2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

contoh untuk kegiatan perencanaan yang berupa penyusunan rencana dan program atau kegiatan evaluas i yang terlibat hanya sebagian masyarakat yaitu tokoh-tokoh nasyarakat. Selaian itu petani hutan rakyat banyak yang mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembangunan hutan rakyat. Berbeda dengan bayangan petani pada saat sosialisasi pada awal pelaksanaan kegiatan, dimana dalam pelaksanaan akan berjalan lancar dan pada saat pemanenan akan memberikan keuntungan. Banyak persoalan yang muncul setelah pelaksanaan kegiatan berjalan, misalnya tidak semua lahan yang ditanami dengan pulai menunjukkan hasil tanaman yang memuaskan dan belum diperolehnya hasil kayu dari hasil penjarangan. Kejenuhan tersebut diduga berkaitan dengan proses penyuluhan yang belum terlaksana secara efektif. Penyuluhan yang dilakukan hanya terbatas oleh perusahaan mitra dengan frekuensi yang semakin berkurang. Peran dari Dinas Kehutanan belum dilaksanakan secara optimal untuk mensinergikan kebutuhan petani hutan rakyat dengan kebutuhan perusahaan mitra. Sejak digulirkannya program ini sampai saat ini belum memberikan dampak yang nyata terhadap kesejahteraan, sikap masyarakat cenderung untuk tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mendatangkan manfaat secara langsung tanpa menunggu dalam waktu yang cukup lama. Pengaruh Kelembagaan Hutan Rakyat X

2. 2

terhadap Tingkat Partisipasi Dalam penelitian ini kelembagaan hutan rakyat adalah kelompok tani hutan rakyat yang diukur berdasarkan keberadaan dan peranannya di dalam kemitraan pada pembangunan hutan rakyat. Menurut Anwar 2001 kelembagaan muncul sebagai upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang semakin komplek dalam kehidupan masyarakat. Agar dapat berfungsi dengan baik, kelembagaan haruslah mapan solid and survive selama periode waktu tertentu yang ditunjukkan oleh dinamikanya yang terus berlangsung berdampingan dengan teknnologi dan pola kehidupan masyarakat, sehinggsa interaksi kelembagaan dengan kedua komponen tersebut mampu menciptakan kelembagaan dan teknologi baru yang sustanainable terhadap sumberdaya. Selain itu supaya institusi dapat berjalan dan ditaati oleh para anggotanya maka dalam institusi tersebut harus ada struktur insentif yang mengandung rewards dan sanksi sehingga masyarakat akan mentaatinya. Kelompok tani dalam pembangunan hutan rakyat ini dibentuk karena untuk memanfaatkan kredit usaha hutan rakyat KUHR dari Departemen Kehutanan yang mengaharuskan dibentuknya kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan mitra dan perusahaan bertindak sebagai koordinator kelompok tani. Oleh karena itu segera setelah adanya kesediaan petani untuk terlibat dalam kemitraan pembangunan hutan rakyat dibentuklah kelompok tani. Selain untuk mendapatkan kredit, kelompok tani ini memang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai wadah yang dapat mewakili keberadaannya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelembagaan hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap tingkat partisipasi, yang berarti keberadaaan dan peranan kelembagaan hutan rakyat mempengaruhi tinggi dan rendahnya tingkat partisipasinya pada kegiatan pembangunan hutan rakyat pola kemitraan. Petani memahami bahwa dengan adanya kelompok tani hutan rakyat, petani dapat saling memberikan informasi, koordinasi dengan perusahaan dapat lebih terjalin dan dapat lebih meningkatkan kerjasama antar petani sehingga dapat menunjang keberhasilan pembangunan hutan rakyat. Kemampuan masing-masing individu petani dalam hal berkoordinasi dengan pihak mitra berbeda-beda, dengan adanya wadah kelompok tani keberadaannya bisa terwakili. Keinginan-keinginan individu anggota kelompok tani dapat disampaikan kepada perusahaan mitra melalui kelompok tani, demikian juga sebaliknya informasi pasar atau informasi lainnya yang terkait dengan pembangunan hutan rakyat dapat diterima kepada petani secara cepat.dan lengkap. Menurut Widiarti 2002, pengembangan kelembagaan perlu dilakukan untuk mengatur hak petani dalam pemanfaatan hasil dan tanggung jawab kelestarian hasil hutan rakyat. Disamping itu pengembangan kelembagaan juga dimaksudkan untuk membina akses pasar dan hubungan saling menguntungkan antara petani dan dunia usaha melalui hubungan kemitraan. Posisi tawar, bargaining position, petani juga akan lebih kuat dengan menyatunya mereka dalam suatu wadah. Dalam peningkatan peran dan keberadaan kelembagaan ini, perlu adanya campur tangan dari pemerintah berupa pembinaan teknis yang lebih intensif dari pemerintah khususnya berkaitan dengan kemitraan, karena kemitraan merupakan hal baru bagi petani. Pengaruh Tokoh Masyarakat X

2. 3