penyuluh dari Dinas Kehutanan yang lebih berkompeten. Pemerintah sebagai fasilitator dituntut untuk lebih menitik beratkan pada kepentingan masyarakat
dalam pengembangan hutan rakyat ini. Berbagai kebijakan dalam pengelolaan hutan rakyat yang dituangkan dalam peraturan perundangan hendaknya tidak
saling tumpang tindih atau bahkan bertentangan tetapi hendaknya berlandaskan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang terwujud dalam program
pengembangan hutan rakyat yang lebih matang.
Pengaruh Status Sosial X
2. 7
. terhadap Tingkat Partisipasi
Status sosial menggambarkan kedudukan responden dalam struktur organisasi dan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan kedudukan dalam masyarakat
97,3 responden sebagai masyarakat biasa dan 2,7 sebagai pemuka masyarakat, sedangkan berdasarkan kedudukan dalam organisasi 97,3 sebagai
anggota biasa dan 2,3 sebagai pengurus organisasi. Dari hasil uji statistik meununjukkan bahwa status sosial tidak berpengaruh
nyata terhadap tingkat partisipasi. Tinggi atau rendahnya status sosial tidak memberikan pengaruh nyata terhadap partisipasi masyarakat pada kegiatan
pembangunan hutan rakyat pola kemitraan. Sebagian besar responden status sosialnya tergolong rendah, kead aan ini
menyebabkan rata-rata petani banyak mengandalkan orang lain yang mempunyai status sosial yang lebih baik pamong desa, tokoh masyarakat, pengurus
organisasi sosial untuk lebih aktif dalam kegiatan pembangunan hutan rakyat. Hanya orang -orang terten tu yang aktif dalam kegiatan pembangunan hutan rakyat
dan biasanya termasuk tokoh masyarakat. Meskipun demikian berdasarkan uji statistik status sosial bukan merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap
tingkat partisipasi.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pembangunan hutan rakyat pola
kemitraan yang dilaksanakan PT. Xylo Indah Pratama termasuk pada kategori sedang. Persepsi masyarakat ini karena hutan rakyat pola kemitraan
ini sesuai apa yang diinginkan masyarakat. Masyarakat menilai dengan adanya hutan rakyat ini berakibat baik terhadap lahan yang dimanfaatkan
untuk hutan rakyat yang antara lain dapat meningkatkan kesuburan lahan, meningkatkan produktivitas lahan. Masyarakat juga menilai bahwa
pembangunan hutan rakyat pola kemitraan ini memberikan manfaat kepada mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung.. Masyarakat menilai
pulai merupakan jenis tanaman yang mudah dan cepat tumbuh, sesuai dengan kondisi iklim dan tanah di Kabupaten Musi Rawas, mudah
dipasarkan dan harga kayunya relatif stabil. Terhadap pola kemitraan pada pembangunan hutan rakyat masyarakat menilai positif, karena dengan pola
kemitraan dalam pembangunan hutan rakyat ini petani mendapatkan jaminan adanya kepastian pembiayaan, kepastian bimbingan teknis dan kepastian
pemasaran 2.
Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat pola kemitraan adalah umur,
tingkat pendidikan, aktivitas penyuluhan dan pemahaman program. Umur yang semakin tua
tingkat persepsinya semakin rendah, sedangkan persepsi tinggi dijumpai pada petani yang masih muda. Semakin tinggi tingkat pendidikan terdapat
kecenderungan semakin meningkatnya persepsi. Dalam hal penyuluhan dengan semakin meningkat kualitas dan kuantitas penyuluhan semakin
meningkat pula persepsi masyarakat. Berhubungan dengan pola kemitraan dalam pembangunan hutan rakyat, semakin petani memahami dasar dan
manfaat pola kemitraan dalam pembangunan hutan rakyat semakin tinggi pula tingkat persepsinya.