamik. Hal ini bisa dilakukan dengan memulai berfikir sistemik tentang keadaan tersebut. Berfikir sistemik adalah adanya
kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan kejadian sebagai sebuah sistem atau system approach Muhammadi et al., 2001. Dalam analisis sistem dinamik,
gambaran keadaan sesungguhnya real world seperti ini bisa disimplifikasi dalam sebuah model yang dapat disimulasikan, sehingga dapat dicari berbagai kombinasi
yang bisa memenuhi tujuan pengelolaan sumber daya air DAS Citarum secara berkelanjutan.
Senge 1990 menjelaskan bahwa system dynamics sebagai metodologi dipahami melalui interaksi antar struktur yang terdiri atas struktur fisik, struktur
pengambilan keputusan dan struktur model. Struktur fisik yaitu aliran orang, barang, produksi, uang dan limbah pencemar. Struktur pengambilan keputusan terdiri dari
aktor-aktor di dalam sistem, sedangkan struktur model dibangun melalui analisis struktural berdasarkan pendekatan system thinking dan dimungkinkan mempunyai
titik kontak yang banyak dan saling interdependensi. Hubungan unsur-unsur yang saling interdependensi itu merupakan hubungan sebab-akibat yang bersifat umpan
balik dan bukan hubungan sebab-akibat yang bersifat searah. Selanjutnya, Tasrif 2006 menjelaskan bahwa struktur fisik maupun struktur pengambilan keputusan
yang telah disusun diyakini dibangun oleh unsur-unsur yang saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup feedback loop.
Sterman dan John 2000 menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembuatan model dinamik adalah a keadaan yang diinginkan dan keadaan yang terjadi harus secara
ekplisit dinyatakan dan dibedakan di dalam model; b struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat dipresentasikan di dalam model, c aliran-aliran yang
secara konseptual berlainan cirinya harus secara tegas dibedakan di dalam menanganinya; d hanya informasi-informasi aktual yang tersedia untuk aktor-aktor
dalam sistem tersebut yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan pemodelan; e struktur pengambilan keputusan dari model harus berkaitan dengan tindakan
manajerial; f model harus tegar robust dalam kondisi ekstrim. Tasrif 2006 juga menjelaskan bahwa model yang dibentuk haruslah menuhi
syarat-syarat sebagai berikut a Efek suatu intervensi, misal: suatu kebijakan dalam bentuk perilaku yang merupakan suatu kejadian berikutnya, maka untuk melacak
unsur komponen waktu perlu “system dynamics”; b Mampu mensimulasikan berbagai macam intervensi dan dapat memunculkan perilaku sistem, karena adanya
intervensi akan dapat dilakukan perubahan perubahan baik parameter maupun struktur model; c Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang efeknya
dapat berbeda secara dramatik baik dalam jangka pendek dan jangka panjang sesuai kompleksitas perilaku dinamik; d Perilaku sistem dapat merupakan perilaku yang
pernah dialami dan teramati, yaitu melalui data historis, ataupun perilaku yang belum pernah teramati yang meliputi perilaku yang pernah dialami tetapi tidak teramati
maupun perilaku yang belum pernah dialami tetapi kemungkinan besar terjadi; e Mampu menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat terjadi.
Tangirala, dkk 2003 menyatakan bahwa metodologi “system dynamics” merupakan konsep yang berdasarkan pada sistem berfikir, dimana terjadi interaksi
dinamik antara unsur-unsur dari suatu sistem untuk dipelajari dan diketahui perilakunya sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Tangirala, dkk 2003
menjelaskan bahwa ide utama dalam pemodelan “system dynamics” adalah untuk mengerti perilaku suatu sistem dengan menggunakan struktur matematika yang
sederhana. Dengan demikian, sistem dinamik dapat membantu para perencana dalam hal-hal sebagai berikut: a menggambarkan suatu sistem; b mengerti
suatu sistem; c mengembangkan model secara kualitatif dan kuantitatif; d mengidentfikasi perilaku umpan-balik dari suatu sistem; e mengembangkan
kendali kebijakan untuk pengelolaan sistem yang lebih baik.
2.8.1 Analisis Sistem Dinamik
Analisis sistem dinamik ini merupakan bagian dari pendekatan sistem yang berasal dari pengembangan teori sistem. Berdasarkan adanya pemahaman tentang
kejadian sistemik tersebut, berikut ini ada lima langkah yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bangunan pemikiran model yang bersifat sistemik, yaitu: i
identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata; ii identifikasi kejadian yang diinginkan; iii identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan; iv
identifikasi dinamika menutup kesenjangan; v analisis kebijakan Muhammadi et al. 2001.
Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis. Menurut Eriyatno 1999 metodologi sistem pada prinsipnya
melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa rekayasa, meliputi: 1 analisa kebutuhan, 2 identifikasi sistem, 3 formulasi permasalahan, 4 pembentukan
alternatif sistem, 5 determinasi dari realisasi fisik, sosial, dan politik, 6 penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan finansial.
Pendekatan sistem memiliki dua hal umum sebagai tandanya, yaitu 1 dalam semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk
menyelesaikan masalah; dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membentuk keputusan secara rasional Marimin, 2005. Salah satu dasar utama untuk
mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan
pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam
sebuah model. Sistem yang diberi abstrak dan deskripsi yang disederhanakan memudahkan penggunaan model untuk menentukan usaha-usaha penelitian atau
menguraikan garis besar suatu masalah untuk pengkajian yang lebih mendetail.
2.8.2 Verifikasi dan Validasi Model
Verifikasi model dilakukan sebagai proses uji sahih untuk mengetahui berbagai kelemahan maupun kekurangan, serta identifikasi berbagai persoalan
yang harus diantisipasi dalam kaitan penerapan kebijakan yang dihasilkan Eriyatno Sofyar, 2007. Menurut Hartrisari 2007 kata verifikasi diartikan
sebagai menyatakan kebenaran, ketepatan atau kenyataan to establish the truth, accuracy or reality, sedangkan kata valid didefinisikan sebagai mendapatkan
hasil kesimpulan yang benar, berdasarkan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
Validitas adalah salah satu kriteria penilaian keobyektifan yang ditunjukkan dengan sejauh mana model dapat menirukan fakta Muhammadi et al., 2001.
Sementara validasi model memiliki berbagai teknik untuk melaksanakannya. Teknik-teknik validasi tersebut antara lain: 1 animation, 2 comparison to the
other models, 3 degeneration test, 4 event validity, 5 test extreme condition, 6 face validity, 7 faxed values, 8 historical data validation, 9 historical
method, 10 internal validity, 11 multistage validity, 12 operational graphic, 13 parameter variability-sensitivity analysis, 14 predictive validation, 15
traces dan 16 turing test. Studi ini memanfaatkan face validity terhadap para pakar guna memeriksa kesesuaian antara prilaku model dengan prilaku sistem
yang diwakilinya.
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km
2
. Secara administratif DAS Citarum meliputi enam kabupaten yaitu: Karawang, Purwakarta, Subang, Cianjur,
Sumedang, Bandung, serta dua kota yaitu: Bandung, dan Cimahi lihat Gambar 8. DAS Citarum memiliki fungsi strategis karena melayani kebutuhan air
berbagai sektor yaitu untuk pertanian irigasi, air minum, industri dan PLTA. Berdasarkan potensi ekonomi, lingkungan dan sosialnya, stakeholders DAS
Citarum tidak hanya masyarakat pada wilayah diatas, tetapi juga termasuk masyarakat DKI Jakarta yang mengkonsumsi air minum yang berasal dari DAS
Citarum. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 bulan dari bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2011 dari tahap persiapan, survey dan pengumpulan data,
analisis dan penulisan disertasi.
Gambar 8 Lokasi penelitian DAS Citarum
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai Gambar 9. Tujuan penelitian pertama dicapai dengan beberapa tahapan
yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan MDS multi dimensional scalling untuk mendapatkan
status keberlanjutan DAS Citarum.