3 Faktor Pengaruh Kelompok Dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberikan arah
terhadap tingkah laku seseorang. 4 Faktor latar belakang kultural
Orang dapat memberikan suatu persepsi yang berbeda terhadap obyek karena latar belakang kultural yang berbeda.
Menurut Sattar 1985 faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan reboisasi dan penghijauan adalah 1 Pendidikan,
2 Sosial Ekonomi, 3 Sosial Budaya dan 4 Penyuluhan. Sedangkan Mar’at 1984 menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah 1 pengalaman, 2 proses belajar, 3 cakrawala, dan 4 pengetahuan. Manusia mengamati obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai
oleh nilai kepribadiannya. Obyek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman dan proses belajar memberikan bentuk dan
struktur terhadap apa yang dilihat, sementara faktor pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap obyek psikologik tersebut.
Sarwono 1992 mengemukakan bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek dipengaruhi oleh kebudayaan termasuk di dalam adat istiadat dan umur.
Persepsi terhadap informasi yang disampaikan tergantung pada individu yang menerimanya. Bagaimana individu menafsirkan informasi yang diterima
tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikirnya.
2.5. Pengertian Partisipasi
Partisipasi sering disinonimkan dengan peran serta atau keikutsertaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah hal turut berperan
serta dalam suatu kegiatan. Menurut Davis dalam Sastropoetro 1988 mendefinisikan partisipasi
sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong untuk bersedia memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan
atau cita-c ita kelompok dan turut bertanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan bagi kelompoknya. Dalam pengertian partisipasi tersebut terdapat 3
gagasan pokok yang penting dan harus ada yaitu :
a Bahwa partisipasi itu sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan emosional, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan jasmaniah atau
fisik. b Kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan
kelompok, ini berarti bahwa terdapat rasa senang dan sukarela untuk membantu kegiatan kelompok.
c Tanggung jawab yang merupakan segi yang menonjol dari anggota karena semua orang yang terlibat dalam suatu organisasi mengharapkan agar
kelompok itu tujuannya tercapai dengan baik. Dengan demikian maka partisipasi tidak hanya melibatkan unsur fisik saja
tetapi lebih dari itu adalah keterlibatan psikis. Untuk dapat berpartisipasi diperlukan keterlibatan total, karena partisipasi yang diperlukan tidak hanya
berorientasi vertikal atau hanya mau melakukan sesuatu kalau ada perintah dari atasan, tetapi partisipasi yang bersifat aktif. Partisipasi aktif memerlukan
kesadaran mental masyarakat tentang sesuatu hal yang memerlukan keterlibatannya.
Soekanto 1982 mendefinisikan partisipasi sebagai suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam suatu proses kegiatan bersama dalam
suatu situasi sosial tertentu. Sedangkan menurut Cohen dan Uphoff 1977, partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya; keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program dan keputusan yang telah
ditetapkan melalui sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu organisasi; keterlibatan masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan serta
dalam evaluas pelaksanaan program. Raharjo 1983 memberikan pendapatnya bahwa berpartisipasi adalah
keikutsertaan suatu kelompok masyarakat dalam program-program pemerintah. Program pemerintah merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat desa.
Dalam kaitan ini maka masyarakat tidak hanya menerima saja tetapi dapat membantu proses pelaksanaannya. Dalam berpartisipasi mengandung makna
untuk memberi kesempatan berperan serta memanfaatkan sumberdaya manusia dalam usaha peningkatan pembangunan
Sejalan dengan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat sebagai partisipan aktif, Sihombing 1980 mengemukakan bahwa dalam konteks pembangunan,
partisipasi bukan semata-mata “kebaikan hati” para elit pengambil keputusan, akan tetapi partisipasi adalah hak dasar yang sah dari umat manusia untuk turut
serta merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan yang menjanjikan harapannya.
Partisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan, namun tidak berarti bahwa partisipasi hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Swasono 1995 bahwa partisipasi tidaklah hanya tahap pelaksanaan pembangunan saja,
tetapi meliputi seluruh spektrum pembangunan tersebut yang dimulai dari tahap menggagas rencana kegiatan hingga memberikan umpan balik terhadap gagasan
rencana yang telah dilaksanakan. Pengertian partisipasi oleh banyak ahli diartikan sebagai peranserta
masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan, maka akan merupakan upaya peran serta dalam pembangunan. Slamet 1990 dalam
Winarto 2003 mengatakan bahwa partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya suatu program pembangunan. Dapat dikatakan bahwa tanpa adanya
partisipasi masyarakat maka setiap pembangunan akan kurang berhasil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan akan melalui suatu proses belajar. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengalami proses belajar untuk mengetahui kesempatan-kesempatan
berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan seringkali kemampuan dan ketrampilan mereka masih perlu ditingkatkan agar dapat memanfaatkan
kesempatan-kesempatan tersebut. Menurut Laode 1981 dalam Winarto 2003 menyatakan bahwa kesempatan, kemampuan dan kemauan mutlak harus ada
dalam keseimbangan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak tercakup maka partisipasi tidak akan sempurna.
Menurut Goldsmith dan Blustain dalam Winarto 2003 masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika 1 partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah
dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. 2 partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang
bersangkutan, 3 manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dan 4 dalam proses partisipasi itu dijamin
adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat.
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi