Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative integrated and reading composition (circ) dan metode think pair share (tps) di MTs Jam'iyyatul khair Ciputat

(1)

(TPS) DI MTs. JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Nurlela

NIM : 107015000361

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.


(2)

METODE PEMBELAJARAN COO P E RAT IVE INTEGRATE D AND READING COMPOSTTION (CrRCl DAN

ffrffK

pArR STTARE (TpS) DI

MTs. JAM'fYYATUL KTIAIR CTPI]TAT SKRIPSI

Disusun Untuk Memenu hi Persyaratan Mem peroleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S-Pd.) Bidang llmu Pengetahuan Sosial Oleh:

Nurlela

l[IM:

10?015000361

'\

-*,

Di bawah bimbingan:

O

IUW

Dr.Rukmina Ganibala. NI.Si IIIF : 1961 1 120199203020@

JURUS$I PENDIDIKAI\ IPS

FAKULTAS ILMU TARBTYAII DAN KE.GURTiAN UNTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYAT'ULLAII

JAKARTA


(3)

(TPS) di MTs. Jamiyatul Khair Ciputat disusun oleh Nurlela, NIM : 107015000361diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada29 November 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakart4 14 Desember

20ll

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Tanggal

Tanda Tangan

Drs. H. Nurochim. MM NIP. 19s9071 5 198403 1003

Sekretaris Sidang

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NIP. 1 973 0 42420080 r t 0 12 Penguji I

Dr. Muhamad Arif. M.Pd NrP. 1 9700 60 61997 021 002

Penguji II

Dr. Iwan Purwanto. M. Pd NIP. 1 973 0 42420080 I I 0 t2

Y#-a^

i?-(r

-aott

lLl'lt'20t1

t{-lL-uoll

-t---^-"-Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nurlena Rifa'i. MA. PH.D. NIP : 195910201986032001


(4)

<---i

Composition (CIRC) Dan Think Pair Share (TPS) Di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2011.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) Dan Think Pair Share (TPS)Di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC)dan Think Pair Share (TPS).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan Think Pair Share (TPS). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII-1 dan kelas VII-2 MTs.

Jam’iyyatul Khair Ciputat. Kelas VII-1 terdiri dari 27 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan Cooperative Integrated and Reading Composition

(CIRC). Kelas VII-2 terdiri dari 23 siswa, yang metode pembelajarannya menggunakan metode Think Pair Share (TPS). Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan dengan menggunakan metode pembelajaran

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan Think Pair Share

(TPS) dengan diperoleh nilai . Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share.

Kata Kunci : Hasil belajar siswa, Metode pembelajaran Cooperative

Integrated and Reading Composition, Metode pembelajaran Think Pair Share, perbedaan hasil belajar siswa.


(5)

ii ABSTRAC

NURLELA. NIM 107015000361. The Defference of Social Science Education Learning Student Achievement with Cooperative Integrated And Reading Composition (CIRC) Learning Method and Think Pair Share (TPS): study to

student of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat.Thesis. Jakarta: Social Science Education Program Faculty Of Tarbiyah And Teaching Science Of state Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN). 2011.

The objective of this research is to examine the defference of social science education learning student achievement with Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) and Think Pair Share (TPS) of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat, to compare the defference social science education learning student achievement by Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) and Think Pai Share (TPS), and know student’s response with cooperative learning applied.

The research is held 50 students from class VII of MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat that device to two group of experiment and control with the number of experiment group is 27 student and the number of control group is 23 student. Data were collected from test (30 items), and observation to know learning method process, using experiment design. Analyse data with t-test at signification

5 %.

The results of this research: There is the defference of social science education learning student achievement with Cooperative Integated and Reading Composition (CIRC) learning method and Think Pair Share (TPS), and obtained value 2,02 and 1,67. Hence can be said that Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) learning method is better than Think Pair Share (TPS) learning method.

Key Words : Student achievement, Cooperative Integrated and Reading Composition learning method, Think Pair Share learning method, deefference of student achievement.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Hanya ungkapan rasa syukur yang tiada terkira atas segala limpahan nikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang tak terhitung dari Illahi Rabbi, karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Nurlena Rifa’i. MA. Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Nurochim MM, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr.Rukmina Gonibala M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran, saran, pengarahan, ilmu serta motivasinya kepada penulisnya suntuk selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak H. Arsyad dan Ibu Hj. Aisyah yang senantiasa dengan tulus memberikan kasih sayang, doa serta motivasi kepada penulis dalam menjalani kehidupan.

7. Kepala sekolah dan para dewan guru di MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iv

9. Sahabat-sahabat tersayang penulis yaitu Siti Ngaisah, Ismi Lutfiyah, Nurlita Marya, Reyita Mardati Sakinah, Raga Wiranata, Wahyu Adhi Prasetyo dan Ade Komarudin yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Jakarta, November 2011


(8)

v

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran……….... . ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A.Deskripsi Teoritis ... 11

1. Hakikat Hasil Belajar ... 11

a. Pengertian Belajar ... 11

b. Prinsip-Prinsip Belajar ... 14

c. Teori-Teori Belajar ... 15

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar .... 16

e. Pengertian Hasil Belajar ... 18

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

2.Hakikat IPS ... 22

a. Pengertian IPS ... 22


(9)

vi

3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif ... 27

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 27

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 29

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 31

d. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

e. Asas-Asas Pembelajaran kooperatif ... 34

f. Metode Cooperative Integrated and Reading Composition 36 g. Metode Think Pair Share……… . 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

C.Kerangka Berfikir ... 40

D.Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 42

B.Tujuan Penelitian ……… . 43

C.Populasi dan Sampel ... 43

D.Metode Penelitian ... 44

E. Desain Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

G.Instrumen Penelitian ... 47

1. Definisi Konseptual ... 47

2. Definisi Operasional ... 47

H.Kalibrasi Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 48

3. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 48

4. Daya Pembeda ... 48

I. Teknik Analisis Data ... 49

J. Analisis Data ... 50


(10)

vii

C.Pengujian Hipotesis ... 63

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A.Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(11)

viii

Tabel 2. Kegiatan Penelitian ……… 42

Tabel 3. Desain Penelitian... 44

Tabel 4. Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 48

Tabel 5.Kriteria Daya Beda... 49

Tabel 6. Data siswa MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat ... 55

Tabel 7. Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Jam’iyyatulKhair Ciputat... 56

Tabel 8. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) ... 60

Tabel 9. Data hasil Posttest Siswa Kelompok Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) ... 60

Tabel 10. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Think Pair Share (TPS) ... 61


(12)

ix pertemuan pertama

Lampiran 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.1 pertemuan kedua

Lampiran 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.2 pertemuan pertama

Lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII.2 pertemuan kedua

Lampiran 6. Soal-soal pretest

Lampiran 7. Kunci jawaban soal instrumen penelitian Lampiran 8. Soal-soal postest

Lampiran 9. Pedoman wawancara dengan guru Lampiran 10. Lembar observasi penelitian

Lampiran 11. Lembar observasi proses belajar mengajar

Lampiran 12. Uji normalitas pretest metode cooperative integrated and reading composition (CIRC)

Lampiran 13. Uji normalitas posttest metode cooperative integrated and reading composition (CIRC)

Lampiran 14. Uji normalitas pretest metode think pair share (TPS) Lampiran 15. Uji normalitas posttest metode think pair share (TPS) Lampiran 16. Uji homogenitas penelitian

Lampiran 17. Uji hipotesis penelitian

Lampiran 18. Uji N-gain metode cooperative integrated and reading composition (CIRC)

Lampiran 19.Uji N-gain metode think pair share (TPS) Lampiran 20. Dokumentasi metode cooperative integrated and reading composition (CIRC)


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak cita-cita dan tujuan nasional. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu upaya untuk mengwujudkan cita-cita dan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba dalam buku Hasbullah,

“pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”1 Berdasarkan definisi di atas pendidikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang memiliki kualitas.

Pada saat ini berbicara tentang pendidikan adalah merupakan hal yang menarik, karena pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan pengembangan potensi diri.

Sementara itu, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, yaitu:

1

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. Revisi, h. 3


(14)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.2

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa untuk kelangsungan masa depannya. Sama halnya dengan bangsa Indonesia yang mengharapkan melalui pendidikan dapat mengembangkan masa depan bangsa, sebab melalui pendidikan pembentukan generasi penerus sebagai sumber daya yang berkualitas dapat dilakukan.

Proses pendidikan diawali ketika individu dilahirkan dalam lingkungan keluarga kemudian dilanjutkan dan dikembangkan melalui jenjang pendidikan formal, terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Di sekolah terjadi interaksi secara langsung antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Melalui sekolah peserta didik tidak hanya diberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga pemahaman moral dan keagamaan. Namun pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, akan tetapi keluarga dan masyarakat juga ikut bertanggung jawab.

Semua kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan meliputi peserta didik, guru, dan pembelajaran. Namun Salah satu unsur penting yang terdapat dalam pendidikan yaitu adanya guru. guru merupakan orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.

Pada dasarnya keberhasilan pendidikan salah satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Seorang guru harus terampil membelajarkan siswa, termasuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran seperti membuat satuan pelajaran, melaksanakan strategi belajar mengajar, memilih dan menggunakan media serta alat bantu pengajaran, serta memilih dan menggunakan metode-metode mengajar.3

2

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang SlSDIKNAS serta Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: DEPAG RI Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2007), h. 5

3

Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 59


(15)

Kegiatan belajar mengajar di kelas yang diterapkan oleh guru, menempatkan siswa sebagai objek pendidikan dan guru sebagai subjek pendidikan, sehingga guru selalu menguasai proses belajar mengajar. para peserta didik hanya mendengarkan, sedangkan guru menerangkan dari awal pembelajaran hingga waktu jam pelajaran selesai, inilah situasi yang membosankan bagi para peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan hanya bersifat satu arah. Proses pembelajaran seperti itu akan menyebabkan peserta didik pasif dalam belajar, semua itu akan menghambat kreatifiitas dan aktifitas peserta didik dalam belajar.

Namun demikian, untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif tersebut tidaklah mudah. Pada kenyataannya, guru yang tetap dianggap sebagai sumber belajar yang utama. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas menempatkan siswa hanya sebagai pendengar pasif terhadap materi yang disampaikan oleh gurunya. Dalam hal ini menjadikan siswa menjadi malas belajar.

Mengajar pada hakekatnya adalah proses penyampaian pengetahuan atau pengalaman pada peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka dapat mencapai tujuan-tujuan belajarnya, pengajar mencoba menolong, membimbing, dan memotivasi peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan sesuai dengan tujuan belajarnya. Mengajar bukan hanya berupa pemberian materi kepada peserta didik, melainkan juga merupakan proses yang mengacu pada hasil belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik.

Mengajar merupakan suatu proses yang komplek yang tidak hanya sekedar menyampaikan informasi oleh guru kepada siswa tetapi banyak kegiatan yang harus dipertimbangkan dan dilakukan. Menurut Basyirudin Usman, “mengajar adalah suatu usaha untuk membuat siswa dapat belajar, yaitu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan terjadinya tingkah laku pada diri anak.”4

4

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h. 20-21


(16)

Jadi, secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif. Kedua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

Sedangkan kata belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah diartikan sebagai “serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.”5

Berlakunya perubahan-perubahan standarisasi kurikulum menuntut juga perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas).

Sebagai seorang pendidik, guru dalam mengajar memerlukan alat bantu sebagai penyampaian pesan, misalnya metode pengajaran yang guru gunakan untuk mempercepat proses yang lebih efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru akan berpengaruh terhadap cara belajar siswa yang mana antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya mempunyai cara belajar yang berbeda. Saat ini para pendidik terus-menerus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang variatif agar siswa tertarik dan bersemangat pada saat proses belajar.

Secara umum metode mengajar merupakan tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.6

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ), Edisi. Ke-2, h. 13

6


(17)

Pada saat sekarang ini masih banyak guru yang memiliki anggapan bahwa guru adalah sumber belajar yang paling utama namun, guru tidak mengembangkan wawasan yang dimilikinya dan guru hanya menggunakan sumber belajar hanya satu buku serta guru tidak menggunakan metode yang relevan dengan materi pembelajaran sehingga materi mata pelajaran IPS hanya merupakan materi yang merupakan hapalan dan hanya tersimpan dalam fikiran para peserta didik saja.

Mengajar bukan sekedar ceramah dan berdiri di depan kelas, akan tetapi bagaimana guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga lebih efisien dan efektif dalam mengkomunikasikan materi pelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam menghadapi tugas dengan cara terus menerus mengerjakannya sampai selesai walaupun dalam menyelesaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Salah satu upaya guru agar siswa memiliki motivasi yang tinggi adalah dengan menggunakan metode yang tepat.

Peserta didik bukan saja makhluk individu melainkan makhluk yang harus hidup dengan sesamanya. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik hal ini nampak pada hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.

IPS adalah pelajaran yang banyak berisi materi-materi, IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara. Pembelajaran IPS banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep materi IPS semata dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa ada pengolahan materi pelajaran yang melibatkan potensi siswa dan lingkungan


(18)

yang ada di sekitarnya. Banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran dan tidak menggunakan metode yang lainnya. Seorang guru yang mengajar hanya dengan metode ceramah saja, dan menyampaikan materi dengan tidak bersemangat dapat membuat peserta didik mengalami kebosanan saat belajar dan akibatnya adalah peserta didik menjadi tidak senang dengan pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan di MTs.

Jam’iyyatul Khair Ciputat diketahui bahwa mayoritas para guru di sana hanya

menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional seperti metode ceramah. Termasuk dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang hanya menggunakan metode ceramah saja. Sebagaimana kita ketahui dalam metode ceramah peserta didik hanya di tempatkan sebagai pendengar dan guru sebagai penyampai materi pelajaran. Hal ini tentu menyebabkan para peserta didik akan mudah bosan dan jenuh dengan suasana belajar yang terkesan monoton tersebut sehingga berdampak pula pada hasil belajar para peserta didik.

Apabila metode yang digunakan oleh guru hanyalah ceramah saja, maka peserta didik akan mudah lupa dengan pelajaran yang ia peroleh karena tidak adanya pengalaman yang menarik yang dialami oleh peserta didik tersebut, yang ada hanyalah pengalaman yang membosankan. Maka, dalam hal ini diperlukan metode lain guna menghidupkan semangat siswa dalam belajar.

Berdasarkan masalah-masalah yang diungkapkan di atas harus dicari penyelesaiannya untuk mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya hasil belajar IPS. Peningkatatan hasil belajar tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Dengan demikian diperlukan usaha untuk mencari menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik.

Salah satu strateginya adalah dengan pembelajaran kelompok, misalnya dengan pemberian tugas dan kerja kelompok atau kooperatif. Untuk itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat disarankan untuk dilakukan para guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran di kelas,


(19)

guru harus menggunakan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat melibatkan para siswa secara aktif untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Adapun metode pembelajaran yang bersifat kooperatif dan berpusat pada siswa, di mana para siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC).

Metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas yang dilakukan dengan cara peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru memberikan wacana atau kliping tentang materi yang telah dibahas sebelumnya. Kemudian peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada selembar kertas, kemudian peserta didik mengkomunikasikan hasil analisis wacana atau kliping tersebut di depan kelas. Selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipresentasikan oleh peserta didik. Kemudian peserta didik pun diberi kesempatan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Selain metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC), metode Think Pair Share (TPS) juga merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Di mana guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya, siswa meminta guru untuk berpasangan dan mendiskusikan sendiri apa yang telah mereka peroleh. Terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan siswa di kelas mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Dengan menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS), diharapkan para siswa tidak merasa jenuh dengan pelajaran IPS dan dengan metode ini juga mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Dalam penelitian ini akan diteliti tentang ada tidaknya perbedaan hasil belajar dengan menggunakan metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS).


(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dirancang untuk mengkaji “PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE

INTEGRATED AND READING COMPOSITION (CIRC) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DI MTs. JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT”

B. Identifikasi Masalah

Secara umum masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Kurang baiknya pelaksanaan proses belajar mengajar.

2. Kurangnya peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. 3. Suasana belajar yang membosankan.

4. Hasil belajar yang rendah.

5. Kurangnya kemampuan guru untuk menentukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah yang diteliti di batasi pada:

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru monoton dan kurang mengaktifkan peserta didik.

2. Rendahnya hasil belajar peserta didik di MTs. Jam’iyyatul Khair.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dibatasi yaitu metode

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share ( TPS), untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kedua metode pembelajaran kooperatif tersebut dan untuk mengetahui metode kooperatif mana yang lebih baik dari kedua metode tersebut dalam pembelajaran IPS.

D. Perumusan Masalah

Setelah di identifikasi dan ditentukan pembatasan masalahnya, maka perlu adanya perumusan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan


(21)

permasalahan yang telah disebutkan di atas, peneliti merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS siswa

dengan yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS) di MTs.

Jam’iyyatul Khair Ciputat?”. E. Tujuan Penelitian

Setelah identifikasi masalah dan batasan masalah selesai dirumuskan, maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan yang menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode Think Pair Share (TPS) di MTs.

Jam’iyyatul Khair Ciputat. F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

b. Bagi para peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang penerapan metode pembelajaran

Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) dan metode

Think Pair Share (TPS) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

c. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu di bidang pendidikan, sehingga dapat mengembangkan penerapan metode


(22)

pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, sebagai bahan rujukan agar dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan diterapkannya metode pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik.

b. Bagi Guru, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru agar dapat menggunakan metode lain dalam mengajar selain menggunakan metode ceramah, sehingga dapat mengajar dengan lebih efektif.

c. Bagi peserta didik, dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih berani untuk mengemukakan pendapat, ide, gagasan, dan saran yang mereka miliki dan memiliki motivasi untuk memperhatikan serta mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.


(23)

11 BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di sekolah.

Terdapat beberapa pendapat tentang belajar, yaitu yang pertama pengertian belajar Menurut Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti :

Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.1

Menurut Slameto, “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

1 Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 117


(24)

interaksi dengan lingkungannya.”2 sedangkan menurut Oemar Hamalik

“belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.”3

Menurut Zikri Neni Iska, pengertian umum belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived).4

Selanjutnya, belajar Menurut James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah, “belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”5 Sedangkan pengertian belajar Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.”6

Pengertian belajar menurut Cronbach dalam Yatim Riyanto:

Belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.7

Menurut S. Nasution, “belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari

2

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet. 5, h. 2

3

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. 4, h. 154.

4

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), Cet I, h. 76

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 12

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet.VIII, h.45

7

Yatim, Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efectif dan Berkualiatas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),Cet. 1, h. 5


(25)

perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.”8 Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi, “belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku

yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor.”9

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono “belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsang) yang terjadi.”10 Sedangkan pengertian belajar menurut M. Alisuf Sabri yaitu “suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.”11

Menurut UNESCO, ada empat pilar belajar yaitu: 1. Belajar untuk mengetahui (Learning to know).

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.

2. Belajar bekarya (Learning to do).

Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. 3. Belajar hidup bersama (Learning to live together).

Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa

8

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 35

9

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam DEPAG RI, 2009), Cet.1, h. 3

10

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi , ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h.45

11

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 56


(26)

bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama). 4. Belajar berkembang utuh(Learning to be).

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.12

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang perubahan tersebut berupa perubahan perilaku dan proses belajar tersebut terjadi berdasarkan latihan atau pengalaman atas suatu reaksi yang terjadi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dari berbagai pendapat tersebut ada elemen-elemen penting yang menjadi ciri seseorang disebut belajar. Elemen-elemen tersebut adalah perubahan tingkah laku, adanya interaksi dengan lingkungan, dan adanya perubahan yang relatif mantap.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang dianggap penting dan merupakan suatu pedoman dalam proses pembelajaran. Hal-hal tersebut menjadi acuan dalam proses pembelajaran Menurut Badudu dalam buku Yatim Riyanto, “kata prinsip berasal dari bahasa latin yang berarti dasar (pendirian, tindakan) atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama.”13 Berdasaran definisi di atas Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar.

12http://agussambeng.blogspot.com/2010/10/empat-pilar-belajar-menurut-unesco.html,

Akses: 5 mei 2011

13


(27)

Diantara beberapa prinsip belajar yaitu :

1. Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan perilaku siswa. 2. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari

luar individu.

3. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berfikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

4. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti. 5. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih

efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan hapalan saja. 14

Selain itu menurut Slameto dalam buku Yatim Riyanto ada beberapa prasyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu sebagai berikut:

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi akif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang

kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.15

Berdasaran pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam belajar.

c. Teori-teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi di proses di dalam pikiran peserta didik itu. Berdasarkan suatu teori belajar diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik.

14 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 302


(28)

Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: 1. Teori Connectionism ( S-R Bond) Thorndike

Menurut Thorndike dalam Yatim Riyanto, teori-teori belajar memiliki hukum-hukum primer belajar yaitu, law of readiness yaitu kesiapan untuk bertindak timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan. Law of exercise and Repetation, yaitu sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan pendidikan, latihan dan pengulangan. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan cenderung dilupakan.16

Selain itu Mengajar Menurut Thorndike dalam buku Roetiyah N. K

yaitu “dengan mengadakan suatu perbuatan emosional menimbulkan respons pada anak, jadi perbuatan ini kalau sering diulangi menjadi suatu proses yang otomatis.”17

2. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Belajar bermakna menurut teori Ausubel yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian agar belajar lebih bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. 18

Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah, teori-teori belajar tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah dapat tercapai dengan baik dan juga agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor–faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor

16

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran…, h. 6 17

Roestiyah N.K, Didaktik/Metodik, ( Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 9

18

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, ( Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet.1, h. 25


(29)

intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar. faktor dari dalam banyak dipengaruhi dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan luar. Menurut Slameto, “Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi”.19 Faktor jasmaniah merupakan faktor yang berkaitan dengan masalah fisik peserta didik “faktor jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal”.20

Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.21

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.”22

Sedangkan Faktor eksternalnya yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga, faktor keluarga yang dimaksud yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi orang tua.

19

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang …, h. 54

20 http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses- belajar/, Akses 7 Maret 2011

21

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang …, h. 59

22


(30)

Sedangkan faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Selanjutnya faktor masyarakat, masyarakat juga merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh masyarakat bisa dilihat dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media. Teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.23

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terbentuknya suatu pembelajaran yang efektif yang dimiliki oleh para siswa akan tumbuh tidak hanya dari faktor yang berasal dari kondisi badan siswa yang belajar yang dapat berpengaruh dalam proses belajar, akan tetapi proses pembelajaran yang efektif itu akan tumbuh diikuti dengan faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau lingkungan para siswa tersebut yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi proses belajarnya, agar dia mudah dalam menangkap dan memahami pelajaran dan juga mudah mengingat pelajaran tersebut.

e. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dalam belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang hasil belajar yaitu:

Menurut Abdurrahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional.”24

23

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang …, h. 60

24

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), cet.1, h. 14


(31)

Menurut Kunandar, hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.25

Sedangkan menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a). keterampilan dan kebiasaan, (b). pengetahuan dan pengertian, (c). Sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.26

Menurut Usman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya Dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan dalam menjadi tiga kategori, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesia dan evaluasi. Yang kedua yaitu domain afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni menerima atau memperhatikan, merespon, penghargaan, mengorganisasikan dan mempribadi. Dan yang terakhir yaitu domain psikomotorik, ada lima aspek domain psikomotorik, yakni, menirukan, memanipulasi, keseksamaan, artikulasi dan naturalisasi.27

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang keberhasilan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

25

Kunandar, Guru Profesional…, h. 229

26

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 22.

27


(32)

f.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (Eksternal). Faktor-faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu terdiri dari kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi serta cara belajar para peserta didik.

Kesehatan, Menurut Slameto, “sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.”28 Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil dari pada para siswa yang cenderung mempunyai tingkat intelegensi rendah. Menurut Oemar Hamalik, “murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ngingatnya.”29 Selain kesehatan dan intelegensi, Minat dan motivasi juga sangat mempegaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Abu Ahmadi, “kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik.”30

Faktor yang terakhir adalah cara belajar peserta didik. Cara belajar para peserta didik juga sangat menentukan keberhasilannya dalam proses pembelajaran. Seorang anak yang memiliki cara belajar yang baik cenderung akan lebih berhasil dalam proses belajarnya, begitu juga sebaliknya anak yang memiliki gaya belajar yang buruk akan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah.

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang …, h. 54

29

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 33

30


(33)

Sedangkan faktor eksternal (luar) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, Faktor eksternal yang pertama yaitu Lingkungan, Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang di sebut Ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Dua lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah yaitu (1.) Lingkungan Alami, yaitu lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. (2.) Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas.31

Selain itu faktor Instrumental juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum, program, sarana prasarana, dan guru. Kurikulum, Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan kepada anak didik belum guru programkan sebelumnya. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Jadi kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

Program, setiap sekolah mempnyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi ke mana proses belajar itu berlangsung. Jadi secara langsung program pendidikan dan pengajaran juga turut menentukan hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik. Jadi secara tidak langsung sarana dan prasarana juga menentukan hasil belajar yang diperoleh siswa.

31


(34)

Dan yang terakhir dari faktor instrumental yaitu guru. Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Tidak gampang untuk menjadi seorang guru yang profesional, dibutuhkan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Seorang guru yang professional juga akan menentukan hasil belajar siswa yang di didiknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya nilai suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Sesuai dengan yang tertera didalam UU Sisdiknas No.20/2003 Bab

X pasal 37 bahwa Kurikulum dasar pendidikan dan menengah pendidikan memuat salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial.”32

Pengertian IPS Menurut Syafruddin Nurdin, yaitu IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Bahkan pada sebagian Pergurua Tinggi, ada juga dikembangkan IPS ini sebagai salah satu mata kuliah, yang sasaran utamanya adalah pengembangan aspek teoritis, seperti yang menjadi penekanan social sciences. Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial yang ada di sekitar mereka.33

Menurut Enok Maryani, IPS adalah bahan kajian yang terpadu (interdisipliner) yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.”34

32

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang SlSDIKNAS seta Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen…, h. 16

33

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), cet. 1, h. 22.

34

Enok Maryani, Kajian Ilmu Sosial (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), (Ciputat: FITK Jurusan Pendidikan IPS UIN Jakarta, 2007), h. 34.


(35)

Menurut Sardjiyo, “IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat

ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.”35

Menurut Sapriya,

“pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.”36

IPS menurut Etin Solihatin dan Raharjo, yaitu:

IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang mengembangkan kurikulum di AS ( Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu.37

S. Nasution mendefinisikan “IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.”38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai ke pendidikan menengah atas, bahkan pada tingkat perguruan tinggi sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari.

35

Sardjiyo, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), Cet. 9, Ed. 2, h. 1.32.

36

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. 11

37

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS),

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, cet. 3, h. 14

38 http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/.diakses pada tanggal 24 Februari 2011.


(36)

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata Negara.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:

1. Geografi meliputi manusia, tempat dan lingkungan. 2. Sejarah meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya.

4. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan.39

Pokok bahasan atau topik yang terdapat dalam mata pelajaran IPS tidak semata-mata didasarkan atas kepentingan ilmu-ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu politik dan sejarah secara terpisah-pisah, akan tetapi IPS merupakan integrasi dari beberapa macam ilmu sosial di atas.

c. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ada beberapa pendapat mengenai tujuan IPS, yaitu:

Menurut Sardiyo, “pembelajaran IPS bertujuan untuk membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.”40

39

Sardjiyo, Pendidikan IPS…, h. 25.

40


(37)

Menurut Sapriya tujuan IPS yaitu:

Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.41

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo, “tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”42

Menurut Syafruddin Nurdin, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.”43

Dari di beberapa pendapat di atas tujuan dari pembelajarn IPS adalah agar peserta didik dapat bersosialisasi terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu proses pembelajaran IPS di sekolah seyogyanya dapat terorgainisir dengan baik.

d. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.”44

Untuk meningkatkan hasil belajar IPS, dalam proses pembelajarannya harus menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode pembelajaran menarik dan interaktif, dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek

41

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep …, h. 12

42

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning …, h. 15

43

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan …, h. 24.

44http://re-searchengines.com/0408trimo.html,


(38)

belajar. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan para peserta didik baik pada aspek koginitf, afektif dan psikomotor sehingga tercapai hasil belajar yang sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan.

Keberhasilan hasil belajar IPS Terpadu adalah tercapainya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas Tujuh (VII) SMP/MTs semester genap berdasarkan Standar Isi, Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

Tabel 1

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS Terpadu kelas VII:45

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Memahami usaha manusia untuk mengenali

perkembangan lingkungannya

4.1 Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan

4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi 4.3 Mendeskripsikan kondisi geografis dan

penduduk

4.4 Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan

5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa

5.1 Mendeskripsikanperkembangan

masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta

peninggalan-peninggalannya 5.2 Mendeskripsikan perkembangan

masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya

5.3 Mendeskripsikan perkembangan

masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa

6. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat

6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

45 http://gusschool.wordpress.com/2010/10/24/standar-kompetensi-dan-kompetensi-dasar-ips-smp/, Akses: 16 Maret 2011


(39)

6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi,

produksi, dan distribusi barang/jasa 6.3 Mendeskripsikan peran badan usaha,

termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi 6.4 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam

tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan

Agar belajar IPS meningkat diperlukan situasi, cara dan metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik pikiran, pendengaran maupun pengelihatan dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara total adalah pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC). Selain itu metode pembelajaran ini juga melatih peserta didik untuk bekerja sama dan saling menghargai pendapat orang lain. Selain metode Cooperative Integrated and Reading Composition

(CIRC), metode Think Pair Share (TPS) juga merupakan metode yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan peserta didik dilatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan lebih luas kepada temen sekelompoknya

Dengan demikian hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial mengandung pengertian sebagai hasil kemampuan belajar peserta didik terhadap ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan untuk dapat mengarahkan seorang guru dalam mendesain pembelajaran dan membantu para peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. di bawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian metode pembelajaran, yaitu:


(40)

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu”.46 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terbaru mendefinisikan “metode adalah suatu cara yang telah diatur dan berpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan

dan sebagainya.”47

Sedangkan Menurut Basyirudin Usman, “metode pembelajaran adalah cara atau tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.”48

Menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks

transfer of knowledge dan transfer of values. Metode tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal.49

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.50

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh para pendidik untuk dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran

46

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung: PT.Refika Aditama, 2009), h. 55

47

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. 1, h. 281.

48

Basyirudin usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Ciputat press, 2002), Cet. 1, h. 4

49

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 122

50 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/, diakses pada tanggal 28 febuari 2010


(41)

yang baik adalah metode yang dapat membangkitkan motivasi belajar dan menciptakan kondisi belajar siswa yang sesuai dengan perkembangan mental siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Apapun metode yang digunakan, hendaknya guru dapat membawa suasana pembelajaran yang edukatif, dapat menempatkan peserta didik agar dapat terlibat langsung secara aktif dalam menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan belajar siswa adalah pemilihan metode pembelajaran. Salah satu metode dalam proses pembelajaran adalah metode kooperatif.

Menurut Kunandar, “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.”51 Menurut Etin Solihatin dan Raharjo,

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.”52 Menurut Isjoni dan Mohd Arif Ismail,

“pembelajaran kooperatif merupakan satu pendekatan mengajar di mana siswa bekerjasama di antara satu dengan yang lain dalam suatu kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang telah diberikan oleh guru.”53

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan meningkatkan pemahaman

51

Kunandar, Guru Profesional…, h. 337

52

Etin Solihatin,dan Raharjo, Cooperative Learning…, h. 4

53

Isjoni dan Moh. Arif Ismail, Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.1, h. 29


(42)

mengenai konsep-konsep materi yang dipelajari dengan cara bekerja bersama-sama dan membentuk kelompok-kelompok kecil.

Teori yang mendasari munculnya metode pembelajaran kooperatif yaitu teori konstruktivisme. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 54

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif unsur kerja sama yang lebih ditingkatkan dari pada unsur individualitas seorang siswa. Karena kita ketahui sering kali dijumpai siswa lebih mudah mengerti jika mendapat penjelasan dari temannya. Hal ini dapat dipahami, karena belajar atau bertanya teman tidak ada rasa malu, suasananya lebih akrab dan demokratis. Ada juga siswa dapat memahami jika telah menyampaikan pendapat kepada temannya.

Dengan bekerja sama dalam sebuah kelompok ini terbuka kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi serta berinteraksi, misalnya mengajukan pertanyaan, membahas ide-ide, belajar dari siswa lainnya, mengemukakan kritik yang bersifat membangun dan lain-lain. Dalam kerja sama itu pula siswa dalam mengerjakan tugas kelompok akan saling

54


(43)

menolong dalam kerja sama tersebut. Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembentukan pengetahuan.

Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan-keuntungan 0terhadap siswa, antara lain:

1. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar secara individu.

2. Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibanding pendapat perorangan.

3. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki (sence of belonging), dan menghilangkan egoisme. 55

Jadi dengan kata lain dapat didefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai satu pendekatan mengajar dimana murid bekerja sama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil dengan tujuan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

c. Tujuan Pembelajaraan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang metode ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain metode pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

55


(44)

saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. 56

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas maka pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif belajar untuk menghargai satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif keterampilan sosial berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya-jawab.

d. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi model pembelajaran kooperatif yaitu: 1)Think-Pair-Share (Belajar dengan Teman)

Strategi ini berguna untuk mendengarkan satu sama lain serta memiliki kesempatan waktu yang lebih banyak. Setelah berdiskusi berpasangan, siswa diharapkan akan dapat belajar berbicara dan mendengarkan orang lain. Urutan strategi pembelajaran kelompok Think-Share-Pair ini adalah

56


(45)

sebagai berikut:

a) Siswa mendengarkan, sementara guru memberikan pertanyaan atau tugas.

b) Siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban atau respon secara individu.

c) Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dan membicarakan tanggapan mereka.

d) Siswa kemudian diundang untuk berbagi tanggapan dengan seluruh kelompok atau pasangan lain.

2)Numbered Heads Together (NHT)

Strategi ini berguna untuk memeriksa pemahaman, untuk meninjau, sebagai obat penawar untuk seluruh kelas menjawab pertanyaan-format.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Siswa membentuk suatu tim dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk tiap siswa. Kelompok merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

a) Guru mengajukan pertanyaan langsung atau melalui LKS b) Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan

semua anggota tahu jawabannya. Jika perlu, ada anggota yang berfungsi mengecek jawaban dari masing-masing anggota. c) Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak

dan siswa dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan memberikan jawaban untuk disampaikan ke seluruh siswa di kelas.

d) Pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.

3)STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin atau suku).

b) Guru menyajikan pelajaran

c) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah dimengertinya kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap anggota kelompok tersebut memahami materi yang dimaksud.

d) Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis atau pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri.


(1)

UJI N-GAIN CIRC

NAMA PRETEST POSTEST T2-T1 Smaks-T1 N-Gain

Annisa Khoirolla 26 80 54 60 0.90

Ratu Shofiyah 30 63 33 56 0.59

Indah Melati Sukma 33 86 53 53 1.00

Dhea Aprilia 40 80 40 46 0.87

Dwi Yusuf 40 63 23 46 0.50

Andhika saputra 43 70 27 43 0.63

Devi Fitriani 43 63 20 43 0.47

Dianza Mega Zunaya 43 60 17 43 0.40

Dimas Ramadhan Dinata 43 80 37 43 0.86

Eriana Adinda Putri 46 66 20 40 0.50

Ferdinan Herdinansyah 46 60 14 40 0.35

Ikrima Fadlan Nurul Azizah 50 76 26 36 0.72

Muhammad gunawan 50 70 20 36 0.56

Alfira febriana 53 86 33 33 1.00

Fais Naufal ramadhan 53 70 17 33 0.52

Gisniawati 53 63 10 33 0.30

M. Saiful Anwar 53 66 13 33 0.39

Desi Indriani 56 86 30 30 1.00

sella Aprilia 56 83 27 30 0.90

Sinta Bella 56 63 7 30 0.23

Kiki Sakinah 60 83 23 26 0.88

M. Chandra Aprilianto 60 73 13 26 0.50

Sella Soka Mustika 63 83 20 23 0.87

oktavia savitri 66 76 10 20 0.50

Ayu Tiara Sari 70 70 0 16 0.00

Rizki Medianto 70 83 13 16 0.81

Rizka Medianto 73 76 3 13 0.23


(2)

Lampiran 19

UJI N-GAIN TPS

NAMA PRETEST POSTEST T2-T1 Smaks-T1 N-Gain

Adli Hibatulhaqqi 16 63 47 64 0.73

Rahma Yunida 30 60 30 50 0.60

Khoiron Febriansyah 33 60 27 47 0.57

M. Ade Rizki 33 76 43 47 0.91

Raga Al Qatri Putra 33 70 37 47 0.79

A. Fadilah Soleh 36 76 40 44 0.91

Andum Basuki 36 73 37 44 0.84

Angga Trianja tanjung 36 70 34 44 0.77

Diky rahmat 36 70 34 44 0.77

Intan 36 60 24 44 0.55

Ndaru Sholehah 36 60 24 44 0.55

Rahmat Saputra 36 66 30 44 0.68

Rendi Ferdinata 36 70 34 44 0.77

Dika Adelima Amin 40 70 30 40 0.75

Roni Herdian 40 66 26 40 0.65

Iko Mas Putra 43 66 23 37 0.62

Ridho Maulana 43 80 37 37 1.00

Ahmad 46 76 30 34 0.88

Rita Agustina 46 70 24 34 0.71

Siti Zubaidah 46 70 24 34 0.71

Nur Rohman 50 76 26 30 0.87

Ega Andreansyah 56 70 14 24 0.58

Rida Anisa 60 70 10 20 0.50


(3)

(4)

Lampiran 21


(5)

Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 A 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0

2 B 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0

3 C 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0

4 D 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

5 E 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

6 F 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0

7 G 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0

8 H 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1

9 I 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0

10 J 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1

11 K 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1

12 L 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0

13 M 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

14 N 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0

15 O 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0

16 P 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1

17 Q 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1

18 R 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1

19 S 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

20 T 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0

Jumlah 6 15 7 7 3 11 7 19 7 3 6 5 12 7


(6)

Item Soal

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 7

0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7

1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 14

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 11

0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7

0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11

0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 9

0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 13

1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 15

1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 16

0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 12

0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5

0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 7

0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 12

0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 13

1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6

0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 10

1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 15

0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 10

6 10 17 0 3 7 7 7 4 3 9 2 8 3 8 9

Jumlah UJI SOAL


Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN METODE TALKING CHIPS DI MTS JAMIYATUL KHAIR

0 3 88

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI.

0 1 48

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH MELALUI METODE PEMBELAJARAN CIRC Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Melawan Penjajah Melalui Metode Pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) pada S

0 2 14