PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS WEBSITE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK GRAFIKA BAKTI NUSANTARA

(1)

i

INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS WEBSITE

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK GRAFIKA

BAKTI NUSANTARA

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

FERDIAN MAHENDRA ALFARIZI 4301407063

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Ingatlah hanya dirimu yang bisa membuat nama FERDIAN MAHENDRA ALFARIZI berarti, selama aku masih hidup maka aku masih berguna untuk orang lain”

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Mbah roko yang selalu menunggu ceritaku setiap hari.

2. Ibu dan bapak yang tak pernah henti mendoakanku.

3. Adik – adikku yang selalu menyambutku dengan senyum dan canda.

4. Semua dosen kimia yang mendukungku tiada henti.

5. Semua sahabat di PKM MIPA yang selalu berbagi tawa denganku.

6. CEO Gardu Media dan keluarga besar Gardu Media yang selelu mendukungku.

7. Kakak - kakak yang tiada henti selalu memberiku semangat.

8. Keluarga besar Guslat MIPA tempatku berbagi segalanya.


(5)

v

Model Pembelajaran (Cooperative Integrated Reading And Composition) CIRC Menggunakan Media Berbasis Website Terhadap Siswa SMK Grafika Bakti Nusantara” dapat penulis selesaikan. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena tu, penulis ucapkan terima kasih kepada

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kebijakan kepada penulis selama kuliah;

2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyusun skripsi;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyusun skripsi;

4. Dra. Woro Sumarni, M.Si selaku pembimbing I dan Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi M.S. selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan motivasi sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan lancar;

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan;

6. Kepala SMK Grafika Bakti Nusantara yang telah memberikan izin penelitian;

7. Guru Kimia SMK Grafika Bakti Nusantara yang telah membantu proses penelitian;

8. Siswa kelas X-4 dan X-5 SMK Grafika Bakti Nusantara Semarang yang telah bersedia menjadi responden penelitian yang penulis laksanakan; 9. Ayah dan Ibu tercinta serta saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan


(6)

vi

10.Teman-teman Jurusan Kimia angkatan 2007 yang selalu memberi dukungan untukku.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan dan doa dari semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini mendapat karunia dan kemuliaan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, April 2014 Penulis

Ferdian Mahendra Alfarizi 4301407063


(7)

vii

Grafika Bakti Nusantara. Skripsi. Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Woro Sumarni, M.Si. dan Pembimbing II Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi M.S. Kata kunci : Metode CIRC, Media Berbasis Website dan model pembelajaran

kooperatif.

Hasil observasi di SMK Grafika Bakti Nusantara menunjukkan adanya minat belajar mata pelajaran kimia yang masih rendah karena siswa menganggap kimia susah dan sukar dipahami. Salah satu model pembelajaran CIRC menggunakan media berbasis website merupakan model pembelajaran yang didalamnya siswa dituntut kerjasama antar kelompok heterogen untuk memecahkan suatu masalah atau soal. Adanya media pendukung berbasis website yaitu laboratorium komputer beserta koneksi internet menjadi dasar pemilihan SMK Grafika Bakti Nusantara untuk menerapkan model pembelajaran CIRC dengan media berbasis website. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran CIRC dengan media berbasis website terhadap hasil belajar siswa, berapakah besar pengaruh penerapan model pembelajaran CIRC dengan media berbasis website terhadap hasil belajar siswa dan bagaimana tanggapan mengenai model pembelajaran CIRC dengan media berbasis website. Peneliti menggunakan prosedur research and development menurut sugiyono yang telah dimodifikasi. Besarnya pengaruh penerapan metode CIRC berbasis website terhadap hasil belajar materi pokok hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia kelas siswa X semester 2 SMK Grafika Bakti Nusantara sebesar 38,06 %. Hasil angket tanggapan siswa menyatakan bahwa sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran reaksi hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia menggunakan metode CIRC berbasis website. Dari analisis hasil angket tanggapan siswa, sebesar 7,14% siswa menyatakan sangat setuju dan 66,67% menyatakan setuju dengan pembelajaran metode CIRC berbasis website yang membuat siswa menjadi semakin mudah belajar kimia pada materi pokok hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada nilai pos tes siswa kelas eksperimen yang mencapai ketuntasan 95,24%.


(8)

viii ABSTRACT

Alfarizy, Ferdian Mahendra. 2013. Influence of CIRC Learning Model Using Web-based Media to The Students Achievement in SMK Grafika Bakti Nusantara. Final Project. Chemistry Education Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. Advisor I Dra. Woro Sumarni, M.Si. Advisor II Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S.

Keywords : CIRC learning model, web-based media, cooperative learning model. Based on the observation in SMK Grafika Bakti Nusantara, it shows that the students interest in learning chemistry is poor because they think that undrstanding chemistry is difficult. By the application of CIRC learning model using web-based media, students will need to cooperate in heterogeneous groups to solve a problem or questions. SMK Grafika Bakti Nusantara has some good supporting medium including computer laboratory with internet connection in which supports the CIRC learning model to be applied. This research aims to observe the influence of the CIRC learning model using web-based media, how large the infuluence of the application of the CIRC learning model using web-based media, and the responses of the students to the CIRC learning model using web-based media. This research uses the research and development procedure by Sugiyono. The value of the effect of CIRC learning model using web-based media of X grade students of SMK Grafika Bakti Nusantara in learning Matter and The Basic Laws of Chemistry is 38.06%. Based on the questionnaire, most of the students are interested in studying Matter and The Basic Laws of Chemistry by the appliation of CIRC learning model using web-based media. From the analysis of the student questionnaire, 7.14% of the students strongly agree and 66.67 % agree that the application of CIRC learning model using web-based media makes the to learn chemistry easier. It can be seen from the results of the research, 95.24 % of the students of the experimental class achieve their mastery in the post-test.


(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... ... 7

1.5 Penegasan istilah ……… ... 8

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Belajar ... 14

2.2 Hasil Belajar ... 16

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ... 17

2.4 Media Pembelajaran Berbasis Website ... 21

2.5 Hukum-Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia ... 25

2.6 Penelitian Pendukung Penerapan Metode CIRC dan Pembelajaran Berbasis Website ... . 25


(10)

x

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penentuan Objek ... 30

3.2 Variabel Penelitian... 31

3.3 Rancangan Penelitian ... 32

3.4 Instrumen Penelitian ... 32

3.5 Analisis Instrumen Pendidikan ... 35

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.7 Teknik Analisis Data ... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.2 Pembahasan ... 71

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(11)

xi

Tabel 2.Pola Rancangan Penelitian ... 34

Tabel 3.1 Kriteria Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 41

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 42

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Ujicoba ... 43

Tabel 3.5 Hasil Analisis Ujicoba Soal ... 44

Tabel 3.6 Data Awal Populasi ... 46

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 48

Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Biserial (Rb) ... 54

Tabel 3.9 Kategori Rata-Rata Nilai Afektif dan Psikomotorik Siswa ... 56

Tabel 3.10 Kategori Rata-Rata Nilai Tiap Aspek fektif dan Psikomotorik ... 57

Tabel 4.1 Data Awal Populasi ... 60

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 61

Tabel 4.3 Data Hasil Pretes Dan Pos Tes ... 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 64

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pihak Kanan ... 65

Tabel 4.6 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar ... 67

Tabel 4.7 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 69

Tabel 4.8 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.9 Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 72

Tabel 4.10 Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 73


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 30 Gambar 2. Alur Penelitian ... 59 Gambar 3.1 Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 80 Gambar 3.2 Perbandingan Nilai Afektif Kedua Kelas ... 83 Gambar 3.3 Pebandingan Rata-Rata Skor Aspek Hasil Belajar Psikomotorik .... 85 Gambar 3.4 Hasil Analisis Tanggapan Siswa Tentang Pembelajaran ... 87 Gambar 4.1. Siswa Mencari Referensi Materi Pembelajaran ... 233 Gambar 4.2. Siswa Mengerjakan Soal Kuis Yang Diberikan Oleh Guru ... 233 Gambar 4.3. Siswa Mengerjakan Eksplorasi Latihan Soal Di Depan Kelas .... 234 Gambar 4.4. Siswa Melakukan Presentasi Didepan Kelas. ... 234 Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Soal Pos Tes ... 235 Gambar 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 236


(13)

xiii

Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol ... 118

Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 140

Lampiran 5. Soal Uji Coba ... 143

Lampiran 6. Kunci Soal Uji Coba ... 153

Lampiran 7. Analisis Vadilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba instrument ... 156

Lampiran 8. Perhitungan Vadilitas Soal Pilihan Ganda ... 164

Lampiran 9. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 166

Lampiran 10. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 167

Lampiran 11. Reabilitas soal instrument ... 168

Lampiran 12. Instrument ... 170

Lampiran 13. Kisi-Kisi Instrument ... 176

Lampiran 14. Kunci Jawaban Instrument ... 178

Lampiran 15. Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal ... 179

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Hasil Ulangan Semester Gasal Kelas X-1 ...180

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Hasil Ulangan Semester Gasal Kelas X-2 ...181

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Hasil Ulangan Semester Gasal Kelas X-3 ...182

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Hasil Ulangan Semester Gasal Kelas X-4 ..183

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Hasil Ulangan Semester Gasal Kelas X-5 ...184

Lampiran 17. Uji Homogenitas Populasi ... 185

Lampiran 18. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 186

Lampiran 19. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 188

Lampiran 20. Data Nilai Pretes ... 190

Lampiran 21. Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 192

Lampiran 22. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai postes ... 193

Lampiran 23. Data Nilai Postes ... 196

Lampiran 24. Uji Normalitas Hasil Kognitif Kelas Eksperimen ... 198


(14)

xiv

Lampiran 26. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postes ... 202

Lampiran 27. Uji Hipotesis ... 203

Lampiran 28. Uji Pengaruh Antar Variabel ... 204

Lampiran 29. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen ... 206

Lampiran 30. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol ... 207

Lampiran 31. Penilaian Terhadap Aspek Afektif Kontrol ... 208

Lampiran 32. Penilaian Terhadap Aspek Afektif Eksperimen ... 210

Lampiran 33. Lembar Penilaian Afektif ... 212

Lampiran 34. Skor Rata-Rata Kedua Kelas ... 214

Lampiran 35. Lembar Penilaian Psikomotorik Dalam Diskusi ... 215

Lampiran 36. Analisis Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 221

Lampiran 37. Panduan Penilaian Ranah Afektif ... 222

Lampiran 37. Panduan Penilaian Ranah Psikomotorik ... 226

Lampiran 38. Angket Tanggapan Siswa ... 232

Lampiran 39. Dokumentasi ... 233


(15)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses terus menerus pada manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri. Kimia merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Pendidikan kimia disekolah diharapkan dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan ilmu kimia secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu dunia pendidikan kimia dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Guru kimia dituntut dapat membelajarkan siswanya dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang dapat merangsang pemikiran siswa.

Pembelajaran kimia dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan ketika guru dapat membuat siswa tertarik mempelajarinya. Hal ini tergantung pada kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dipakai tentu saja harus disesuaikan dengan materi pelajaran. Tuntutan pendidikan seperti kebutuhan akan kurikulum yang selalu berkembang, belajar


(16)

2

terbuka, belajar jarak jauh dan belajar secara luwes, mendorong dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara luas.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perkembangan ilmu dan teknologi. Sumber belajar semakin lama semakin bertambah banyak jenisnya, sehingga memungkinkan orang dapat memperoleh lebih banyak informasi. Pergeseran dari era industri ke era informasi menuntut perubahan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Di era informasi, peserta didik setiap saat dihadapkan pada berbagai informasi dalam jumlah jauh lebih banyak dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Informasi tersebut disebarkan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, dari yang berteknologi sederhana sampai yangsudah canggih seperti penggunaan CD-ROM, internet dan sebagainya sebagai media pembelajaran (Siregar, 2008).

Media pembelajaran yang dapat dipilih dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas. Saat ini, teknologi dan informasi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya telah banyak memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai salah satu alternatif penyedia sarana dan prasarana belajar berupa media pembelajaran berbasis teknologi agar suasana belajar menjadi kondusif untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi, memfasilitasi siswa agar lebih mudah memahami pelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan kognitifnya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan


(17)

dalam pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, setidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standar kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur (Koesnandar, 2008). Sehingga dipilihlah media pembelajaran berbasis website dalam penelitian ini.

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang merupakan sebuah program komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi disekolah dasar (Slavin, 2010). Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Sutarno H dkk, 2010). Namun CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran kimia.

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok-kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: (1). Teams, yaitu


(18)

4

pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa; (2). Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu; (3). Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; (4). Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; (5). Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas; (6). Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; (8). Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang bekerja untuk menyelesaikan suatu masalah, tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah hasil belajarnya


(19)

dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Oleh karena itu, diperlukanlah model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif diantaranya membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah kimia, dan terjadinya interaksi dalam kelompok yang dapat melatih siswa untuk menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Ada banyak model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran kimia yang memenuhi ciri pembelajaran efektif diantaranya model kooperatif tipe CIRC yang dapat membantu siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal.

Materi hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia dipilih Karen materi tersebut membutuhkan pemahaman dan siswa dituntut untuk menbayangkan model–model atom sehingga dapat dibuatkan animasi yang membantu siswa untuk memahami materi tersebut. Materi hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia dirasa cocok dengan model serta media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Dengan adanya kombinasi antara model dan media pembelajaran yang baru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia SMK Grafika Bakti Nusantara, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia. Hal tersebut tercermin dengan belum tercapainya nilai KKM sebesar 65%. Selain itu SMK Grafika Bakti Nusantara juga mempunyai jaringan internet wireless yang dapat diakses oleh seluruh siswa dan laboratorium komputer yang juga memiliki jaringan internet, hal tersebut merupakan salah satu pendukung pada penelitian


(20)

6

ini. SMK Grafika Bakti Nusantara perlu melakukan suatu inovasi yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan segala potensi serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah maupun oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.2.1Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.2.2Berapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.2.3Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.


(21)

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:

1.3.1Mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.3.2Mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.3.3Mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberi informasi tentang adanya pengaruh penerapan model pembelajaran CIRC menggunakan media berbasis website terhadap hasil belajar siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.4.2 Memberikan informasi tentang besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran CIRC menggunakan media berbasis website terhadap hasil belajar siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

1.4.3 Memberikan informasi tentang bagaimana tanggapan dan kesiapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran CIRC menggunakan media berbasis website.


(22)

8

1.5

Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran istilah, maka perlu diberikan penegasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.5.1. Pengaruh

Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:849). Mengacu pada pengertian tersebut, pengaruh adalah akibat atau hasil dari penerapan model dan media pembelajaran.

1.5.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition. Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal atau permasalahan meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1). Salah satu atau beberapa anggota kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal, (4). Menuliskan penyelesaian soal secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005).

1.5.3. Media Pembelajaran Berbasis Website

Dalam banyak literatur, nama‘Web Based Learning’ juga disebut dengan nama e-learning atau juga On-Line learning (Soekartawi, 2007). Pembelajaran berbasis website yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi


(23)

teknoloogi website dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis website (Rusman, 2010).

1.5.4. Hasil Belajar

Secara umum belajar bertujuan untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku orang yang belajar. Sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Hasil belajar adalah perilaku-perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004). Jadi, hasil belajar merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajar menerima ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar selama proses pembelajaran. Perubahan kemampuan ini meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

1.5.5. Materi Hukum Dasar dan Perhitungan Kimia Terdiri atas :

1. Hukum Dasar Kimia

1.1. Hukum Kekekalan Massa 1.2. Hukum Perbandingan Tetap 1.3. Hukum Perbandingan Berganda 1.4. Hukum Perbandingan Volume 1.5. Hukum Avogadro


(24)

10

2. Konsep Mol

2.1. Tetapan Avogadro 2.2. Definisi Mol 2.3. Massa Molar 2.4. Volume Molar 3. Perhitungan Kimia

Pembelajaran kimia dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan ketika guru dapat membuat siswa tertarik mempelajarinya. Hal ini tergantung pada kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dipakai tentu saja harus disesuaikan dengan materi pelajaran. Tuntutan pendidikan seperti kebutuhan akan kurikulum yang selalu berkembang, belajar terbuka, belajar jarak jauh dan belajar secara luwes, mendorong dimanfaatkannya berbagai sumber belajar secara luas.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perkembangan ilmu dan teknologi. Sumber belajar semakin lama semakin bertambah banyak jenisnya, sehingga memungkinkan orang dapat memperoleh lebih banyak informasi. Pergeseran dari era industri ke era informasi menuntut perubahan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Di era informasi, peserta didik setiap saat dihadapkan pada berbagai informasi dalam jumlah jauh lebih banyak dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Informasi tersebut disebarkan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, dari yang berteknologi sederhana sampai yang sudah canggih seperti penggunaan CD-ROM, internet dan sebagainya sebagai media pembalajaran (Siregar, 2008).


(25)

Dalam pendidikan, banyak dikenal berbagai macam media pembelajaran yang dapat dipilih dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas. Saat ini, teknologi dan informasi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya telah banyak memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai salah satu alternatif penyedia sarana dan prasarana belajar berupa media pembelajaran berbasis teknologi agar suasana belajar menjadi kondusif untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi, memfasilitasi siswa agar lebih mudah memahami pelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan kognitifnya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, setidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standar kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur (Koesnandar, 2008). Sehingga dipilihlah media pembelajaran berbasis website dalam penelitian ini.

Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis website lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online saja tidak cukup. Diperlukan sebuah desain model pembelajaran yang mengundang sejumlah siswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar di dalam website. Untuk mendukung hal tersebut, perlu dipilih suatu model pembelajaran yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran


(26)

12

dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Ciri-ciri pembelajaran efektif menurut Suyitno (2005) antara lain: (1). Penekanan pada belajar melalui berbuat; (2). Guru dapat memanfaatkan alat bantu mengajar secara optimal sesuai dengan kebutuhan siswa; (3). Mengatur kelas menjadi kondusif secara optimal; (4). Guru menerapkan pola kooperatif, interaktif, termasuk cara belajar kelompok, dan (5). Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang bekerja untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa mamahami konsep-konsep yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, Karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Oleh karena itu, diperlukanlah model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif diantaranya membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah kimia, dan terjadinya interaksi dalam kelompok yang dapat melatih siswa untuk menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Ada banyak model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran kimia yang memenuhi ciri pembelajaran efektif diantaranya model


(27)

kooperatif tipe CIRC yang dapat membantu siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal.

Materi hukum dasar dan perhitungan kimia dipilih karena materi tersebut membutuhkan pemahaman dan siswa dituntut untuk menbayangkan model–model atom sehingga dapat dibuatkan animasi yang membantu siswa untuk memahami materi tersebut. Materi hukum dasar dan perhitungan kimia dirasa cocok dengan model serta media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Dengan adanya kombinasi antara model dan media pembelajaran yang baru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil wawancara dengan guru kimia SMK Grafika Bakti Nusantara, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia. Hal tersebut tercermin dengan belum tercapainya nilai KKM sebesar 65%. Selain itu SMK Grafika Bakti Nusantara juga mempunyai jaringan internet wireless yang dapat diakses oleh seluruh siswa dan laboratorium komputer yang juga memiliki jaringan internet, dimana hal tersebut merupakan salah satu pendukung pada penelitian ini. SMK Grafika Bakti Nusantara perlu dilakukan suatu inovasi yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan segala potensi serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah maupun oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dirasa perlu untuk meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.


(28)

14

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1BELAJAR

Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan suatu hal yang menarik untuk dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan proses pembelajaran. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan linkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hampir semua ahli telah merumuskan dan membuat tafsiran tentang "belajar" diantaranya, yaitu: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya penerimaan, dan lain-lain yang ada atau terjadi pada individu tersebut (Sudjana, 2004).

Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2004) belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif (yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif (yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi) serta ranah psikomotorik (yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual atau ketepatan, gerakan-gerakan skill dan gerakan ekspresif dan interpretatif).


(29)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003).

Dari beberapa definisi tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam diri seseorang baik itu mengenai pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misal membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

Pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana perilaku guru yang efektif, dari beberapa teori belajar mendiskripsikan pembelajaran sebagai berikut:

a. Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku siswa.

b. Cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.

c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

d. Sedangkan pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual yang mengubah stimuli dari lingkungan seseorang dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.


(30)

16

2.2 HASIL BELAJAR

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh pembelajar dalam hal ini siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Ada perbedaan perilaku siswa antara sebelum dan setelah proses pembelajaran (Anni 2006). Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik selalu berhubungan satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri dalam proses pembelajaran, namun biasanya hasil belajar kognitif lebih dominan daripada tipe hasil belajar yang lain. Guru lebih sering menilai hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran karena dinilai lebih mudah. Walaupun demikian, bukan berarti hasil belajar afektif dan psikomotorik diabaikan. Hasil belajar yang berupa kognitif dapat dinilai melalui teknik tes, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik dinilai dengan teknik non tes. Hasil belajar kognitif dinilai melalui tes objektif bentuk pilihan ganda agar lebih mudah dalam penskoran, sedangkan hasil belajar afektif dan psikomotorik dilakukan melalui teknik nontes dengan bentuk observasi.

Benjamin Bloom dalam Sudjana (2004) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban

atau reaksi, dan penilaian.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.


(31)

2.3 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang merupakan sebuah program komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi disekolah dasar (Slavin, 2010). Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Sutarno H dkk, 2010). Namun CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran kimia.

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.Dalam kelompok-kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

2.3.1 Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC

Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: (1). Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa; (2). Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa


(32)

18

pada bidang tertentu; (3). Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; (4). Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; (5). Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas; (6). Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; (8). Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

2.3.2 Kegiatan pokok pembelajaran CIRC

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal atau permasalahan meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1). Salah satu atau beberapa anggota kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal, (4). Menuliskan penyelesaian soal secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005).


(33)

2.3.3 Penerapan model pembelajaran CIRC

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:

1). Guru memberikan materi hukum dasar dan perhitungan kimia secara singkat, pada penelitian ini dilakukan melalui media pembelajaran berbasis website.

2). Guru membentuk kelompok-kelompok yang heterogen yang telah di persiapkan sebelumnya.

3). Guru melatih siswa untuk mencari informasi melalui website.

4). Guru membagi tugas yaitu menyusun makalah sesuai judul yang telah dipersiapkan.

5). Guru membimbing siswa dalam mencari materi melalui website.

6). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik sebagai berikut.

6.1 Bersama-sama mencari referensi mengenai judul yang mereka terima.

6.2 Bersama-sama menyusun makalah sesuai judul yang telah dibagi sebelumnya.

6.3 Salah satu anggota kelompok menjadi moderator diskusi.

6.4 Salah satu siswa menyampaikan makalah yang telah disusun kelompoknya.

6.5 Siswa saling koreksi dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang jelas dalam makalah yang telah disampaikan.

6.6 Siswa mendiskusikan pertanyaan yang ditujukan pada kelompoknya. 6.7 Siswa menyerahkan hasil diskusi kelompok kepada guru.

7). Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi diskusi kelompok.


(34)

20

8). Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. 9). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami materi yang telah disampaikan baik kelompoknya maupun kelompok lain.

10). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator.

11). Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. 12). Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal

pemecahan masalah.

13). Guru memberikan tugas/PR secara individual. 2.3.4 Kekuatan model pembelajaran CIRC

Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut:

1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

2). Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

3). Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. 4). Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. 5). Membantu siswa yang lemah.

6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.

2.4 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE

Media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar terdapat dalam komponen metodologi pembelajaran, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar


(35)

yang dicapainya (Sudjana, 2009). Pembelajaran berbasis website yang populer dengan sebutan web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknoloogi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis website (Rusman, 2010).

Dalam banyak literatur, nama‘Web Based Learning’ juga disebut dengan nama e-learning atau juga On-Line learning (Soekartawi, 2007). Pembelajaran melalui elektronika atau e-learning tidak harus dipraktekkkan pada Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) saja, tetapi juga dapat digunakan pada pembelajaran tatap muka.Hal ini dapat terjadi tergantung pada macam teknologi pendukung yang dipakai dalam e-learning (Soekartawi, 2007).

Ada 3 (tiga) fungsi e-learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu sebagai tambahan (suplemen), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi)[4]. Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi pesertadidik untuk mengakses materi e-learning. Sebagai komplemen berarti materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi e-learning juga dapat berfungsi sebagai enrichment,apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai atau memahami materi


(36)

22

pelajaranyang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengaksesmateri e-learning yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka (Turino dkk, 2009).

e-learning menjadi salah satu pilihan, dari sekian banyak ragam teknik pembelajaran. Hal ini disebabkan karena keunggulan yang dimiliki oleh e-learning itu sendiri. Keunggulan e-learning ini antara lain dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Berpotensi meningkatkan pemerataan dan akses pada peandidikan.

2. Berpotensi untuk meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing keluaran pendidikan.

3. Berpotensi meningkatkan good governance, akuntabilitas dan citra publik pendidikan (Soekartawi, 2007).

Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mengakses informasi.Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh siswa tersebut.Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan. Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyaratan utama yang perlu dipenuh yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui internet.Selanjutnya adanya informasi tentang di mana letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan berada. Ada beberapa sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis, tanpa proses administrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi yang hanya dapat diakses oleh pihak yang memang telah diberi otorisasi pemilik sumber informasi.


(37)

Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat. Informasi yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di dunia.Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan internet, dapat kita akses dari mana saja.Ini merupakan salah satu keuntungan belajar melalui internet. Mewujudkan pembelajaran berbasis website bukan sekedar meletakan materi belajar pada website untuk kemudian diakses melalui komputer website digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Website digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain.

Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi website untuk pembelajaran dengan meletakan materi belajar secara online, lalu menugaskan siswa untuk mendapatkan (downloading) materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke dosen juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan proses belajar yang optimal. Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas) siswa unuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar. Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi website ini dapat membantu proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu dikemas berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula.


(38)

24

Adanya TI atau internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya Jaringan TI atau internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet) atau melalui website browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian pendidikan, tugas akhir, tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya internet banyak tugas akhir, tesis, dan disertasi yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan. Kerjasama antarahli dan juga dengan siswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui internet, via e-mail, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.

Dalam penerapan layanan pembelajaran berbasis e-learning seorang guru dapat menggunakan model penerapan pembelajaran berbasis e-learning baik itu berupa selective model (bila jumlah komputer hanya 1 unit), sequential model (bila jumlah komputer hanya 2 atau 3 unit), static station model (jumlah komputer terbatas dan melibatkan penggunaan sumber belajar lain), dan laboratory model (model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet) (Rusman, 2010).


(39)

2.5 MATERI HUKUM DASAR DAN PERHITUNGAN KIMIA Terdiri atas :

1. Hukum Dasar Kimia

1.1. Hukum Kekekalan Massa 1.2. Hukum Perbandingan Tetap 1.3. Hukum Perbandingan Berganda 1.4. Hukum Perbandingan Volume 1.5. Hukum Avogadro

2. Konsep Mol

2.1. Tetapan Avogadro 2.2. Definisi Mol 2.3. Massa Molar 2.4. Volume Molar 3. Perhitungan Kimia

2.6. PENELITIAN PENDUKUNG PENERAPAN METODE CIRC DAN

PEMBELAJARAN BERBASIS WEBSITE

Adapun beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan menerapkan model pembelajaran berbasis website yaitu:

1. Wijaya M. (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran e-learning berbasis website dengan prinsip e-pedagogy dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi mata pelajaran ekonomi dengan lebih baik yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai.

2. Afgani (2008) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan prototype media website yang ketiga merupakan desain yang efektif ketika


(40)

26

digunakan pada saat pembelajaran dengan 71,79% siswa termotivasi 61,54% siswa yang mempunyai sikap tertarik dan hasil belajar yang mencapai 51,28% masuk dalam kategori Baik sekali sehingga dapat disimpulkan bahwa website yang peneliti kembangkan efektif digunakan pada saat pembelajaran.

Beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu:

1. Inayah (2007) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih efektif untuk meningkatkan aspek kemampuan pemecahan masalah pada pokok bahasan segi empat siswa kelas VII SMP Negeri 13 Semarang tahun ajaran 2006/2007 dibanding dengan metode ekspositori.

2. Sarjono (2009) menyatakan bahwa penerapan metode pembelajaran CIRC dalam upaya meningkatkan kompetensi belajar MLRCM terbukti perlu dilakukan. Hal ini terbukti 82,35% sangat tertarikdan 17,65% menarik. Dapat disimpulkan bahwa dalam membantu para pendidik untuk meningkatkan proses belajar para peserta diklat perlu sekali menggunakan metode CIRC yang intensif agar hasil belajar yang diperoleh optimal.


(41)

2.6

Kerangka Berpikir

Materi kimia SMK hukum dasar dan perhitungan kimia menuntut siswa memiliki kejelian dan pemahaman yang cukup tinggi. Namun dalam kenyataan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam memahami dan mendalami materi kimia ini. Hal ini dapat menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik. Penelitian ini menggunakan dua macam proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website pada kelas eksperimen dan model pembelajaran CIRC pada kelas kontrol. Penerapan model pembelajaran CIRC yang berorientasi Resource-Based Learning dengan media pembelajaran berbasis web dilakukan guru memberikan materi hukum dasar dan perhitungan kimia secara singkat. Selanjutnya dilakukan pengelompokan siswa menjadi kelompok heterogen dengan jumlah anggota kelompok antara 4 sampai 5 siswa. Setelah itu dilakukan pembelajaran dengan kegiatan pokok dalam menyelesaikan soal (dapat disediakan melalui website), pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik.

Sumber belajar yang berada di dalam website dapat berupa e-book, artikel maupun media pembelajaran berupa audio-video. Dengan adanya web tersebut siswa dapat belajar atau berdiskusi kapan saja tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Sedangkan pada kelas kontrol dilakukan model pembelajaran CIRC. Dengan kedua proses pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol di atas terjadi peningkatan hasil belajar. Secara ringkas gambaran penelitian yang dilakukan di sajikan pada Gambar 1.


(42)

28

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kesulitan memahami materi hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia Nilai kurang memuaskan

Kelas eksperimen

Pembelajaran dengan metode CIRC berbasis website

Pretest

Pemberian Tugas berupa soal latihan

Diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar

Post Test (Hasil Belajar)

Ananlisis Data Hipotesis Kelas kontrol

Pretest Pembelajaran dengan Metode

Konvensional

Pemberian Tugas berupa latihan soal

Diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar

Post Test (Hasil Belajar)

Siswa kurang tahu cara membuat catatan yang baik Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar


(43)

2.7 HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis yang diambil yaitu:

2.7.1 Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara.

2.7.2 Besar pengaruh penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara signifikan.

2.7.3 Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran CIRC menggunakan media pembelajaran berbasis website terhadap hasil belajar kimia siswa SMK Grafika Bakti Nusantara baik dan dapat meningkatkan hasil belajar.


(44)

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penentuan Obyek

3.1.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah sebagai keseluruhan subyek penelitian, semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMK Grafika Bakti Nusantara yang terdiri dari 5 kelas yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Siswa kelas X SMK Grafika Bakti Nusantara

Kelas Jumlah Siswa

X - 1 41

X - 2 40

X - 3 41

X - 4 42

X - 5 42

Jumlah Total 206

3.1.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Sebagai wakil dari populasi, sampel harus benar – benar representatif dalam arti harus dapat menggambarkan karakteristik dari populasi. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik clusterrandom sampling karena setelah dianalisis uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan kelas


(45)

terdistribusi normal dan homogen. Sampel dalam penelitian ini, kelas X - 4 dan X - 5, yang masing-masing kelas terdiri atas 42 siswa.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang menjadi pusat perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Arikunto, 2002b:97). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode CIRC berbasis website (X1) pada kelas eksperimen dan

penggunaan metode konvensional pada kelas kontrol (X2).

3.2.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel akibat adanya variabel bebas (Arikunto, 2002:97). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar materi pokok hukum-hukum dasar kimia kelas X-4 dan kelas X-5 semester 2 SMK Grafika Bakti Nusantara

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak mempengaruhi variabel utama yang diteliti (Sugiyono, 2005: 4). Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu kurikulum, guru, materi dan jumlah jam pelajaran.


(46)

32

3.3

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control Group Pre test-Pos tes yaitu dengan melihat perbedaan pre tes maupun pos tes antara kelompok eksperimen dan kontrol. Pola rancangan penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pola rancangan penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Pos tes

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y1 X2 Y2

(Suharsimi Arikunto. 2006:27) Keterangan :

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode CIRC

X2: Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional

Y1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre test

Y2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pos tes

3.4

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar atau materi ajar, lembar kerja mandiri, lembar pengamatan aspek afektif, lembar pengamatan aspek psikomotorik, soal pos tes (tes hasil belajar kognitif). Uraian tentang perangkat instrumen penelitian yang dimaksud sebagai berikut.


(47)

3.4.1 Silabus

Silabus yang digunakan pada penelitian ini merupakan silabus KTSP. Silabus pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu RPP kelas kontrol dan kelas eksperimen. 3.4.3 Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan yaitu materi pelajaran kimia SMA kelas X semester 2 materi pokok hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia dengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku. Materi pelajaran disampaikan dengan menggunakan media pembelajaran online.

3.4.5 Lembar Pengamatan Aspek Afektif

Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan aspek afektif dilakukan oleh dua observer. Lembar pengamatan aspek afektif kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen, terdiri atas enam aspek/ indikator.

Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sebaliknya kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4.


(48)

34

3.4.6 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik

Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai ketrampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses pembelajaran di dalam kelas dan pada saat praktikum. Penilaian aspek psikomotorik dalam kelas pada kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen terdiri atas enam aspek/indikator dan saat praktikum terdiri dari tujuh aspek / indikator.

Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik (di dalam kelas dan praktikum) dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sebaliknya kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4.

3.4.7 Tes Hasil Belajar Kognitif (Soal Pos tes)

Tes hasil belajar kognitif (pos tes) digunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C4 (jenjang kemampuan analisis). Jumlah soal 30 (berasal dari 50 buah soal yang diujicobakan) dengan waktu pengerjaan tes ini adalah 90 menit.


(49)

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes HBK adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah

butir soal yang diujicobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.

2. Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat.

3. Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes yang akan diuji cobakan, terdiri dari 50 butir soal yaitu:

a. Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 12 soal = 24 % b. Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 26 soal = 52 % c. Aspek penerapan (C3) terdiri dari 7 soal = 14 % d. Aspek analisis (C4) terdiri dari 5 soal = 10 % 4. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal 5. Menyusun butir-butir soal

6. Mengujicobakan soal

7. Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.

3.5

Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini telah diujicobakan di kelas XII SMK Grafika Bakti Nusantara karena siswa di kelas tersebut telah mendapatkan materi pokok hukum-hukum dasar dan perhitungan kimia dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diujicobakan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak.

Analisis yang digunakan dalam penelitan ini meliputi validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas.


(50)

36

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur yang diinginkan (Arikunto, 2006: 168).

Validitas soal-soal pos tes dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

a. Validitas Isi Soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen pembimbing.

b. Validitas Butir Soal

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi point biserial yaitu sebagai berikut.

q p S

M M r

t t p pbis

Keterangan : pbis

r

: Koefisien korelasi point biserial

Mp : Skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal Mt : Skor rata-rata total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q : Proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir (1- p) St : Standar deviasi skor total


(51)

2

1 2

r n r thitung

Hasil rpbis perhitungan kemudian digunakan untuk mencari signifikasi (thitung) dengan rumus :

(Sudjana, 2002: 380)

Kriteria : jika thitung ≥ t(1-α) dengan dk (n-2) dan n jumlah siswa, maka butir soal valid.

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 44 siswa kelas XII SMK Grafika Bakti Nusantara diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang diujicobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,5) dan dk = 44-2 = 42 diperoleh ttabel = 1,682 dan thit =

1,422. Tampak dari perhitungan bahwa thit < ttabel, maka item soal 1 tidak valid.

Perhitungan validitas keseluruhan terdapat 34 soal valid dan 16 soal tidak valid. Hasil analisis nilai uji coba menunjukkan bahwa dalam soal uji coba yang valid, yaitu nomor 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 44, 45, 47, 48, 49, dan 50.

3.5.2 Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2006: 211). Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahuai kemampuan soal dalam membedakan siswa yang termasuk pandai (kelompok atas) dan siwa yang termasuk kelompok kurang (kelompok bawah).


(52)

38

Cara menentukan daya pembeda sebagai berikut:

1. Seluruh siswa tes dibagi 2 yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.

2. Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai terbawah.

3. Menghitung tingkat kesukaran soal dengan rumus :

JB BB JA BA

D (Arikunto, 2006:213)

Keterangan :

D = Daya pembeda

BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya siswa pada kelompok atas

JB = banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Kriteria Daya Pembeda Inteval Kriteria 0,70<D 1,00

0,40<D 0,70 0,20<D 0,40 0,00<D 0,20

D = negatif,

sangat baik (excellent) baik (good)

cukup (satisfactory) jelek (poor)

sangat jelek (very poor).

(Arikunto, 2006:218) Jumlah butir soal dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik dapat dilihat pada Tabel 3.2. Perhitungan daya pembeda soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 12.


(53)

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Kriteria

Daya Pembeda Nomor Soal

Jumlah Butir Soal

Sangat jelek (very poor) 33, 42, dan 46 3

Jelek (poor) 5, 15, 19, 20, 22, 24, 26, 35, 40, dan 43 10 Cukup (satisfactory) 7, 10, 21, 23, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 36,

39, 41, 44, dan 50

15 Baik (good) 1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 25,

31, 37, 38, 45, 47, 48, dan 49

20

Sangat baik (excellent) 3 dan 11 2

Jumlah 50

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut tingkat kesukaran (difficulty index). Besarnya tingkat kesukaran antara 0,00 sampai 1,00 (Arikunto, 2006:207).

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus :

JS B

P

Keterangan :

P : Tingkat kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa pengikut tes

Adapun kriteria yang digunakan untuk menunjukkan indeks kesukaran seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 berikut.


(54)

40

Tabel 3.3. Klasifikasi indeks kesukaran

Interval IK Kriteria

P = 0,00

0,00 < P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70

0,70 < P < 1,00 P = 1,00

Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah

(Arikunto, 2006: 210) Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang, mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria

Indeks Kesukaran

Nomor Soal Jumlah

Butir Soal

Sangat Sukar - 0

Sukar 15, 19, 20, 23, 26, 33, 40, 42, dan 43 9 Sedang 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

16, 17, 18, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 44, 45, 47, 48, 49, dan 50

37

Mudah 21, 22, dan 46 3

Sangat Mudah

5 1

Jumlah 50

3.5.4 Reliabilitas

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder Richardson, yaitu


(55)

Vt M K M K K r 1 1 11

KR-21 yang dinyatakan dengan rumus :

(Arikunto,2006:189) Keterangan :

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan Vt = Varians skor total

M = N

Y

= rata – rata skor total K = Jumlah butir soal

Selanjutnya r11 dikonsultasikan dengan r tabel product moment. Berdasarkan analisis reliabilitas instrumen dengan taraf signifikan 5% diperoleh harga rtabel 0,297 dan r11= 0,707. Harga r11> rtabel maka instrumen reliabel.

3.5.5 Hasil Analisis Uji Coba Soal

Soal-soal yang telah diujicobakan dan dianalisis tersebut dipakai sebagai soal pos tesjika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai daya

pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal tersebut “reliabel”. Dari analisis data uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 39 butir dan 35 butir soal dipakai sebagai soal pos tes di sajikan pada Tabel 3.5

Tabel 3.5. Hasil Analisis Uji Coba Soal

Kriteria Nomor soal

Soal layak pakai

2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 44, 45, 47, 48, 49, 50.

Soal dipakai

2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 23, 25, 28, 30, 31, 34, 36, 37, 38, 41, 44, 45, 47, 48, 49, 50. (30 soal).


(56)

42

3.6

Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data, mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan agenda (Arikunto, 2002: 206). Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas X semester 2 dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas X semester 2 SMK Grafika Bakti Nusantara tahun ajaran 2012/2013.

3.6.2 Metode tes

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang antara kelas control yang diberi metode diskusi dengan kelas eksperimen yang menggunakan metode CIRC berbasis website.

Tes dalam penelitian ini merupakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia kelas kontrol dan kelas eksperimen. Metode tes yang digunakan yaitu pre test dan pos tes. Perangkat tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.

3.6.3 Lembar Pengamatan (Observasi)

Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam


(57)

lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kedua aspek hasil belajar.

3.7

Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis data tahap awal

Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal populasi. Pada analisis tahap awal dilakukan tiga uji yaitu uji normalitas, uji kesamaan variansi kelas-kelas dalam populasi (uji homogenitas), uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi yang di sajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Data awal populasi

Kelas N Rata-rata SD Skor

tertinggi

Skor terendah

X - 1 41 58,34 9,03 75 43

X - 2 40 59,80 9,32 75 43

X - 3 41 59,85 9,01 78 45

X - 4* 40 59,82 8,76 75 43

X - 5* 40 58,07 9,27 73 43

* Kelompok / kelas kontrol * Kelompok / kelas eksperimen 3.7.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-kuadrat. Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut:


(58)

44

1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut. s X Zi t X

(Sudjana, 2002: 138)

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus sebagai berikut. k i i i i E E O X 1 2 Keterangan : X2 = chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut. H0 diterima jika (1 )( 3)

2 2

k

hitung dengan taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan (k-3), yang berarti bahwa data tidak berbeda normal atau data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Untuk nilai selain itu tolak H0 (Sudjana, 2002 : 273).


(59)

Tabel 3.7. Hasil Uji Normalitas Data Awal

No. Kelas χ 2hitung χ 2tabel Kriteria

1 X – 1 7,57 9,49 Berdistribusi normal 2 X – 2 6,99 9,49 Berdistribusi normal 3 X – 3 7,19 9,49 Berdistribusi normal 4 X – 4* 7,21 9,49 Berdistribusi normal 5 X – 5* 6,51 9,49 Berdistribusi normal * sampel penelitian

3.7.1.2Uji Homogenitas populasi

Syarat diizinkannya penggunaan teknik cluster random sampling apabila semua kelas yang ada dalam populasi homogen. Oleh karena itu sebelum teknik cluster random sampling digunakan, perlu dilakukan uji homogenitas. Untuk menguji homogenitas populasi digunakan uji Bartlett.

Hipotesis yang diajukan:

H0 : Populasi mempunyai varians yang tidak berbeda ( σ12 = σ22 = ... = σn2 ).

Untuk nilai selain itu tolak H0.

Langkah-langkah perhitungan uji homogenitas populasi adalah : 1. Menghitung Si2 dari masing-masing kelas

2. Menghitung varians gabungan (S2) dari semua kelas dengan rumus

1 1 2 2 i i i n S n S

3. Menghitung harga koefisien Bartlett (B) dengan rumus )

1 ( ) (logS2 ni B

4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (χ2) dengan rumus ] log ) 1 ( )[ 10 (ln 2 2 i i S n B


(60)

46

Keterangan:

Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan

ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas

B = koefisien Bartlett

X2 = harga konsultasi homogenitas sampel (Sudjana, 2002: 263) Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

H0 diterima jika χ2hitung < χ2(1-α)(k-1) (taraf signifikan 5%). Hal ini berarti varians

dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain atau sama (homogen). Untuk nilai selain itu tolak H0.

Dari perhitungan diperoleh χ2

hitung = 11,74 dan χ2tabel = 12,59 untuk α = 5

%, dan dk = 6-1 = 5. Karena χ2hitung < χ2tabel , maka dapat disimpulkan bahwa

populasi mempunyai homogenitas yang sama.

3.7.2 Analisis Data Tahap akhir

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

3.7.2.1 Uji normalitas data

Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis.

Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus: k

i i

i i

E E O 1 2


(61)

Keterangan :

χ2

= chi kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

(1) Ho diterima jika χ2hitung < χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) yang berarti

distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal atau data berdistribusi normal.

(2) Ho ditolak jika χ2hitung ≥ χ2(1-α)(k-3) (taraf signifikan 5%) yang berarti

distribusi data berbeda dengan distribusi normal atau data tidak berdistribusi normal.

3.7.2.2 Uji Kesamaan 2 Varian Data Hasil Belajar

Uji kesamaan 2 varian data peningkatan hasil belajar bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji hipotesis akhir, dengan rumus:

F =

terkecil terbesar ians

ians

var var

(Sudjana 2005: 250) Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

(1) Ho diterima jika harga Fhitung < Fα(nb-1)(nk-1) (taraf signifikan 5%)

yang berarti varians data hasil belajar siswa kelas kontrol tidak berbeda dengan varians data hasil belajar siswa kelas eksperimen sehingga rumus yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah rumus t.

(2) Ho ditolak jika harga Fhitung≥ Fα(nb-1)(nk-1) (taraf signifikan 5%) yang

berarti varians data hasil belajar siswa kelas kontrol berbeda dengan varians data hasil belajar siswa kelas eksperimen sehingga


(62)

48

rumus yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah

rumus t’.

3.7.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Hasil Belajar

Uji perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelompok kontrol.

Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 = Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen kurang dari atau sama

dengan rata-rata hasil kimia kelas kontrol ( 1≤ 2).

Ha = Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol ( 1 > 2).

Pengajuan hipotesis

a) Jika S12 = S22 digunakan rumus t

thitung =

2 1 2 1 1 1 n n S X X

Dengan S =

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n

dk = n1 + n2 -2

Keterangan : 1

X = Rata-rata pos tes kelompok eksperimen 2

X = Rata-rata pos tes kelompok kontrol 1

n = Jumlah siswa kelompok eksperimen 2

n = Jumlah siswa kelompok kontrol 2

1

S = Varians data kelompok eksperimen 2

1

S = Varians data kelompok kontrol


(63)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1) Ho diterima jika thitung < t(1-α)(n1+n2-2). Hal ini berarti rata-rata hasil

belajar kimia kelas eksperimen tidak lebih baik dari nilai rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol.

2) Ha diterima jika thitung t(1- )(n1+n2-2). Hal ini berarti rata-rata hasil

belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol.

b) Jika S12 S22digunakan rumus t’ t’hitung =

2 2 2 1 2 1 2 1 / /n S n S

X X

(Sudjana. 2005 : 245)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1) Ho diterima jika t’ <

2 1 2 2 1 1 w w t w t w

. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen tidak lebih baik dari nilai rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol.

2) Ha diterima jika t’

2 1 2 2 1 1 w w t w t w

. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar kimia kelas kontrol.

dengan : w1 =

1 2 1 n S

, w2 =

2 2 2 n S , t1 = t(1-α)(n1-1) dan t2 = t(1-α)(n2-1)


(64)

50

Keterangan :

X1 = Rata-rata postest kelompok eksperimen.

X2 = Rata-rata postest kelompok kontrol.

n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen.

n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol.

S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen.

S2 = Simpangan baku kelompok kontrol.

S = Simpangan baku gabungan. (Sudjana. 2005 : 245) 3.7.2.4 Analisis terhadap pengaruh antar variabel

Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel adalah: rb = uSy

pq Y Y

. ) ( 1 2

Keterangan :

rb = koefisien biserial

Y1 = rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen

Y2 = rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol

p = proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen q = proporsi pengamatan pada kelompok kontrol

u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q

Sy = Simpangan baku dari kedua kelompok (Sudjana. 2005 : 247)

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi biserial dapat dilihat pada Tabel 3.8.


(1)

Lampiran 43

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 4.1. Siswa mencari referensi materi pembelajaran


(2)

Gambar 4.3. Siswa mengerjakan eksplorasi latihan soal di depan kelas


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative integrated and reading composition (circ) dan metode think pair share (tps) di MTs Jam'iyyatul khair Ciputat

3 27 138

Penerpan model pembelajarana kooperatif tipr cooperative integrated reading and composition (circ) untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa (penelitian tindakan kelas di SMAN 86 jakarta)

0 4 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK HARAPAN STABAT T.P 2013-2014.

0 0 33

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN MAKE �.

0 1 25

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesi

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

0 0 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

0 0 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN

2 7 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI KARAKTERISTIK ZAT

0 2 19