Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kategori
N Tamat SLTA
14 9.40
Tamat SD Tamat SLTP 87
58.39 Tidak Tamat SD
48 32.21
4.4. Hutan Rakyat Pola Kemitraan
Profile Perusahaan
PT. Xylo Indah Pratama adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kayu, mengkhususkan pada produk slat pensil, yang mempunyai
industri di beberapa tempat yang salah satu diantaranya terletak di Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas. Pembangunan hutan rakyat dengan pola
kemitraan oleh PT. Xylo Indah Pratama di Kabupaten Musi Rawas dimulai tahun 1996 yaitu sejak dikeluarkannya Surat Keputusan SK nomor 5103IV -PPH1995
yang pada prinsipnya mendukung pengembangan kayu pulai dan kayu Labu untuk bahan baku indutri pensil slat melalui budidaya dalam ben tuk hutan rakyat.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Musi Rawas nomor 3927KptsPerek1996 menetapkan target produksi PT. Xylo Indah Pratama dari
hasil penebangan kayu pulai dan labu telah ditetapkan maksimal 30.000 m3 per tahun. Kemudian dalam perkembangannya PT. Xylo Indah Pratama mempunyai
izin lokasi pemanenan dan penanaman kembali kayu pulai dalam wilayah Kabupaten Musi Rawas secara bertahap seluas 10.000 Ha dalam waktu 10 tahun.
Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri slat pensil, PT. Xylo Indah Pratama mendapatkan kayu pulai dari tegakan yang tumbuh di
lahan milik masyarakat, karena di Kabupaten Musi Rawas tegakan pulai tumbuh dengan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan termasuk di lahan milik
rakyat. Tegakan dengan diameter di atas 30 cm sudah dapat diolah oleh industri slat pensil. Untuk mempermudah pengangkutan kayu pulai dibuat bentuk balok
dengan panjang + 2 meter. Harga kayu pulai di tingkat petani pada saat ini sekitar
Rp. 400.000-Rp.600.000 per m3. Harga yang ditawarkan oleh perusahaan ini dipandang oleh petani cukup menarik sehingga mereka umumnya menyetujui
pada saat perusahaan mengemukakan rencana menjalin kerjasama dengan petani untuk mengembangkan hutan rakyat.
Dalam perkembangannya untuk menjamin kontinuitas pemenuhan bahan baku kayu dan ikut serta dalam melestarikan sumberdaya hutan serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat, PT Xylo Indah Pratama mengajak masyarakat untuk membangun dan mengembangkan hutan rakyat. Hutan rakyat yang dibangun
direncanakan seluas 10.000 Ha dan dikelola dalam 1 satu unit manajemen usaha perhutanan rakyat. Rencana pembangunan dilaksanakan secara bertahap selama
10 tahun sehingga setiap tahun dibangun hutan rakyat 1.000 Ha.
Pola Kemitraan
Pengembangan hutan rakyat melalui program Kredit Usaha Hutan Rakyat KUHR dimulai sejak tahun 1997 dengan sumber dana berasal dari Dana
Reboisasi DR Departemen Kehutanan. Keterbatasan modal bagi petani untuk mengusahakan lahannya telah mendorong pemerintah untuk menyediakan sarana
pemodalan berup a KUHR melalui kemitraan antara petanikelompok tani dengan pengusaha sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan no
49Kpts-II1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat. Dalam SK tersebut dijelaskan bahwa pengelolaan usaha hutan rakyat terdiri dari beberapa kelompok
tani dengan luas lahan minimal 900 Ha, dikembangkan pada lahan milik atau lahan yang dibebani hak-hak lainnya di luar kawasan hutan. Kredit diberikan
untuk jangka waktu paling lama 11 tahun. Pada awalnya seluruh kegiatan pembangunan hutan rakyat dibiayai oleh perusahaan, tetapi agar dapat
memanfaatkan Kredit Usaha Hutan Rakyat KUHR yang dikucurkan oleh Departemen Kehutanan maka perusahaan membentuk kemitraan dengan petani
untuk membangun hutan rakyat. Dalam mendapatkan KUHR ini perusahaan bertindak sebagai koordinator kelompok tani.
Permodalan berupa kredit usaha hutan rakyat KUHR sebesar Rp.2.000.000,00Ha disalurkan kepada petani dengan status pinjaman lunak
dengan bunga 6 selama 11 tahun. Modal dari KUHR tersebut dimanfaatkan
untuk kegiatan yang meliputi perencanaan, persiapan lahan, pembuatan persemaianpengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman, pengadaan
sarana prasarana hutan rakyat, perlindungan dan pengamanan hutan rakyat dan pemungutan hasilpemanenan. Dephut, 1997
Pemanfaatan KUHR untuk pembangunan hutan rakyat mengharuskan dibentuknya kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan mitra.
Perusahaan mitra diprioritaskan yang memiliki industri pengolahan kayu dengan harapan dapat membeli dan mengolah kayu hasil dari hutan rakyat yang dibangun
tersebut. Dengan demikian baik perusahaan mitra maupun petani hutan rakyat diharapkan tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil kayu untuk
pengembalian KUHR tersebut. Ditinjau dari latar belakang diterapkan nya pola kemitraan hutan rakyat
maka pengelolaan hutan rakyat diawali oleh kebutuhan bahan baku yang mulai terdesak, artinya kerjasama terlaksana karena adanya kepentingan perusahaan
mitra untuk memenuhi kebutuhan pasar yang kemudian berinisiatif mengadakan pola kemitraan, dengan demikian pola kemitraan ini tercipta dengan
mempersiapkan peluang pasar yang akan datang sehingga perlu disosialisasikan dan diyakini kepada pihak-pihak lain yang terkait petani mitra dan pemerintah
bahwa tanaman pulai juga mempunyai nilai ekonomis. Tahapan dalam proses kemitraan pembangunan hutan rakyat antara
perusahaan mitra dengan petani pemilik lahan adalah survei areal hutan rakyat, sosialisasi hutan rakyat pola kemitraan, pendataanpendaftaran petani peserta
kemitraan dan perjanjian kerjasama. 1 Survei Areal Hutan Rakyat
PT. Xylo Indah Pratama sebagai pihak penyelenggara kemitraan ini mensurvei areal mana yang layak dan berpotensi bagai pembangunan hutan
rakyat. Pertimbangan kelayakan ini dengan memperhatikan sebaran lokasinya, kedekatan dengan industri pengolahannya dan lain-lain. Berdasarkan Surat
Keputusan Dirjen RRL nomor 02KptsV1997 tentang petunjuk pelaksanaan pendanaan dan usaha hutan rakyat, penetapan lokasi usaha hutan rakyat yang akan
dibiayai dengan KUHR adalah sebagai berikut :
a Terletak di luar kawasan hutan, pada lahan usaha II transmigrasi. b Jarak antara lokasi usaha hutan rakyat dengan industri yang akan mengolah
kayu pasar tidak lebih dari 100 Km c Luas lokasi usaha hutan rakyat sekurang-kurangnya 900 Ha, dapat terdiri dari
beberapa kelompok yang membentuk 1 unit manajemen usaha hutan rakyat. d Kondisi lokasi topografi, ketinggian, kesuburan dan iklim sesuai dengan
jenis tanaman yang akan dikembangkan. Memperhatikan kriteria lokasi usaha hutan rakyat tersebut, maka wilayah
yang akan dikembangkan usaha hutan rakyat di Kabupaten Musi Rawas meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Bulang Tengah Suku BTS Ulu, Kecamatan
Muara Kelingi, Kecamatan Jayaloka, Kecamatan Megangsakti, Kecamatan Muara Beliti dan Kecamatan BKL Ulu Terawas. Keenam kecamatan tersebut terletak
pada radius di bawah 100 km dari lokasi pabrik yang terletak di kecamatan Muara Beliti. Karena merupakan wilayah pemukiman transmigrasi, lahan usaha II
transmigrasi pada kecamatan tersebut terdapat lahan yang luasnya lebih dari 900 Ha. Kondisi lokasi sesuai dengan jenis tanaman yang akan dikembangkan yaitu
tanaman Pulai, hal ini ditunjukkan dengan banyak dijumpainya tanaman pulai di lahankebun milik masyarakat.
2 Sosialisasi Hutan Rakyat Pola Kemitraan Dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi di daerah tersebut tentang
pembangunan hutan rakyat dengan pola kemitraan, bagaimana prosesnya dan prospeknya, gambaran ekonomi yang disampaikan oleh mitra kepada petani
bahwa kayu pulai mempunyai rata-rata pertumbuhan 4 cm per tahun sehingga pada umur 8 tahun sudah dapat ditebang. Pada tahun 1996 pada waktu mitra
mengawali pengembangan hutan rakyat harga kayu pulai Rp. 300.000 per m3. Apabila panen total hutan rakyat dilakukan pada umur 11 tahun sebagaimana
jangka waktu yang ditentukan dalam pengembalian Kredit Usaha Hutan Rakyat KUHR, maka rata-rata per pohon memiliki 0,5 m3. Jumlah pohon per hektar
1000 pohon, sehingga volumenya 500 m3 per Ha. Dan dengan harga Rp.300.000 per m3 berarti nilainya Rp. 150 juta per ha Irawanti et al, 2000
Bagi hasil yang dijanjikan dalam kemitraan ini adalah 50 - 50 setelah dikurangi kredit dan beban bunga serta biaya produksi sehingga minimal petani
dapat memperoleh pendapatan dari hutan rakyat Rp.50jutaHa11 tahun atau 4,5 jutaHatahun. Umumnya petani tidak mempunyai waktu atau biaya untuk
mengusahakan lahan tersebut sehingga tawaran tersebut cukup menarik. Tanpa mengeluarkan biaya atau tenaga mereka memperoleh pendapatan dari lahan
tersebut Irawanti et al. 2000 3 Pend ataan dan Pendaftaran Petani Peserta Kemitraan
Pihak perusahaan membuka kesempatan bagi petani untuk mendaftarkan diri untuk terlibat dalam pola kemitraan ini. Agar teknis pelaksanaan di lapangan
dapat lebih terkoordinor maka dibentuk kelompok tani hutan rakyat. Berdasarkan dampak sosialisasi hutan rakyat pola kemitraan, keikutsertaan masyarakat sebagai
petani hutan rakyat dalam program pembangunan hutan rakyat pola kemitraan dilatar belakangi oleh beberapa hal sebagai berikut Muhajir, 2001 :
a. Hasilnya dapat menjadi tabungan hari tua b. Bagi lahan yang terlantar atau belum sempat digarap oleh pemiliknya,
kegiatan ini dapat meningkatkan produktivitas lahan tidur tersebut. c. Mengurangi biaya perawatan lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen
akibat hama babi dan bahaya kebakaran karena perawatan dilakukan dengan intensif dan terkoordinasi secara massal.
d. Adanya manfaat lain yang secara ekonomi sulit untuk diukur tetapi secara nyata dapat dirasakan di lapangan antara lain pemberdayaan ekonomi
masyarakat, peningkatan pengetahuan masyarakat dan terciptanya kondisi lingkungan yang lebih baik.
4 Tanggung jawab, hak dan kewajiban peserta KUHR Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen RRL nomor 02KptsV1997 tentang
petunjuk pelaksanaan pendanaan dan usaha hutan rakyat, tanggung jawab, hak dan kewajiban peserta KUHR adalah sebagai berikut :
a Tanggung jawab, Kewajiban dan Hak Mitra Usaha 1 Tanggung jawab Mitra Usaha
a Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembangunan hutan rakyat b Akses pasar hasil produksi hutan rakyat
c Biaya operasional management cost selama kegiatan usaha hutan rakyat belum menghasilkan produksi kayu
d Membantu kelancaran pengembalian kredit beserta bunganya sesuai besarnya pinjaman dan jangka waktu kredit
2 Kewajiban Mitra Usaha a Membantu menyusun kegiatan perencanaan pembangunan dan
pengembangan hutan rakyat. b Membina dan membimbing petani peserta kredit usaha hutan rakyat
c Melaksanakan kegiatan usaha hutan rakyatsesuai dengan rencana yang telah disusun
d Menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan pembangunan hutan rakyat secara bulanan, semesteran dan tahunan
e Melibatkan petani pesaerta hutan rakyat dalam penyelenggaraan pembangunan usaha hutan rakyat
f Bersedia dan sanggup memenuhi menutup kekurangan biaya pelaksanaan pembangunan hutan rakyat
g Mentaati peraturan dan ketentuan tentang kredit usaha hutan rakyat 3 Hak Mitra Usaha
a Mendapatkan dana pembangunan hutan rakyat sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peserta kredit usaha hutan
rakyat. b Berhak menerima bagian hasil hutan rakyat sesuai dengan
kesepakatan antara mitra usaha dan petani peserta kredit usaha hutan rakyat.
c Mendapatkan pembinaan dan bimbingan dalam pengelolaan usaha hutan rakyat dari dinas instansi terkait
b Tanggung jawab, Kewajiban dan Hak Peserta a. Tanggung jawab peserta
a Penggunaan dan pengembalian kredit beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu kredit
b Keberhasilan pelaksanaan kegiatan usaha hutan rakyat
b. Kewajiban Peserta a Mentaati peraturan dan ketentuan tentang kredit usaha hutan rakyat
b Menyusun rencana kegiatan sebagai bahan rencana tahunan pembangunan hutan rakyat
c Melaksanakan kegiatan usaha hutan rakyat sesuai dengan rencana tahunan pembangunan usaha hutan rakyat yang telah disusun dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang d Menanggung resiko secara tanggung renteng apabila terjadi
kegagalan dalam pembangunan hutan rakyat. c. Hak Peserta
a Menerima keuntungan dari pembagian hasil produksi usaha hutan rakyat sesuai dengan proporsi bagi hasil antara mitra usaha dan
petani peserta yang telah disepakati kedua belah pihak. b Mendapatkan pembinaan dan bimbingan dalam pelaksanaan
pengelolaan usaha hutan rakyat dari dinasinstansi terkait dan mitra usahanya.
c Mendapatkan laporan keadaan fisik dan keuangan kredit usaha hutan rakyat.
d Menyampaikan saran teknis dalam rangka mendukung keberhasilan usaha hutan rakyat.
Dalam kemitraan antara pihak perusahaan mitra PT. Xylo Indah Pratama dengan petani pemilik lahan terdapat kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk
perjanjian kerjasama yang diketahui oleh kepala desa setempat. Pihak mitra diwakili oleh Direktur PT. Xylo Indah Pratama dan pihak petani adalah kepala
keluarga yang namanya tercantum sebagai pemilik tanah. Adapun hak dan kewajiban kedua belah pihak diatur dengan jelas dalam surat perjanjian tersebut.
a Hak dan Kewajiban Perusahaan Mitra 1 Menanggung semua biaya dari pengadaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan penyiangan, pembokoran, pemangkasan dan penyemprotan herbisida sampai dengan siap panen
2 Membeli hasil kayu hutan rakyat dengan harga sesuai dengan harga pada saat itu.
3 Bersama-sama dengan petani menanggung pembayaran Iuran Hasil Hutan IHH dan iuran-iuran lainnya.
4 Mendapat 50 hasil kayu pulai b Hak dan Kewajiban Petani
1 Bertanggung jawab dalam pemberian batas pada lahan yang dikerjasamakan.
2 Bersama-sama dengan perusahaan mitra menanggung pembayaran Iuran Hasil Hutan IHH dan iuran -iuran lainnya.
3 Selama tanaman pulai gading belum siap tebang atau masa perjanjiannya belum berakhir tidak dibenarkan mempergunakan dan
menyewakan lahan kepada pihak lain kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak perusahaan mitra.
4 Ikut menjaga, mengawasi atas keamanan Pulai Gading dari pengerusakan dan bahaya kebakaran.
5 Menanggung pembayaran Pajak Bumi Bangunan PBB atas tanah 6 Mendapat 50 hasil kayu
7 Berhak atas tanaman pulai dan tanaman lainnya apabila setelah perjanjian tidak dilakukan penebangan
Bagi hasil 50 : 50 dalam perjanjian ini adalah sisa hasil usaha yaitu nilai jual kayu setelah dikurangi kredit dan beban bunga. Hal ini karena seluruh
kegiatan pembangunan hutan rakyat mulai dari persiapan lapangan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan dilakukan oleh perusahaan mitra
dengan pertimbangan keterbatasan petani baik dalam pengetahuan teknis maupun ekonomi serta pemodalan yang dikhawatirkan dapat menjadi kendala dalam setiap
pelaksanaan kegiatan. Dalam setiap kegiatan tersebut petani dilibatkan sehingga mereka menerima upah kerja.
Program pembangunan hutan rakyat dengan pola kemitraan ini hasilnya baru dapat dinikmati dalam jangka 10 tahun, untuk itu petani hutan rakyat harus
mempunyai alternatif sumber penghid upan, misalnya sebagai petani karet. Waktu
antara penanaman sampai dengan pemanenan yang cukup lama menyebabkan kayu sebagai komoditi hasil hutan rakyat masih menempati urutan “kurang
penting” di banding komoditi lain, sehingga dalam struktur pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat merupakan pendapatan sampingan atau tambahan
Hardjanto dalam Suharjito, 2000. Tetapi bagi sebagian anggota petani lainnya pembangunan hutan rakyat ini memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan
sehari-hari mereka karena bila karet mereka belum berproduksi ataupun kekurangan modal untuk membuka lahan, mereka masih bisa bekerja di ladang
masing-masing sebagai pekerja harian perusahaan mitra sekaligus bertumpangsari disana sehingga selain mempunyai tabungan juga mendapatkan penghasilan
sehari-hari. Dukungan sosial dari masyarakat dalam pembangunan hutan rakyat ini
merupakan hal yang paling berpengaruh dalam mencapai keberhasilannya. Untuk itu dalam membangun hutan rakyat perlu adanya kedekatan hubungan antara
masyarakat dan program pembangunan hutan rakyat. Dengan pola kemitraan hal tersebut dapat diatasi karena petani sebagai pemilik lahan merupakan pemilik
hutan rakyat tersebut, dimana gagal atau berhasilnya program pembngunan hutan rakyat akan berpengaruh kepada petani pemilik lahan. Disamping itu dengan
kemitraan dapat menghindarkan terjadinya konflik sosial yang berkaitan dengan lahan yang dikuasai oleh masyarakat, sehingga terjaminnya ketersediaan dan
kepastian lahan untuk pembangunan hutan rakyat dalam jangka panjang disamping tumbuhnya imagepandangan yang baik terhadap perusahaan.
Di lain sisi bagi pemerintah program ini menunjang dalam peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari pajak perusahaan, pelayanan jasa kepada
masyarakat yang menjadi kewajiban pemerintah menjadi terbantu seperti dalam hal penyediaan fasilitas umum, sarana prasaran sosial, pengembangan sumberdaya
manusia maupun peningkatan kesejahteraan massyarakat.
Pengelolaan Hutan Rakyat
Kegiatan pengelolaan hutan rakyat pola kemitraan dimulai dari kegiatan persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.
1 Persiapan Lahan Persiapan lahan merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya
penanaman. Lahan yang dimanfaatkan untuk pembangunan hutan rakyat 70 nya adalah lahan usaha I dan II milik transmigran yang letaknya agak jauh dari tempat
tinggal petani. Status hukum lahan yang dikerjasamakan tersebut 100 merupakan lahan milik rakyat dengan luas kepemilikan lahan yang sangat
bervariatif dengan rata-rata kepemilikan 2 – 5 ha per orang yang tergabung dalam kelompok tanu hutan rakyat. Areal yang diolah untuk dibangun hutan rakyat
tersebut pada awalnya merupakan lahan tidak produktif yang terdiri dari semak belukar 35 , alang-alang 60 dan lahan -lahan pertanian terlantar 5.
Dominasi tumbuhan tersebut memberikan petunjuk bahwa lahan-lahan tersebut merupakan areal kritis yang mempunyai resiko tinggi terhadap erosi dan bahaya
kebakaran, penyebaran unsur mikro yang tidak merata dan tanah cukup lama mengalami kepadatan.
Penyiapan lahan dilakukan sebelum dilakukan penanaman, areal harus dibersihkan dari pohon sisa, perdu dan semak belukar dengan menebang,
membabat atau menyemprot alang-alang dengan menggunakan grumoson. Setelah lahan bersih, pada tanah yang padat dan keras kemudian dilanjutkan dengan
pengolahan lahan yaitu dengan cara pencangkulan tanah sedalam 20-25 Cm. Bongkahan tanah dibalik dan digemburkan. Pada lahan yang miring pengolahan
tanah cukup dilakukan pada radius 1-2 meter sekitar lubang tanam agar tidak mudah terkena erosi.
2 Pembibitan Pembibitan untuk kegiatan pembangunan hutan rakyat dengan pola
kemitraan dilakukan oleh PT. Xylo Indah Pratama dengan membuat persemaian. Lokasi persemaian terletak tersebar di beberapa tempat yang mendekati tempat
lokasi penanaman, sehingga dap at menekan biaya pengangkutan dan mengurangi kematian atau rusaknya bibit akibat jarak angut yang jauh. Persemaian yang
pernah dibangun adalah 5 unit yang terletak di Rahma, Pagar Ayu, Jayaloka, SP5 dan SP7 dengan produksi masing -masing unit persemaian sebanyak 500.000
batang. Karena luas penanaman yang tidak begitu luas pada tahun 2006 ini, maka
pengadaan bibit dipusatkan di daerah Selangit dengan kapasitas bibit sebanyak 4 juta batang.
Pengelolaan hutan rakyat dengan pola kemitraan menggunakan sistem monokultur dengan jenis tanaman yang dikembangkan adalah jenis Pulai Gading
Alstonia scholaris dimana kayunya mempunyai sifat fisik dan mekanis cukup baik untuk bahan baku industri pensil slat. Bibit Pulai yang dikembangkan secara
generatif biji diperoleh dari pohon induk yang berasal dari kecamatan Kepahiang, Bengkulu. Dalam proses pelaksanaan kegiatan pembibitan selain
dengan jenis Pulai Gading juga dilakukan beberapa uji coba dengan jenis pulai darat. Meskipun sifat kayu kedua jenis tersebut hampir sama hanya pada
penampakan luar jenis pulai darat mempunyai kulit kayu yang lebih gelap dibandingkan pulai gading, ternyata pulai darat mempunyai persen tumbuh lebih
tinggi daripada pulai gading. Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka sejak tahun 2000 bibit yang digunakan dalam kegiatan penanaman dilakukan dengan jenis
pulai darat. 3 Penanaman
Penanaman dilaksanakan setelah lahan dipersiapkan dan bibit telah berumur 6 bulan atau ketinggian 40-60 cm dan telah siap tanam kegiatan penanaman
dilakukan. Waktu pelaksanaan di lapangan selain memperhatikan kondisi lahan juga menyesuaikan dengan musim yaitu pada waktu. Musim penghujan prioritas
penanaman dilaksanakan di lahan kering dan pada waktu musim kemarau dilaksanakan di lahan basahrawa. Pada tahun pertama 1997 pelaksanaan
penanaman jarak tanam yang digunakan adalah 3x4,5 m atau 726 tanaman per ha, hal ini ditujukan untuk memberikan ruang tumbuh untuk penanaman tanaman
campuran. Setelah memperhatikan pertumbuhan tanaman dan dengan pertimbangan efektifitas pemanfaatan lahan pada tahun 1998 dan selanjutnya
jarak tanam yang digunakan adalah 3x3m atau 1100 tanaman per ha. Hutan rakyat yang akan dibangun direncanakan seluas 10.000 Ha dalam
waktu 10 tahun, sehingga setiap tahun ditargetkan akan melakukan penanaman seluas 1.000 Ha. Sampai dengan saat penelitian pada tahun kesepuluh realisasi
penanaman pada pembangunan hutan rakyat adalah seluas 5.643,1 Ha dengan melibatkan 1.433 pemilik lahan di 6 kecamatan dan 26 desa di Kabupaten Musi
Rawas. Tidak tercapainya target luas penanaman disebabkan karena tidak tersedianya lahan dan dihentikannya kredit usaha hutan rakyat pada tahun 2000.
Perincian realisasi penanaman hutan rakyat dengan pola kemitraan disajikan sebagaimana pada Tabel 7. berikut:
Tabel 7. Realisasi Pembangunan Hutan Rakyat dengan Pola Kemitraan
Lokasi NO
Tahun Tanam
Kecamatan Desa
Luas Ha Jumlah
Pemilik Lahan
1. 1997
Muara Beliti Beliti Baru
73.1 14
Muara Kelingi Remayu
87.02 13
BKL Ulu Terawas Nibung
70.5 6
Terawas 10.61
1 Jayaloka
Ngestiboga I 156.64
89 Ngestikarya
56.75 9
Ciptodadi 125.02
11 Talang Kapuk
26.13 7
2. 1998
Muara Beliti Rantau Bingin
54 7
BTS Ulu SP 7 Kotabaru
479.5 40
Jayaloka Ngestiboga I
100.84 80
Ciptodadi 148.18
19 3.
1999 Megang Sakti
Pagar Ayu 287
128 Muara Beliti
Gegas 84
31 Muara Kati Baru
46 19
Muara Kelingi Lubuk Tua
429.5 178
Beliti 3 E 541.3
297 BKL Ulu Terawas
Babat 28.7
8 BTS Ulu
SP 7 Kotabaru 122.5
26 SP 8 Trijaya
130.5 19
SP 9 Bangun Jaya 517.25
103 Jayaloka
Sidodadi 52.5
28 4.
2000 Megang Sakti
Pagar Ayu 191.5
87 Rantau Kasih
174 68
Muara Beliti Pedang
172.5 38
BTS Ulu SP 5 Suka Makmur
476 56
5. 2001
BTS Ulu SP 6 Cecar
314.41 4
6. 2002
BTS Ulu SP 5 Suka Makmur
83.75 9
SP 6 Cecar 60.85
7 SP 9 Bangun Jaya
57.8 9
7. 2003
BTS Ulu SP 5 Suka Makmur
178.75 7
SP 6 Cecar 155
6 8.
2004 BTS Ulu
SP 5 Suka Makmur 60
3 Seberang Keruh
91 6
Sumber : Laporan Penanaman PT. Xylo Indah Pratama
Penanaman diawali dengan pemasangan ajir dan pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dibuat lebih kurang 1 bulan sebelum pelaksanaan
penanaman dimulai dengan ukuran lubang 30x30 cm. Pada waktu penanama terlebih dahulu plastik polybag dilepas, lubang ditimbun dengan tanah galian
sampai batas leher akar. Dalam pembangunan hutan rakyat di lahan petani, sampai dua tahun
pertama, sebelum antara tajuk tanaman pulai bersentuhan, petani dapat melakukan tumpangsari dengan tanaman pertanian di antara tanaman pulai dengan tanaman
padi atau kacang tanah. Sistem penanaman dengan pola pergiliran 1 kali padi 5-6 bulan dan 1 kali kacang tanah 4 -5 bulan. Dari tanaman tumpangsari diperoleh
hasil padi sekitar 8 kuintal sampai dengan 1 ton per hektar dan hasil kacang tanah sekitar 6 kuintal per ha. Petani yang berminat untuk tumpangsari ini dari
perusahaan mitra mendapat bantuan yang berupa pinjaman bibitbenih. Pinjaman tersebut dikembalikan lagi dalam bentuk benih setelah panen, tetapi apabila
mengalami gagal panen maka pengembalian benih dilakukan secara tempo.
Gambar 3 Tanaman Pulai Umur 2 Tahun pada Hutan Rakyat Pola Kemitraan di Kecamatan BTS Ulu
Gambar 4. Tanaman Pulai umur 2 Tahun pada Hutan Rakyat Pola Kemitraan di Kecamatan BTS Ulu
4 Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan hampir setiap tahun tetapi pemeliharaan intensif
dilakukan pada tahun pertama dan tahun kedua. Kegiatan yang dilaksanakan pada pemeliharaan meliputi penyiangan atau pembersihan lahan dari tumbuhan bawah,
pendangiran, penyulaman dan penjarangan. Penyiangan dilakukan dalam waktu yang tidak tentu dengan melihat tumbuhan bawah yang dirasakan mengganggu.
Dalam kegiatan penyiangan biasanya diikuti dengan pendangiran, yaitu membalik tanah untuk memperbaiki aeras i tanah.
Penyulaman hanya dilakukan sekali pada umur tanaman dibawah 1 tahun dengan mengganti tanaman yang mati atau tertekan, tetapi tidak semua tanaman
yang mati akibat kebakaran atau penyebab lain dilakukan penyulaman. Apalagi tanaman yang mati adalah tanaman yang telah berumur lebih dari 2 tahun.
Kegiatan penjarangan direncanakan akan dilakukan pada tahun ke 5 dan tahun ke 7, dengan melakukan penebangan tanaman yang tertekan atau kerdil
sehingga dapat memberikan ruang tumbuh yang lebih optimal bagi teg akan sisa. Tetapi sampai dengan saat penelitian kegiatan penjarangan terhadap tanaman yang
telah berumur 5 tahun atau lebih yaitu tanaman tahun 1997 dan 1998 dan 1999 belum dilakukan oleh perusahaan. Yang menjadi pertimbangan tidak
dilaksanakannya penjarangan tepat waktu disamping secara kualitas yaitu diameter masih dianggap kecil dan keberadaan lokasi tanaman yang tersebar, juga
disebabkan masih adanya bahan baku industri yang berasal dari tanaman pulai yang tumbuh secara alami, sehingga pelaksanaan penjarangan ditunda dan untuk
kebutuhan industri didahulukan kayu yang berasal dari tanaman yang tumbuh secara alami.
Kegiatan pemeliharaan ini, khususnya kegiatan penjarangan sangat diharapkan oleh petani karena dengan pertumbuhan 4 cm pertahun dengan umur
tanaman 5 atau 7 tahun sudah menghasilkan tanaman yang berdiameter cukup untuk masuk ke industri. Petani berharap akan mendapatkan hasil dari penjualan
kayu hasil penjarangan. Dengan tidak dilaksanakannya kegiatan pemeliharaan hutan rakyat tersebut,
maka kondisi pertumbuhan tanamannya pada beberapa lokasil tidak optimal, bahkan ada beberapa lokasi yang terbengkalai tidak terawat. Hal ini menimbulkan
ketidak puasan petani hutan rakyat yang menggantungkan pendapatan dari kegiatan hutan rakyat, baik yang berasal dari upah tenaga kerja maupun hasil
penjualan kayu hasil penjarangan. Selain itu menurut pertimbangan ekonomis produksi kayu pada akhir daur tidak layak karena menurunnya kualitas dan
kuantitas hasil kayu. 5 Pemanenan
Pemanenan direncanakan akan dilakuk an setelah tanaman berumur 10 tahun atau paling lambat 11 tahun, berarti pemanenan pertama akan dilakukan pada
tahun 2007 terhadap tanaman tahun 1997. Pelaksanaan pemanenan akan dilakukan dengan sistem tebang pilih untuk
tegakan pulai yang telah memenuhi standar industri. Pengelolaan sistem silvikultur dilaksanakan dengan menebang pohon yang berdiameter di atas 30 cm,
sedangkan yang berdiameter dibawah 30 cm akan ditebang pada tahun-tahun berikutnya sesuai dengan perencanaan.
V. HASIL PENELITIAN