Pada level kinerja, yang memiliki bobot terbesar adalah transparansi dan akuntabilitas yaitu sebesar 0,236. Kemudian secara berturut-turut prioritas
terbesar sampai terkecil adalah: 1 Transparansi dan Akuntabilitas; 2 SDM; 3 Pendanaan; 4 Efektivitas; 5 Kesesuaian Mandat lihat Gambar 50.
Gambar 50 Grafik kriteria level kinerja. Sedangkan pada level alternatif model lembaga pengelola yang memiliki
bobot terbesar adalah model Perum jasa Tirta PJT yaitu sebesar 0,565. Kemudian secara berturut-turut prioritas berikutnya adalah: 1 Model PJT; 2
Model Balai Besar Wilayah Sungai BBWS dan 3 Model Balai Besar Pengelolaan Sumberdaya Air BPSDA lihat Gambar 51.
Gambar 51 Grafiklevel alternative Hasil diatas menunjukan bahwa alternatif lembaga pengelola yang dianggap
paling tepat untuk menjalankan fungsi RBO adalah PJT II.Tujuan yang memiliki prioritas paling tinggi adalah kesejahteraan masyarakat.Sedangkan faktor yang
0,243 0,565
0,192
0,216 0,194
0,236 0,193
0,161
memilki prioritas paling tinggi adalah kelestarian sumber air dan kinerja yang paling utama adalah akuntabilitas dan transparansi. Elemen-elemen ini akan
menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan model kebijakan.
6.2 Perumusan Model Dinamik
Sebagai salah satu sumber daya air yang vital bagi wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, DAS Citarum memiliki interaksi sistem sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Ketiga sistem dan interaksinya tersebut disimplifikasi menjadi model pengelolaan sumber daya air Citarum yang mencakup sub-model sosial
kependudukan, sub-model lingkungan, dan sub-model nilai ekonomi. Untuk memahami sistem tersebut dilakukan simplifikasi awal melalui
diagram lingkar sebab-akibat causal loop, seperti disajikan pada Gambar 52. Gambar tersebut menunjukkan setiap sub-model memiliki keterkaitan sebab-
akibat. Sub-model sosial kependudukan direpresentasikan oleh elemen penduduk, kebutuhan air, prilaku, dan kesejahteraan masyarakat, serta PJT II sebagai institusi
pengelola. Sub-model lingkungan direpresentasikan oleh elemen limbah, ipal, kualitas air, kuantitas air, lingkungan air, lingkungan, dan konservasi.
penduduk
cost recovery
kebutuhan air ketersediaan
air kesejahteraan
masyarakat biaya
limbah
kinerja prasarana
OPR ipal
kualitas air
lingkungan air
lingkungan kuantitas
air PJT II
prilaku revenue
pengendalian konservasi
+ +
- +
- +
-
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ -
+
Gambar 52 Causal loop model pengelolaan sumber daya air Sementara sub-model nilai ekonomi direpresentasikan oleh elemen
ketersediaan air, revenue, biaya, cost recovery, operasi dan pemeliharaan, serta rehabilitasi OPR, kinerja prasarana, dan pengendalian.
-
Sistem dinamik yang dibangun merepresentasikan hubungan saling bergantung dipengaruhi dan mempengaruhi; atau umpan balik feedback.
Hubungan saling mempengaruhi ini menunjukkan tiga aspek utama dalam pengelolaan sumber daya air, yaitu: kondisi kesejahteraan masyarakat yang
dicerminkan indeks pemenuhan kebutuhan air masyarakat; lingkungan yang dicerminkan indeks perbaikan lingkungan; dan nilai ekonomi yang dicerminkan
oleh cost recovery, yang secara langsung dan tidak langsung saling mempengaruhi. Pemicu permasalahan ini adalah bertambahnya jumlah penduduk,
yang selain menurunkan kondisi lingkungan, juga meningkatkan kebutuhan air dan kebutuhan lain yang terkait dengan air, sehingga menimbulkan kesenjangan
antara kebutuhan dengan ketersediaan air kondisi yang diharapkan. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan ini, dapat dilakukan peningkatan
operasi dan
pemeliharaan untuk
meningkatkan kinerja
infrastruktur; melaksanakan pengembangan untuk menambah ketersediaan prasarana sumber
daya air dan pengembangan. Adanya ketersediaan dana yang berasal dari biaya jasa pemeliharaan pengelolaan sumber daya air BJ-PSDA merupakan
revenueyang akan digunakan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air, melalui operasi dan pemeliharaan dan peningkatan sumber daya
manusia. Untuk pengembangan prasarana sumber daya air yang membutuhkan biaya besar, maka peran pemerintah melalui pendanaan DIPA masih diperlukan.
Ketersediaan dana tersebut secara langsung akan meningkatkan kondisi ekosistemdan peningkatan sumber daya manusia, antara lain dengan
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahap pengelolaan sumber daya air dan memupuk budaya cinta air dan lingkungan dan kebiasaan hemat air.
Sistem yang dibangun menunjukkan adanya suatu putaran umpan balik yang positif positive feedback loop yang saling menguatkan, yaitu: cost-recovery
ketersediaan dana operasi dan pemeliharaan kinerja infrastruktur pengelolaan sumber daya air. Putaran yang saling menguatkan ini sangat strategis,
dan perlu dipelihara keberlangsungannya. Putaran umpan balik penting lainnya adalah yang dimulai dengan adanya
kesenjangan pelayanan gap of services, meningkatkan pengembangan serta operasi dan pemeliharaan, meningkatkan kinerja infrastruktur dan meningkatkan
pengelolaan sumber daya air, sehingga kesenjangan akan berkurang. Putaran umpan balik ini merupakan putaran yang mencari kestabilan, yaitu titik optimal
pengelolaan sumber daya air yang dapat dilaksanakan dengan ketersediaan dana, teknologi, dan sumber daya manusia yang ada.
Gambaran di atas menunjukkan pentingnya peran lembaga Perum Jasa Tirta yang mampu mendanai operasi dan pemeliharaan melalui biaya jasa pengelolaan
sumber daya air sebagai suatu cost recovery, disamping masih diperlukannya peran pemerintah dalam melaksanakan pengembangan prasarana sumber daya air.
Semua sub-model tersebut ditransformasi menjadi stock flow diagram SFD sebagai penjabaran causal loop diatas disajikan dalam Lampiran 5.
Perilaku sub-model dijabarkan dalam aliran energi dan informasi dalam SFD dengan pendekatan matematis. Penyusunan SFD dan pendekatan matematisnya
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Powersim Studio 2005E. Tampilan menu model pengelolaan sumber daya air Citarum secara
berkelanjutan dibuat guna memudahkan alur simulasi yang akan dilakukan lihat lampiran 5. Menu model menampilkan judul dengan hyperlink pada setiap sub-
menu yang akan ditampilkan dalam simulasi. Sub-sub menu tersebut adalah causal loop; SFD; grafik dan tabel terkait penduduk; grafik dan tabel terkait
lingkungan; grafik dan tabel terkait ketersediaan air; serta grafik dan tabel terkait nilai ekonomi.Selain itu, tampilan menu juga mengakomodasi grafik dan tabel
validasi, serta persamaan yang digunakan dalam model tersebut.
6.2. 1 Perumusan Rancang Bangun Sub Model a
Sub-Model Sosial Kependudukan
Sub-sistem sosial kependudukan terdiri dari parameter utama berupa jumlah penduduk dan indeks pemenuhan kebutuhan air. Parameter turunan pertambahan
jumlah penduduk merupakan agregat dari adanya pertumbuhan penduduk berupa kelahiran dan imigrasi, serta pengurangan jumlah penduduk yang terdiri dari
kematian dan emigrasi. Penduduk dibedakan berdasarkan lokasi service area dari Waduk Jatiluhur sebagai penghasil sumber daya air yang dikelola PJT II.
Penduduk diklasifikasi menjadi penduduk yang berdomisili di DKI Jakarta dan di luar DKI Jakarta non-DKI. Stock flow diagram sub-model sosial kependudukan
disajikan dalam Gambar 53.