2.2 HASIL BELAJAR
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh pembelajar dalam hal ini siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Ada perbedaan perilaku
siswa antara sebelum dan setelah proses pembelajaran Anni 2006. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar
kognitif, afektif dan psikomotorik selalu berhubungan satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri dalam proses pembelajaran, namun biasanya hasil belajar kognitif
lebih dominan daripada tipe hasil belajar yang lain. Guru lebih sering menilai hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran karena
dinilai lebih mudah. Walaupun demikian, bukan berarti hasil belajar afektif dan psikomotorik diabaikan. Hasil belajar yang berupa kognitif dapat dinilai melalui
teknik tes, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik dinilai dengan teknik non tes. Hasil belajar kognitif dinilai melalui tes objektif bentuk pilihan ganda
agar lebih mudah dalam penskoran, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik dilakukan melalui teknik nontes dengan bentuk observasi.
Benjamin Bloom dalam Sudjana 2004 membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban atau reaksi, dan penilaian.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
2.3 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang merupakan
sebuah program komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi disekolah dasar Slavin, 2010.
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara
menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting Sutarno H dkk, 2010. Namun CIRC telah berkembang bukan hanya
dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran kimia. Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, sukubangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan
pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
2.3.1 Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno 2005 memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: 1. Teams, yaitu
pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa; 2. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau
berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa
pada bidang tertentu; 3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; 4. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika
bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; 5. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas; 6.
Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; 7. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan
berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; 8. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi
pemecahan masalah.
2.3.2 Kegiatan pokok pembelajaran CIRC
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal atau permasalahan meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: 1. Salah satu atau
beberapa anggota kelompok membaca soal, 2. Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, 3. Saling membuat ikhtisarrencana penyelesaian soal, 4. Menuliskan penyelesaian soal
secara urut, dan 5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaanpenyelesaian Suyitno, 2005.
2.3.3 Penerapan model pembelajaran CIRC
Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1. Guru memberikan materi hukum dasar dan perhitungan kimia secara
singkat, pada penelitian ini dilakukan melalui media pembelajaran berbasis website.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok yang heterogen yang telah di
persiapkan sebelumnya. 3. Guru melatih siswa untuk mencari informasi melalui website.
4. Guru membagi tugas yaitu menyusun makalah sesuai judul yang telah
dipersiapkan. 5.
Guru membimbing siswa dalam mencari materi melalui website. 6.
Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik sebagai berikut.
6.1 Bersama-sama mencari referensi mengenai judul yang mereka
terima. 6.2
Bersama-sama menyusun makalah sesuai judul yang telah dibagi sebelumnya.
6.3 Salah satu anggota kelompok menjadi moderator diskusi.
6.4 Salah satu siswa menyampaikan makalah yang telah disusun
kelompoknya. 6.5
Siswa saling koreksi dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang jelas dalam makalah yang telah disampaikan.
6.6 Siswa mendiskusikan pertanyaan yang ditujukan pada kelompoknya.
6.7 Siswa menyerahkan hasil diskusi kelompok kepada guru.
7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru
mengawasi diskusi kelompok.
8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya.
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami materi yang telah disampaikan baik kelompoknya maupun kelompok lain.
10. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. 11. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya.
12. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah.
13. Guru memberikan tugasPR secara individual.
2.3.4 Kekuatan model pembelajaran CIRC
Secara khusus, Slavin dalam Suyitno 2005 menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut:
1. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
2. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. 3. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.
4. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. 5. Membantu siswa yang lemah.
6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.
2.4 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE
Media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar terdapat dalam komponen metodologi pembelajaran, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh
guru. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar
yang dicapainya Sudjana, 2009. Pembelajaran berbasis website yang populer dengan sebutan web-based training WBT atau kadang disebut web-based
education WBE dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknoloogi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka
kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis website Rusman, 2010. Dalam banyak literatur, nama
‘Web Based Learning’ juga disebut dengan nama e-learning atau juga On-Line learning Soekartawi, 2007. Pembelajaran
melalui elektronika atau e-learning tidak harus dipraktekkkan pada Pendidikan Jarak Jauh PJJ saja, tetapi juga dapat digunakan pada pembelajaran tatap
muka.Hal ini dapat terjadi tergantung pada macam teknologi pendukung yang dipakai dalam e-learning Soekartawi, 2007.
Ada 3 tiga fungsi e-learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu sebagai tambahan suplemen, pelengkap komplemen, atau
pengganti substitusi[4]. Dikatakan berfungsi sebagai suplemen tambahan, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi e-learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajibankeharusan bagi pesertadidik untuk mengakses materi e-learning. Sebagai komplemen berarti
materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement pengayaan atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
konvensional. Materi e-learning juga dapat berfungsi sebagai enrichment,apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai atau memahami materi
pelajaranyang disampaikan guru secara tatap muka fast learners diberikan kesempatan untuk mengaksesmateri e-learning yang memang secara khusus
dikembangkan untuk mereka Turino dkk, 2009. e-learning menjadi salah satu pilihan, dari sekian banyak ragam teknik
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena keunggulan yang dimiliki oleh e- learning itu sendiri. Keunggulan e-learning ini antara lain dapat dituliskan
sebagai berikut: 1. Berpotensi meningkatkan pemerataan dan akses pada peandidikan.
2. Berpotensi untuk meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing keluaran pendidikan.
3. Berpotensi meningkatkan good governance, akuntabilitas dan citra publik pendidikan Soekartawi, 2007.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mengakses informasi.Kegiatan belajar
dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh siswa tersebut.Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah
yang rumit untuk dipecahkan. Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyaratan utama yang perlu dipenuh yaitu adanya akses dengan sumber
informasi melalui internet.Selanjutnya adanya informasi tentang di mana letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan berada. Ada beberapa sumber data
yang dapat diakses dengan bebas dan gratis, tanpa proses administrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi yang hanya dapat
diakses oleh pihak yang memang telah diberi otorisasi pemilik sumber informasi.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan
cepat. Informasi yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di dunia.Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan
internet, dapat kita akses dari mana saja.Ini merupakan salah satu keuntungan belajar melalui internet. Mewujudkan pembelajaran berbasis website bukan
sekedar meletakan materi belajar pada website untuk kemudian diakses melalui komputer website digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti
kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Website digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak
dimiliki media kertas ataupun media lain. Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi website untuk pembelajaran
dengan meletakan materi belajar secara online, lalu menugaskan siswa untuk mendapatkan downloading materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu
mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke dosen juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan
proses belajar yang optimal. Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup.
Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang mengundang sejumlah sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas siswa unuk terlibat
dalam berbagai kegiatan belajar. Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi website ini dapat membantu proses belajar. Untuk kepentingan ini
materi belajar perlu dikemas berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula.
Adanya TI atau internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya Jaringan TI atau internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk
mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Aplikasi telnet seperti pada aplikasi hytelnet atau melalui website browser Netscape dan Internet Explorer. Sudah
banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian pendidikan, tugas akhir, tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan
melalui Internet. Tanpa adanya internet banyak tugas akhir, tesis, dan disertasi yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antarahli dan juga dengan siswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Makalah dan penelitian dapat dilakukan
dengan saling tukar menukar data melalui internet, via e-mail, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Batasan geografis bukan menjadi masalah
lagi. Dalam penerapan layanan pembelajaran berbasis e-learning seorang guru
dapat menggunakan model penerapan pembelajaran berbasis e-learning baik itu berupa selective model bila jumlah komputer hanya 1 unit, sequential model
bila jumlah komputer hanya 2 atau 3 unit, static station model jumlah komputer terbatas dan melibatkan penggunaan sumber belajar lain, dan laboratory model
model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet Rusman, 2010.
2.5 MATERI HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA